Home / Thriller / Terjerat Cinta Pria Misterius / Bab 4: Serumah dengan Si Gila

Share

Bab 4: Serumah dengan Si Gila

Author: Fisabilillah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ah! Anda! Kenapa Anda bisa ada di sini?! Keluar! Keluar sekarang juga!!!" teriak Gasa yang tersentak saat melihat seseorang yang familiar sedang bertopang dagu memperhatikannya dengan jarak yang sangat dekat. 

"Istri sudah bangu—" kata Yan mencoba menyentuh tangannya dengan wajah polos. Terlihat cekungan hitam pada kedua kantung mata lelaki itu. 

"Bajingan … Berapa kali saya harus bilang, hah?! Jangan sembarang sentuh-sentuh!!!" protesnya, kemudian melirik sinis lelaki itu. Didorongnya tubuh besar itu tanpa mempedulikan apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang tatapannya terlihat menghina lelaki yang tersungkur itu.

"Istri … Apakah saya telah buat kesalahan—" 

"Dengar gak, sih?!!! Saya bilang keluar, ya, keluar dong!!!" Gasa berteriak lagi. Kali ini dia menyabetkan sapu lidi padanya. Itu semakin aneh ketika Yan tidak memberontak sedikitpun.

Mulutnya menganga seakan tak percaya dengan apa yang disaksikannya. Selama ini, tak ada manusia yang tidak meraung kesakitan saat disabet seperti itu. Apalagi sabetan Gasa terkenal sangat pedih. Lalu, bagaimana bisa Yan menahannya?

"Kok Anda nggak kesakitan?" tanya Gasa dengan kening mengerut. Sesaat dilepasnya sapi lidi itu. Langkahnya mulai mendekati Yan yang diam saja.

"Jawab, dong! Anda itu punya mulut! Kegunaannya untuk berbicara! Jadi bicaralah!" oceh Gasa tak berhenti menampar wajah Yan. Itu menggoreskan beberapa luka memar di wajah yang sangat tampan itu.

"Gila … benar-benar orang gila …." Gasa kembali menganga melihat hal yang sama. Yan tidak merintih ataupun meringis sama sekali. Padahal tenaga yang dikeluarkannya tidak sedikit.

Wanita itu memutar otaknya. Terdengar hembusan napas kasar darinya. Ditarik lengan baju Yan dengan sekali gerakan, mereka sudah ada di luar kamar Gasa. 

"Gasa! Sopanlah pada suamimu!" bentak ibunya, dipelototi anak semata wayangnya yang kini bertingkah brutal. Tak sampai disitu, sang ayah berjalan cepat kemudian menampar keras wajah putri kesayangannya. Terlihat gejolak amarah dari kedua orang tuanya yang kini sudah menguap di ubun-ubun mereka. 

"Bangsat …. Apalagi ini?! Suami?! Hey! Apa kalian lupa kalau saya masih seorang pelajar!!!" teriak Gasa histeris berderai air mata. Sesaat, jempol Yan menghapus air mata itu. Baru saja dia berusaha memeluknya, Gasa sudah diluar kendali lagi.

"Bangsat! Bangsat!!! Ini semua gara-gara Anda! Sekarang, cepat keluar dari rumahku! Cepat keparat!!!" teriak Gasa dengan emosi sudah meluap-luap. 

Digigit kuat-kuat bibirnya, sampai akhirnya beberapa darah menetes sampai ke dagu. Dia menarik Yan dengan sangat kasar, membawanya keluar dari dalam rumah itu. Sungguh cara pengusiran yang amat kasar. Matanya memelototi Yan yang terkucilkan. 

"Saya harus bisa menahannya. Walaupun bau 'itu' amat menggoda, saya harus bisa. Harus," ucap Yan dalam hatinya.

"Heh orang sialan!!! Jangan datang kesini lagi!! Jauh-jauh dari saya!! Jangan berbicara dengan saya! Anggap saja kita nggak pernah kenal!!! Ingat baik-baik itu orang aneh!!!!" kata Gasa untuk terkahir kalinya sebelum pintu itu dibantingnya. Yan baru tahu hal baru tentangnya, ternyata dia punya tempramental yang luar biasa mengerikan.

Terdengar helaan napas panjang dari Yan, dielap peluh keringatnya. Wajahnya kembali tegang seperti Yan asli. 

"Untung saja saya bisa terus menahannya. Wah. Tadi itu sungguh mengerikan …," gumamnya bangkit berdiri. Terdengar pertengkaran dalam rumah itu. Beberapa kali dia mendengar ayah sang wanita mengungkit masa lalu putrinya. 

"Yan, apakah kamu gila? Lihat Akibat ulahmu, wanita tak bersalah itu jadi tersiksa sekarang! Ayahnya yang doyan main tangan—" makhluk bertubuh kecil dengan dominan energi positif itu tampak bijak memberi nasihat. Sepertinya dia makhluk pertama yang terlihat baik pada Yan.

Yan terlihat menutup matanya. Terdengar berkali-kali hembusan napasnya yang teratur. Sebelum akhirnya tangannya menepuk memecah suasana keheningan malam hari. Dan mendadak suara pertengkaran dalam rumah itu berhenti. Terlihat siluet dimana sang ayah yang hampir memukul putrinya dengan sebilah besi panjang dan sang ibu yang terlihat sangat khawatir mencoba menghentikannya.

Ketika Yan membuka matanya, dia sudah dikelilingi oleh makhluk-makhluk daerah rumah Gasa yang tertawa terbahak-bahak mengejeknya. Itu dibalas senyum sinis olehnya.

"Anak gila ini sudah punya wanita, rupanya!" olok laki-laki tua berwajah penuh darah. Tubuhnya kering kerontang hingga hanya terlihat tulang-tulang pada tubuhnya.

"Hah, penasaran deh, wanita bodoh seperti apa yang mau menerimanya?" celetuk wanita berbadan ular berkepala dua yang melirik remeh padanya. Kepala satu lagi itu adalah kepala anaknya yang tersambung dengannya.

"Pasti jelek, 'kan Ma? Mana mungkin—" anaknya ikut bersuara. 

"Diamlah, bangsat!!!" gerutu Yan memggertakkan giginya. 

Dengan sekali gerakan, pisau itu terlempar sesuai arahannya. Menggores bagian sensitif anak itu, membuatnya meringis terkulai lemas. Pertengkaran hebat itu hampir terjadi. Pertengkaran antara Yan dengan ibu ular yang tak terima anaknya mati. Entah mati suri atau mati selamanya.

CKLEK!

"Bangsat …," gerutu Gasa menutup pintu rumah. Kedua tangannya menenteng tas belanja berskala besar. Dipunggungnya sudah ada tas ransel juga. Sepertinya wanita itu telah diusir dari rumah orang tuanya.

"Hey! Dimana rumah Anda?" tanya Gasa terdengar basa-basi. Dia sama sekali tak mempedulikan Yan yang berlagak aneh. Karena makhluk-makhuk itu seketika pergi terbirit-birit ketika melihat Gasa. Yan tidak tahu apa alasan kejanggalan itu.

"Gasa! Ingat! Pergi kerumah suamimu! Jangan buat saya naik pitam, ya!" teriak sang ayah dari dalam rumah. Terlihat raut wajah tertekan darinya.

Terlihat Gasa berjalan mendahului Yan. Kemudian diikuti oleh lelaki itu. "Kau sungguh akan tinggal dirumah saya?" tanya Yan menyamakan kecepatan berjalannya. Gasa tak menjawab sepatah katapun. Hanya sekali mengangguk cuek.

Setelah itu, seperti biasa. Tak ada lagi percakapan selama perjalanan menuju rumah Yan. Keduanya sama-sama bersikeras bungkam suara mendengarkan hembusan angin malam.

***

"Masuklah," kata Yan mengambil kedua tas besar dalam genggaman Gasa. Sedang wanita itu terheran-heran melihat rumah yang tampak famliar untuknya.

"Ini bukannya rumah Hal? Kenapa saya malah dibawa kesini? Apa dia halu ya?" tanya Gasa dalam hati.

Saat baru menjejakkan kaki depan pintu rumah Yan, dia dikagetkan oleh sesosok laki-laki yang bertengkar hebat dengannya siang ini. Matanya membulat menatap laki-laki yang sama kagetnya.

DEG!

"Hal?" sapa Gasa yang kini sorot matanya mencari secercah harapan dari lelaki dihadapannya. 

Berbeda dengannya, Hal malah tersenyum sinis, sikapnya terlihat sangat tak acuh padanya. "Hah, buat apa kamu kesini? Apa segitu rendahnya harga dirimu, ya? Sampai-sampai masuk ke rumah cowok tanpa izin begini?" tuduhnya dengan sorot mata menghina.

"Saya kesini karena—" 

"Sayang, cepat ke sini! Jangan lama-lama disitu. Saya menunggu di dalam, ya," kata Yan segera masuk ke dalam kamarnya. Nada bicaranya saat itu terdengar lembut dan tidak terkesan kaku seperti biasanya. Senyum misterius juga terukir saat dia mengatakannya. 

"A-apa? Kak Yan barusan memanggilmu apa?!" kata Hal seolah-olah tak terima. Mungkin lelaki itu lupa kalau sekarang mereka sudah benar-benar putus. Terdengar deru napas membara seperti menahan gejolak emosi pergulatan batinnya.

"Kak Yan? Jadi ini kakaknya Hal? Jadi selama ini yang katanya dia anak satu-satunya itu bohong?! Gila!!!!! Kira-kira apa lagi yang telah dia tutupi dariku?!! Dasar laki-laki brengsek!!!" oceh Gasa dalam hatinya.

Sekarang giliran Gasa yang tersenyum sinis, berlagak tak acuh pada sang mantan. Inilah saatnya dia membuat Hal menyesal telah mengatakan sesuatu yang mengguncang batinnya.

"Iya, sayang. Tunggu saya!" kata Gasa buru-buru menerobos Hal yang mencegatnya berkali-kali. Sungguh, mantannya itu terlihat seperti anjing yang menyedihkan.

"Hah? Apa, sih? Kenapa mereka berdua-duaan di dalam kamar? Walaupun pacaran, itu terlalu terburu-buru, 'kan?! Atau mereka sudah lama berselingkuh di belakangku?!" Hal menduga-duga berbagai kemungkinan dalam batinnya. 

Related chapters

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Menang atau kalah?

    Di dalam kamar Yan, Gasa merapikan barang-barangnya pada box yang dia bawa. Raut wajah itu tak kunjung membaik. Melihat itu, Yan segera mendekatinya dengan harapan bisa mencairkan suasana. "Gasa, apakah kamu …." Yan tidak melanjutkan ucapannya, karena sekarang Gasa sudah menutupi dirinya dengan selimut. Mungkin kejadian hari ini membuatnya lelah. Yan mendengus lemah.Dia ikut berbaring di samping Gasa. Posisinya tidak membelakangi wanita itu. Menatapnya dengan intens yang jarak mereka hanya sekitar 15 cm. "Jangan melihatku," ucap Gasa dengan mata yang masih terpejam.Dahi Yan mengerut sempurna. Dia bingung atas ucapan Gasa, namun lebih memilih bungkam. Berjalan pelan-pelan dengan santai, seolah Gasa tak menghiraukan kepergiannya malam ini. Kini dia sudah bersiap pada pertemuan itu. Beruntung, Hal sepertinya tidak begadang malam ini. Karena Yan tidak melihatnya sepanjang arah teras rumah. Langkahnya sangat cepat. Bun

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Salah paham

    "Wah …." Yan menahan kalimatnya dengan mulut membulat. Dia membuat petugas itu pasrah sepenuhnya. Terdengar helaan napas panjang serta raut wajah ditekuk. Sesaat sang petugas baru melepaskan beberapa kancing baju seragamnya, namun Yan menahannya seraya tersenyum manis. Senyum yang belum pernah dilihat siapapun."Saya kurang 0,9 persen. Itu artinya kamu harus berterimakasih pada saya, 'kan? Ah, tolong jangan—" Mendengarnya membuat petugas tersenyum lebar. Dia langsung tahu apa yang Yan inginkan."Iya, baiklah. Terimakasih banyak, Tuan! Sungguh—" Baru saja dia ingin lebih berantusias menerima kebaikan langka dari Yan yang terkenal kekejamannya. Namun lelaki itu sudah bertingkah normal lagi."Cepatlah! Waktuku untuk kabur tak banyak!" desak Yan mengeluarkan aura kegelapannya sebagai basic memperkuat sosoknya yang tak kenal ampun.Petugas itu mengangguk, dan segera memberikan hukuman favorit Yan. Menyabetnya, menyisakan luka merah di punggung lelaki i

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 1: Pembantaian

    BUGH!!!"Ampun, kak! Ampuni aku!!!!" Laki-laki berkostum hitam itu merintih memohon-mohon setengah membungkuk. Akan tetapi pria di hadapannya terus saja menghujamnya dengan tinjauan yang semakin keras. Merekalah geng pemberontak sekolah yang biasa dibicarakan para siswa di sekolah ini.Biasanya, dalam hitungan sepersekian detik. Siswa atau siswi yang tak sengaja melihat perlakuan brutal mereka akan langsung berbalik badan dan seolah-olah tidak pernah melihat kejadian tersebut. Sampai sekarang, tidak ada seorang pun yang pernah berani melaporkannya."Pukul dia sampai sekarat! Jangan biarkan murid yang lewat sini pergi tanpa dapat ancaman!" Laki-laki bertubuh kecil kurus itu memberikan secarik kertas lusuh yang bagian ujungnya sedikit robek kepada laki-laki yang sedang menggores pisau pada pengasahnya."Hentikan!!! Apa-apaan ini! Semuanya bubar! Kalian gila?! Mau saya laporkan kesiswaan, ha

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 2: Mengikuti Wanita Aneh

    "Semoga hari ini nggak ada yang mengusik mood saya …" wanita dengan pakaian rumahan dan rambut dicepol itu melangkah masuk ke dalam rental komik "Ha … benar kata mereka. Sepertinya saya terlalu capek ...," batinnya berharap demikian.Langkah kakinya mengantarkannya pada tempat yang seharusnya tak dia kunjungi. Hari ini Gasa memilih untuk mengunjungi rental komik langganannya."Pilih maksimal dua, ya!" kata pak tua pemilik rental komik yang sedang membaca koran.Senandung lagu itu terdengar dari gumaman mulut wanita itu. Setiap langkahnya terdengar riang. Diambil earphone berwarna monochrome itu, dia memasangnya dengan 'cara' yang tidak biasa. Earphonenya dipasang terbalik supaya bisa digunakan dalam jangka yang lama.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 3: Mulai Terungkap

    Angin berembus kencang berlawanan pada arah jalan mereka. Kulit Gasa mendadak terasa dingin juga sangat merinding. Beberapa debu sudah menempati ruang mata gadis itu. Yan yang tak pernah melepaskan pandangannya segera ambil alih ketika melihat 'sesuatu' mencoba mengusik Gasa."Menyingkir! Sialan ... masih saja, ya. Dasar kurang kerjaan!" hina Yan menatap tajam ke arah makhluk itu. Tangan kanannya cekatan merangkul Gasa yang hampir tersentuh oleh hantu-hantu sialan itu. Sedangkan tangannya yang lain mendorong jauh makhluk itu. Akan tetapi, sialnya makhluk-makhluk lain ikut membantu makhluk itu."Kenapa? Apa tadi Anda bilang? Kurang kerjaan? Maksud Anda, saya begitu?" tanya Gasa dengan nada suara menginterogasi. Lirikan matanya sungguh tajam.Terdengar helaan napas Yan yang kini fokus menatap mata Gasa yang juga menatapnya. "Tutup mata kau. Tahan napas bersama. Ikuti gerakan saya," bisik Yan yang tiba-tiba meme

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Salah paham

    "Wah …." Yan menahan kalimatnya dengan mulut membulat. Dia membuat petugas itu pasrah sepenuhnya. Terdengar helaan napas panjang serta raut wajah ditekuk. Sesaat sang petugas baru melepaskan beberapa kancing baju seragamnya, namun Yan menahannya seraya tersenyum manis. Senyum yang belum pernah dilihat siapapun."Saya kurang 0,9 persen. Itu artinya kamu harus berterimakasih pada saya, 'kan? Ah, tolong jangan—" Mendengarnya membuat petugas tersenyum lebar. Dia langsung tahu apa yang Yan inginkan."Iya, baiklah. Terimakasih banyak, Tuan! Sungguh—" Baru saja dia ingin lebih berantusias menerima kebaikan langka dari Yan yang terkenal kekejamannya. Namun lelaki itu sudah bertingkah normal lagi."Cepatlah! Waktuku untuk kabur tak banyak!" desak Yan mengeluarkan aura kegelapannya sebagai basic memperkuat sosoknya yang tak kenal ampun.Petugas itu mengangguk, dan segera memberikan hukuman favorit Yan. Menyabetnya, menyisakan luka merah di punggung lelaki i

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Menang atau kalah?

    Di dalam kamar Yan, Gasa merapikan barang-barangnya pada box yang dia bawa. Raut wajah itu tak kunjung membaik. Melihat itu, Yan segera mendekatinya dengan harapan bisa mencairkan suasana. "Gasa, apakah kamu …." Yan tidak melanjutkan ucapannya, karena sekarang Gasa sudah menutupi dirinya dengan selimut. Mungkin kejadian hari ini membuatnya lelah. Yan mendengus lemah.Dia ikut berbaring di samping Gasa. Posisinya tidak membelakangi wanita itu. Menatapnya dengan intens yang jarak mereka hanya sekitar 15 cm. "Jangan melihatku," ucap Gasa dengan mata yang masih terpejam.Dahi Yan mengerut sempurna. Dia bingung atas ucapan Gasa, namun lebih memilih bungkam. Berjalan pelan-pelan dengan santai, seolah Gasa tak menghiraukan kepergiannya malam ini. Kini dia sudah bersiap pada pertemuan itu. Beruntung, Hal sepertinya tidak begadang malam ini. Karena Yan tidak melihatnya sepanjang arah teras rumah. Langkahnya sangat cepat. Bun

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 4: Serumah dengan Si Gila

    "Ah! Anda! Kenapa Anda bisa ada di sini?! Keluar! Keluar sekarang juga!!!" teriak Gasa yang tersentak saat melihat seseorang yang familiar sedang bertopang dagu memperhatikannya dengan jarak yang sangat dekat."Istri sudah bangu—" kata Yan mencoba menyentuh tangannya dengan wajah polos. Terlihat cekungan hitam pada kedua kantung mata lelaki itu."Bajingan … Berapa kali saya harus bilang, hah?! Jangan sembarang sentuh-sentuh!!!" protesnya, kemudian melirik sinis lelaki itu. Didorongnya tubuh besar itu tanpa mempedulikan apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang tatapannya terlihat menghina lelaki yang tersungkur itu."Istri … Apakah saya telah buat kesalahan—""Dengar gak, sih?!!! Saya bilang keluar, ya, keluar dong!!!" Gasa berteriak lagi. Kali ini dia menyabetkan sapu lidi padanya. Itu semakin aneh ketika Yan tidak memberontak sedikitpun.

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 3: Mulai Terungkap

    Angin berembus kencang berlawanan pada arah jalan mereka. Kulit Gasa mendadak terasa dingin juga sangat merinding. Beberapa debu sudah menempati ruang mata gadis itu. Yan yang tak pernah melepaskan pandangannya segera ambil alih ketika melihat 'sesuatu' mencoba mengusik Gasa."Menyingkir! Sialan ... masih saja, ya. Dasar kurang kerjaan!" hina Yan menatap tajam ke arah makhluk itu. Tangan kanannya cekatan merangkul Gasa yang hampir tersentuh oleh hantu-hantu sialan itu. Sedangkan tangannya yang lain mendorong jauh makhluk itu. Akan tetapi, sialnya makhluk-makhluk lain ikut membantu makhluk itu."Kenapa? Apa tadi Anda bilang? Kurang kerjaan? Maksud Anda, saya begitu?" tanya Gasa dengan nada suara menginterogasi. Lirikan matanya sungguh tajam.Terdengar helaan napas Yan yang kini fokus menatap mata Gasa yang juga menatapnya. "Tutup mata kau. Tahan napas bersama. Ikuti gerakan saya," bisik Yan yang tiba-tiba meme

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 2: Mengikuti Wanita Aneh

    "Semoga hari ini nggak ada yang mengusik mood saya …" wanita dengan pakaian rumahan dan rambut dicepol itu melangkah masuk ke dalam rental komik "Ha … benar kata mereka. Sepertinya saya terlalu capek ...," batinnya berharap demikian.Langkah kakinya mengantarkannya pada tempat yang seharusnya tak dia kunjungi. Hari ini Gasa memilih untuk mengunjungi rental komik langganannya."Pilih maksimal dua, ya!" kata pak tua pemilik rental komik yang sedang membaca koran.Senandung lagu itu terdengar dari gumaman mulut wanita itu. Setiap langkahnya terdengar riang. Diambil earphone berwarna monochrome itu, dia memasangnya dengan 'cara' yang tidak biasa. Earphonenya dipasang terbalik supaya bisa digunakan dalam jangka yang lama.

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 1: Pembantaian

    BUGH!!!"Ampun, kak! Ampuni aku!!!!" Laki-laki berkostum hitam itu merintih memohon-mohon setengah membungkuk. Akan tetapi pria di hadapannya terus saja menghujamnya dengan tinjauan yang semakin keras. Merekalah geng pemberontak sekolah yang biasa dibicarakan para siswa di sekolah ini.Biasanya, dalam hitungan sepersekian detik. Siswa atau siswi yang tak sengaja melihat perlakuan brutal mereka akan langsung berbalik badan dan seolah-olah tidak pernah melihat kejadian tersebut. Sampai sekarang, tidak ada seorang pun yang pernah berani melaporkannya."Pukul dia sampai sekarat! Jangan biarkan murid yang lewat sini pergi tanpa dapat ancaman!" Laki-laki bertubuh kecil kurus itu memberikan secarik kertas lusuh yang bagian ujungnya sedikit robek kepada laki-laki yang sedang menggores pisau pada pengasahnya."Hentikan!!! Apa-apaan ini! Semuanya bubar! Kalian gila?! Mau saya laporkan kesiswaan, ha

DMCA.com Protection Status