"Pergilah, ini bukan anakmu!" Leticia mengusir Ray dengan tegas. Ray tak menggubris ucapan Leticia, dia menahan bahu wanita itu dan memeluknya dengan erat. "Lepaskan aku, Bajingan!" Leticia meronta-ronta melepas pelukan Ray, tetapi pria itu kian erat mendekapnya. Perut Leticia menjadi tegang hingga terasa keram dan ~"Aah! Perutku." Leticia memekik hingga air matanya mengalir menahan sakit yang tak tertahankan."Leticia." Ray panik saat Leticia terus memegang perut hingga wajah wanita itu menjadi pucat dan berkeringat.Jessy dan Max yang masih berdiri di sana dengan tangkas menangani Leticia. "Ray, tunggu di luar!" Max berdecak kesal kenapa Ray tak mau mengalah. Max tahu Ray serba salah, tetapi kondisi Leticia sedang tidak baik-baik saja saat ini. Akhirnya Ray keluar dengan tak berdaya. Setelah beberapa saat Ray menunggu di luar bersama Mila, Max menyar
Ray terkekeh melihat wajah Leticia yang memerah. Dia mengelus-elus pucuk kepala wanita yang tengah salah tingkah itu dengan sayang."Jadi, mau mengelak lagi?" tanya Ray, tersenyum simpul.Leticia memalingkan wajah, menahan malu serasa tertangkap basah."Cepat pergi, aku lapar." Leticia mencicit pelan.Ray menjawab dengan gumaman sebelum membalikan tubuh dan keluar dari ruangan. Dia tak tahu apa yang Leticia inginkan, tetapi yang Ray ingat saat di Catania, wanita itu sangat menyukai coklat panas.Tentu saja itu menjadi salah satu pilihan, dan sudah dapat dipastikan dia pun memilih susu almond dingin favorit
Keesokan harinya. Leticia bersikeras meminta keluar dari rumah sakit karena memikirkan Mila yang bekerja seorang diri. Ray menolak permintaan Leticia karena khawatir dengan kondisinya. Saat itu ketika Jessy datang untuk memeriksa keadaan Leticia, Ray memilih keluar bersama Max. "Baiklah, kondisimu cukup pulih. Aku mengizinkan kamu pulang, tapi jangan terlalu lelah," kata Jessy setelah memeriksa tekanan darah dan detak jantung Leticia. Leticia mengangguk mengiyakan. "Jess, ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Leticia saat Jessy melepas jarum infus di tangan wanita itu. "Hem?" Jessy menjawab dengan gumaman. "Aku akan menikah dengan Ray." Suara Leticia begitu rendah. "Kamu sudah lama berpacaran dengan dia?" tanya Jessy, penasaran. Leticia terdiam lalu menggeleng. Dia menghela napas panjang mendengar pertanyaan Jessy. Mereka tidak berpacaran, bahkan baru bertemu beberapa kali. Jika saja dia tak mengandung~"Tidak, tapi dia ayah dari anak y
Setelah mereka selesai makan siang, Max dan Jenny kembali ke klinik. Saat Ray ke Desa Gella, dia mengendarai motor. Kini Max lah yang mengalah harus mengendarai motor dan membiarkan Jeep-nya dikendarai Ray.Ray membawa Leticia ke toko milik sang ibu, dia benar-benar tak bisa melarang Leticia yang bersikeras ingin pergi bekerja. Kebisuan Leticia sepanjang jalan membuat Ray merasa sepi. Ada sesuatu yang hilang dari wanita bermata itu~Entah kenapa Leticia menjadi tak banyak bicara setelah semalam menyepakati pernikahan dengan Ray."Nona Leticia …." Bariton Ray begitu lembut ketika tangannya memanuver tuas persneling, mengatur kecepatan mobi."Enn." Leticia menjawab dengan gumaman, tatapannya lurus k
Setelah berhasil membujuk Mila agar ikut bersama, sore harinya mereka langsung pergi ke Ragusa. Mila tak ingin menetap terlalu lama, dia sudah nyaman dengan kehidupan di Desa Gella.Hanya saja~ Ray dan Leticia bersikeras memaksa. Setidaknya sampai mereka resmi menjadi suami istri. Ray tak bisa memaksa Leticia menggelar pesta pernikahan, wanita itu beralasan tak suka keramaian.Ray terlebih dulu membawa Mila dan Leticia ke kediamannya sebelum menemui ayah Leticia.Leticia mengernyit saat Ray mengajak ke perumahan Elite di kawasan Barat Shade Manor. Dia cukup tahu tempat itu hanya dihuni oleh kalangan atas saja. Kawasan Timur Shade Manor rumah David pun sebenar mewah, tetapi di kawasan ini jauh lebih mewah dan mahal.
Ketika Leticia mencari kartu keluarga di ruangan kerja David, pandangannya tertuju pada foto berukuran 80 inchi yang menggantung di dinding biru. Dia tertegun seketika.Dulu potret yang ada di sana adalah keluarganya. David, sang ibu, dirinya, dan Laura. Kini, gambar itu berganti dengan foto sang ayah dan bibi Ane dalam pernikahan Nikita dan Ayres.Sekujur tubuh Leticia terasa melayang, apa keluarganya sekarang sudah tak ada? Apa sang ayah sungguh membuangnya? Hati Leticia hancur, sehancur-hancurnya. Ingin menjerit, berteriak melepaskan segala perih.Leticia gegas turun, dia terkejut mendapati Ray sedang adu argumentasi dengan David. Leticia masih belum menyerah meminta maaf pada sang ayah. Walau bagaimanapun, dia adalah orang tuanya. Satu-satunya keluarga
Keesokan harinya. Leticia dan Ray pergi ke pencatatan sipil mendaftarkan pernikahan mereka. Tak butuh waktu seharian, mereka sudah keluar dari kantor saat siang hari. Leticia berjalan sedikit terhuyung, hanya dengan menulis identitas diri, tanda tangan, dan foto, mereka kini sudah jadi suami istri yang sah. "Kamu baik-baik saja?" Ray merangkul bahu Leticia, khawatir akan terjatuh. "Iya, aku baik-baik saja," jawab Leticia, seadanya. Ketika mereka baru saja masuk mobil, Ray tak langsung menyalakan mesin. Dia menoleh menatap Leticia yang baru saja memasang sabuk pengaman. "Nyonya Ray," panggil Ray, lembut. Leticia mengerjap terkejut dengan panggilan 'nyonya Ray'~ Ya, dia harus sadar bahwa sekarang statusnya telah berganti menjadi istri seorang Vanderson Raymondo. Dia mendongak ke arah Ray yang sedang memandangnya dengan tatapan hangat. "Ya, ada apa?" Leticia bertanya dengan gugup, dia masih belum percaya sekarang pria berw
Leticia dan Ray kembali ke kediaman saat hari menjelang larut. Sang istri cukup mudah berbaur dengan semua sahabat Ray.Dia semakin merasa hangat ketika orang-orang di kediaman Alex semakin banyak. Terlebih lagi, orang tua Max, Alex, dan Marco sangat ramah pada Leticia. Hanya saja~"Ray, aku boleh bertanya sesuatu?" Leticia berkata dengan rendah saat Ray merebahkan diri di sampingnya."Katakan." Ray menarik selimut menutupi tubuh mereka sebelum mendekap sang istri.Leticia tak lagi menolak saat Ray memeluknya, sejak di kediaman Alex selalu bertindak mesra. Jadi, dia sedikit terbiasa dengan sikap Ray yang seperti itu. Meskipun sebenarnya~ Entahlah.
Ray menghela napas panjang, dia menutup lembaran dokumen dan beranjak dari kursi di balik meja kerja. Air wajah Ray begitu dingin saat menghadapi Nikita. Dia berjalan dan membuka pintu lebih lebar. "Nikita, jaga batasanmu. Aku masih menghormatimu karena kamu adalah istri adikku. Sekarang cepat pergi, jangan sampai keluargaku salah paham," ucap Ray sambil berdiri di ambang pintu. Nikita tersenyum maut sebelum menyahut, "Ray, kita bisa mengulang hubungan kita diam-diam. Aku tahu kamu masih mencintaiku, lagi pula kamu dan Leticia menikah belum ...."Ucapan Nikita terhenti saat Ray menarik paksa tangannya. Saat Ray akan mendorong keluar, Nikita memutar tubuh dan melingkarkan tangan di leher Ray dan memeluk dengan erat. Wanita itu bahkan dengan berani mencium leher Ray. "Jalang!" bentak Ray sambil mendorong bahu Nikita hingga wanita itu hampir terjatuh. Ray langsung menutup pintu setelah berhasil mendorong Nikita keluar."Sialan," desis Nikita, jengkel. Saat dia memutar badan akan kemba
Saat Ray pulang bekerja malam hari, dia memarkirkan Audy S8 hitam di pelataran. Dari awal masuk gerbang, Ray sudah melihat mobil BMW milik Ayres sudah terparkir di sana. Pria itu menjadi sedikit cemas kala mengingat Nikita pasti ikut bersama. Gegas Ray mempercepat langkahnya sambil menggusur koper ke dalam rumah. Ketika dia tak melihat Leticia ikut berkumpul di ruang keluarga, Ray menjadi semakin gelisah."Bu, Istriku mana?" tanya Ray pada Mila yang sedang berbincang dengan Ayres, Nikita, dan Alfonso. Chery tentu saja sudah tinggal bersama Alex, suamimya. Sedangkan Chico, dia lebih memilih tinggal di apartemennya sendiri. masing-masing. "Dia sedang beristirahat. Sejak sore sudah masuk kamar," jawab Mila dengan lembut. Saat Ray akan menaiki tangga, Ayres tiba-tiba berkata dengan nada sedikit merajuk, "Kak Ray, kamu tidak menyapaku?"Ray melirik Nikita yang duduk di samping Ayres. Hingga saat ini, tak ada yang tahu bahwa Ray pernah menjalin hubungan dengan Nikita. Terutama Ayres, dia
Leticia akhirnya patuh dengan keputusan Ray untuk kembali tinggal di kediaman Ray. Selain mengutus orang untuk mengelola toko perhiasan, Ray juga siaga mengantar jemput Leticia kuliah di tengah kesibukannya mengurus VR Group.Hal itu berlangsung lama hingga usia kandungan Leticia menginjak enam bulan. Leticia sangat bersyukur karena kehamilannya saat ini tak mengalami morning sick terlalu parah. Hanya saja, tubuhnya yang sedikit kecil membuat wanita itu lebih cepat lelah. Setiap akhir bulan, Leticia selalu pergi untuk memeriksa kondisi tokonya. Sesekali dia dan Ray juga pergi ke kediaman Alfonso. Seperti saat ini, sejak pagi Leticia berkunjung ke kediaman mertuanya. "Cia, Ibu selalu mengkhawatirkan kamu akhir-akhir ini. Apa tak sebaiknya kamu menetap di sini saja?" ucap Mila sambil menyiapkan makanan untuk makan malam. "Ray merawatku dengan sangat baik, Bu. Ibu jangan terlalu cemas," sahut Leticia, lembut. "Tapi kandunganmu semakin besar. Ray juga tidak 24 jam berada di rumah." Mi
Leticia menghela napas pelan sebelum menjelaskan pada Mila bahwa dia harus mengurus toko perhiasan di pusat kota. Terlebih lagi, dirinya baru saja memulai kuliah satu bulan lalu. Jarak dari toko miliknya ke universitas hanya butuh waktu lima belas menit perjalanan. Namun, kediaman Alfonso ke universitas terlalu jauh, tidak mungkin Leticia harus menempuh perjalanan pulang pergi selama tiga jam setiap hari. Ray terdiam mendengar ucapan Leticia. Dia baru tersadar, saat itu sudah mengatur rumah, universitas, dan toko perhiasan di pusat kota untuk Leticia. "Sayang, aku akan mengatur orang untuk mengelola toko perhiasan. Jangan terlalu lelah, kamu sedang hamil. Ambil kelas siang hari saja, ya?" Ray akhirnya memusatkan fokusnya pada kehamilan sang istri. Leticia menoleh sambil melambaikan tangan, tak setuju dengan saran sang suami. "Tidak bisa, Ray. Aku masih sanggup menanganinya. Lagi pula kuliahku hanya sampai pukul sepuluh malam," jawab Leticia. Ekspresi Ray berubah dingin mendengar
Ekspresi Ray berubah muram dan tak sedap dipandang. Kecemburuan mulai merebak di matanya. Walaupun Chico adalah adiknya, tetapi dia tahu bahwa Alfonso sempat akan menjodohkan dengan Leticia. Leticia tersenyum simpul melihat wajah Ray yang tiba-tiba murung. 'Apa Ray sedang cemburu?' batin Leticia bertanya-tanya."Ray," kata Leticia saat memegang punggung tangan Ray. "Temani aku memasak untuk makan malam, ya?"Ray membalikkan telapak tangan, menautkan jemarinya dengan jemari Leticia. Tatapan penuh memanjakan perlahan tersebar di manik matanya."Dengan senang hati, Nyonya Ray." Ray menyahut dengan lembut saat berdiri sambil menggandeng pinggang ramping Leticia. Chico mendecakkan lidah melihat kemesraan Ray dan Leticia yang begitu intim. Chico mengakui bahwa dirinya tak kalah tampan dari sang Kakak. Mata hazelnya sama-sama diwarisi dari Alfonso, hidungnya juga mancung dengan bibir tipis. Hanya saja, Chico mengakui bahwa tubuhnya tak setinggi dan segagah Ray. "Cia, biar Ibu saja yang m
Keesokan harinya. Seperti yang Leticia inginkan, Ray membawa Leticia untuk bertemu dengan ayah dan ibunya. Sebenarnya, Leticia meminta Ray mengajaknya semalam. Hanya saja~Semalam Ray tak bisa menahan kerinduan yang sudah memuncak pada Leticia. Jadi, pria itu membawanya kembali ke rumah pernikahan mereka terlebih dulu. Pun demikian dengan Leticia, wanita itu juga tak kalah merindu Ray. Siang ini, di sepanjang perjalanan menuju kediaman Alfonso, bibir Leticia merekah dengan wajah merona. Teringat adegan panas semalam yang mereka lakukan. Ray meminta banyak hal dari Leticia, dan wanita itu memberikan lebih dari apa yang Ray inginkan. Dia ingat betul saat Ray dengan mesra berbisik, "You got it, My Lovely Wife."'Sepertinya aku harus membuat kejutan untuk Ray,' batin Leticia bermonolog sambil tersenyum mesem manis.Lamunan Leticia buyar saat Ray memegang tangannya setelah memanuver persneling, mengatur kecepatan mobil
Leticia berjalan mendekati pria bermata hazel itu hingga berjarak satu langkah. Tatapan mereka beradu di udara untuk beberapa detik. "Jangan digigit terus, kamu bisa terluka." Ray berkata dengan lembut saat mengangkat tangan menyentuh bibir ranum Leticia. Leticia memejamkan mata, dia menunduk menyembunyikan wajahnya yang tiba-tiba terasa panas. Tubuh wanita itu sedikit gemetaran saat Ray menyentuhnya. "Ray, kenapa kamu tidak pernah memberitahuku?" Leticia bertanya tanpa mengangkat pandangan, ucapannya terdengar begitu gugup. Ray meraih dagu Leticia agar mendongak menatapnya. Tampaklah butiran bening kristal menumpuk di kelopak mata wanita itu. "Umm?" gumam Ray sebelum bertanya dengan cemas. "Kenapa bersedih?" Leticia tak bisa menahan diri untuk tidak menabrakan diri ke pelukan Ray. Dia terisak-isak di dada bidang pria itu sambil memeluknya dengan erat. "Kenapa tak pernah memberitahuku bahwa Cheryl adalah adikmu?
Satu bulan kemudian.Seperti yang Leticia inginkan, Ray mendaftarkan wanita itu di universitas yang Ray rekomendasikan. Leticia awalnya menolak saat Ray memfasilitasi rumah, mobil, dan toko perhiasan di pusat Kota Ragusa. Meski Leticia pernah mengatakan bahwa dia tak ingin dilupakan, tetapi justru dia lah yang menutup komunikasi langsung dengan Ray. Bahkan, wanita itu sengaja mengganti nomor agar Ray tidak menghubunginya. Leticia tak ingin menjadi bayang-bayang dalam hubungan Ray dan Cheryl. Demi tak ingin menjadi orang ketiga, dan demi kebahagiaan pria itu, dia menutup rapat perasaannya. Rasa cinta yang besar, tak ingin terbagi dan dibagi. "Apa aku hamil lagi?" Leticia bertanya pada diri sini.Resah~Itulah yang Leticia rasakan saat ini. Di tengah kepadatan aktivitasnya mengurus toko di siang hari, dan kuliah di malam hari, Leticia saat ini sedang dilanda rasa gelisah.Sebab, dia kembali terlambat datang bulan setelah berpisah dengan Ray satu bulan lalu. Namun, memang besar harapan
Tiba di depan kamar presidential suite. Leticia sedikit ragu apakah akan melakukan hal itu bersama Ray."Kenapa, umm?" tanya Ray sambil mengulurkan tangan ketika masuk ke kamar hotel.Leticia mengembuskan napas panjang sebelum menjawab, "Tidak, aku hanya …."Ucapan Leticia terhenti saat Ray memeluknya dengan erat."Kamu ragu? Kamu yang mengajakku menghabiskan malam sebelum kita berpisah. Apa sekarang kita akan pulang, umm?" Ray berbisik dengan lembut.Embusan napas Ray begitu hangat membuat debar jantung Leticia menjadi tak karuan.Wanita itu menengadah, melingkarkan lengan di leher pria berwajah tampan di hadapannya.