Share

Terjerat Cinta Pria Misterius
Terjerat Cinta Pria Misterius
Author: Fisabilillah

Bab 1: Pembantaian

Author: Fisabilillah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

BUGH!!!

"Ampun, kak! Ampuni aku!!!!" Laki-laki berkostum hitam itu merintih memohon-mohon setengah membungkuk. Akan tetapi pria di hadapannya terus saja menghujamnya dengan tinjauan yang semakin keras. Merekalah geng pemberontak sekolah yang biasa dibicarakan para siswa di sekolah ini. 

Biasanya, dalam hitungan sepersekian detik. Siswa atau siswi yang tak sengaja melihat perlakuan brutal mereka akan langsung berbalik badan dan seolah-olah tidak pernah melihat kejadian tersebut. Sampai sekarang, tidak ada seorang pun yang pernah berani melaporkannya.

"Pukul dia sampai sekarat! Jangan biarkan murid yang lewat sini pergi tanpa dapat ancaman!" Laki-laki bertubuh kecil kurus itu memberikan secarik kertas lusuh yang bagian ujungnya sedikit robek kepada laki-laki yang sedang menggores pisau pada pengasahnya. 

"Hentikan!!! Apa-apaan ini! Semuanya bubar! Kalian gila?! Mau saya laporkan kesiswaan, hah?!" Seketika pandangan semua laki-laki beringas itu melempar pandangan tak mengerti pada seorang siswi yang berdiri sendirian di tengah lorong itu.

"Sialan …." cemooh Lelaki bertubuh kecil dengan nickname Ray mulai mendekatinya. Terlihat raut kesal di wajahnya. Terdengar juga deru napas membara seperti menahan gejolak emosi. Dia mengepal tangannya, tatapan matanya sungguh tajam.

"Kurang ajar! Siapa kau?! Yan! Ada wanita yang berniat menghentikan kita!" adu laki-laki yang berambut keriting menyusul temannya. Sekarang mereka berdiri melipat tangan di dada, menatap siswi bernama Gasa. Dialah wanita pertama yang berani menegur mereka.

"Hentikan." Dari kejauhan, suara seraknya terdengar mengheningkan suasana sekitar. Mungkin dia adalah pimpinan dari mereka. Suara langkahnya yang santai membuat jantung wanita itu berdegup pelan. Keringat dinginnya mulai menetes. Rasanya tiba-tiba hatinya gelisah.

"Pergilah. Hari ini kau beruntung, besok tidak. Jangan lewat sini lagi," kata laki-laki berparas paling tampan di antara mereka. Tangannya hendak memegang bahu Gasa, tapi wanita itu menepisnya dengan kasar. 

"Jangan asal sentuh! Jangan samakan saya seperti jalang milik kalian!" cibir Gasa mulai mendongak karena perbedaan tinggi mereka. Mereka bersitatap dengan kekerasan hati masing-masing.

"Bos! Sebaiknya kita 'makan' saja dia! Wanita itu kodratnya melayani pria! Jangan berlagak bisa melawan kami!" usul Ray dengan lagak sok berkuasa.

"Lepaskan orang itu! Kalian tidak boleh menahannya terus seperti ini! Kalian sudah menahan saya! Jadi kalian harus melepaskan dia!" tuntut Gasa dengan tangan semakin bergetar karena sosok yang disebut 'Yan' terus menatapinya tanpa berkedip. Perilakunya yang aneh itu sukses membuat bulu kuduk wanita itu berdiri.

"Diam." Sosoknya yang besar semakin mendekatkan wajahnya. Gasa cepat-cepat menutup matanya, mengunci rapat-rapat mulutnya. Seketika suasananya berubah jadi hening.

Terdengar tawaan dari beberapa laki-laki di situ. Rupanya dia tidak benar-benar ingin mencium wanita itu. Melainkan hanya berbisik, "Kubilang pergi. Sekarang." Yan menekan nada suaranya pada kalimat terakhir. 

Entah bagaimana caranya, sekarang Gasa sudah bersama kedua karib dekatnya. Sesaat telinganya berdengung kencang, membuat dia meronta-ronta seraya menutup telinganya. Seketika orang-orang di sekitarnya jadi panik bukan main, tak terkecuali Tara dan Jeki. Setelah jeritannya mereda, kini matanya yang baru terbuka sedikit tidak sengaja melihat sosok laki-laki yang terasa familiar baginya.

"Yan?" tanya Gasa dengan mata membelalak.

Kedua sahabatnya menautkan alis, saling melempar pandangan heran. Sementara Gasa terus menatap ke arah pojok kantin tersebut. "Yan siapa?" tanya Tara yang membuat Gasa beralih pandangan. 

"Sa, di sini nggak ada yang namanya Yan, tuh?" Jeki ikut bersuara. Sekilas menatap tempat yang dimaksud sahabatnya.

Sejenak diliriknya tempat di mana dia menemukan sosok Yan. Tapi tempat itu sudah kosong melompong. Lelaki ber-hoodie hitam yang sedang membaca komik itu telah menghilang.

"Akhir-akhir ini kamu aneh, deh. Kenapa? Lagi ada masalah?" Tara menggenggam tangan Gasa yang hangat. Sebagai sahabat, hati mereka mulai tidak tenang, dia cemas dengan kondisi Gasa yang semakin hari semakin aneh. Tiga hari yang lalu juga begitu. Dia seperti orang kerasukan sesuatu.

Buru-buru ditepis pikirannya. "Nggak. Mungkin saya salah lihat orang." kilah Gasa yang mulai beralih fokus pada makanannya. 

"Kamu dari kemarin bicara gitu terus. Apa mau kita temenin refreshing? Mungkin kamu terlalu lelah akhir-akhir ini. Walaupun ujian kelulusan semakin dekat, seharusnya kamu tidak belajar terlalu—" omongan Tara mendadak berhenti ketika Jeki melempar pandangan tajam dengan maksud menyuruhnya berhenti bicara.

Dari dulu, Jeki tahu Gasa punya 'sesuatu' yang berbahaya ketika kegemaran yang dia lakukan disinggung dengan kalimat-kalimat larangan seperti itu. Dia yang lebih lama kenal Gasa. 

"Nggak. Saya gapapa. Permisi." Mendengar hal yang menyakitkan hatinya, bukannya dia tidak bisa marah di tempat. Akan tetapi dia masih mengingat Tara adalah sahabatnya.

***

BRAK!!!

Gasa berlari tergesa-gesa ketika mendengar suara pukulan dari dalam lorong itu lagi. Firasatnya mengatakan kejadian kemarin pasti sudah terjadi lagi. Jauh di lubuk hatinya, dia berpikir harus menuntaskan misteri teka-teki semua ini.

"Berhenti! Siapa pun di sana! Berhenti!" perintah Gasa seraya menutup matanya rapat-rapat. Belum teratur napasnya, wanita itu sudah harus merasakan sesuatu yang 'nyeleneh' menggerayangi sekujur tubuhnya.

"Aaaah …." lirih Gasa sambil membungkuk memegang kedua dengkulnya yang lemas. Itu rasanya seperti menggelitik seluruh kulit tipisnya yang berpotensi membuatnya kegelian. Dia sudah tidak kuat lagi menahan serangan bertubi-tubi itu. Air kencingnya mengalir terbirit-birit.

Terdengar suara tawa menyeramkan yang semakin lama semakin menggema di telinganya. Hal itu terjadi lagi, telinganya mendengung kencang. Dia berusaha memberontak, naasnya kedua tangannya terasa berat. 

Wanita itu 'mendobrak' halangan pintu yang dibuat oleh Yan. Terdengar suara-suara gemerisik menyerupai bisikan-bisikan dari banyak orang. Sangat ramai, sampai-sampai Gasa mengerang kesakitan menutup telinganya walaupun itu tidak berguna sedikit pun.

"Sa! Sa!! Sadar, Sa! Aku yakin kamu bisa, Sa! Lawan mereka, Sa! Lawan, Sa!" perintah Tara yang begitu panik melihat kondisi Gasa semakin tidak terkendali. 

Dimata Tara, Gasa seperti orang kesurupan. Untungnya petugas UKS mau membantunya mengurus Gasa. Sementara Jeki memanggil guru untuk membantu mereka menangani masalah ini. Tapi bocah tengil itu belum kembali juga.

***

"Hah!" Akhirnya Gasa membuka matanya. Itu terjadi ketika seorang guru killer hampir sampai pada pintu ruang UKS tersebut. 

"Setiap tahun pasti selalu begini! Bangun, Gasa! Sudah tahu sadar, mestinya kau buru-buru masuk kelas!" bentaknya seraya menunjuk-nunjuki sang murid seperti sedang merendahkannya. Lalu pandangan tajam itu beralih pada Jeki dan Tara.

"Kalian juga! Cepat masuk kelas! Jam pelajaran lebih penting dari ini, bodoh!" Sikapnya masih sama, menangkuhkan dirinya seakan-akan dialah bosnya dan para murid itu adalah budaknya. Dialah Bu Dave.

Bersamaan dengan itu ….

PRANG! 

Tiba-tiba angin berhembus kencang sampai foto-foto bingkai dalam ruangan UKS itu bergoyang-goyang. Namun tak ada diantara mereka yang merasakan angin kencang yang wajar. Guru yang bernama Bu Dave cepat-cepat menjauh dari ruangan ini. 

Jeki, Tara, dan Gasa hanya bisa saling pandang. Mereka tak tahu dengan apa yang terjadi seharian ini. Kemudian bel pulang berdering keras.

***

"Sa, aku duluan, ya." kata Tara yang tengah memakai helm. Hari ini dia dijemput pacarnya. Sedangkan Jeki, sibuk mengerjakan tugas kelompok. Mau tak mau Gasa harus pulang sendirian. Dia melengos begitu saja tanpa menjawab omongan temannya.

"Anak itu. Selalu aja begitu. Sikap dinginnya berhasil membuatnya jauh dari godaan cowok-cowok nakal." canda Tara yang mulai julid pada Tam, pacarnya. Sejenak dia melirik Tam. 

***

Awal-awal melewati lorong jalan menuju rumah, Gasa tidak merasakan adanya kejanggalan. Hingga akhirnya sebuah truk besar tiba-tiba melaju cepat ke arahnya yang tengah melamun.

TIN!! TIN!! TINN!!!

Tubuhnya ditarik oleh sebuah makhluk yang sangat cepat. Dia mendekap Gasa dengan sangat erat. Saat Gasa membuka mata dan ingin berterimakasih, dia sudah sendirian lagi. Orang atau makhluk itu sudah pergi. 

"Kubilang apa! Jangan cari-cari aku!" Samar-samar suara yang menggema itu menghilang dengan sendirinya.

Related chapters

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 2: Mengikuti Wanita Aneh

    "Semoga hari ini nggak ada yang mengusik mood saya …" wanita dengan pakaian rumahan dan rambut dicepol itu melangkah masuk ke dalam rental komik "Ha … benar kata mereka. Sepertinya saya terlalu capek ...," batinnya berharap demikian.Langkah kakinya mengantarkannya pada tempat yang seharusnya tak dia kunjungi. Hari ini Gasa memilih untuk mengunjungi rental komik langganannya."Pilih maksimal dua, ya!" kata pak tua pemilik rental komik yang sedang membaca koran.Senandung lagu itu terdengar dari gumaman mulut wanita itu. Setiap langkahnya terdengar riang. Diambil earphone berwarna monochrome itu, dia memasangnya dengan 'cara' yang tidak biasa. Earphonenya dipasang terbalik supaya bisa digunakan dalam jangka yang lama.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 3: Mulai Terungkap

    Angin berembus kencang berlawanan pada arah jalan mereka. Kulit Gasa mendadak terasa dingin juga sangat merinding. Beberapa debu sudah menempati ruang mata gadis itu. Yan yang tak pernah melepaskan pandangannya segera ambil alih ketika melihat 'sesuatu' mencoba mengusik Gasa."Menyingkir! Sialan ... masih saja, ya. Dasar kurang kerjaan!" hina Yan menatap tajam ke arah makhluk itu. Tangan kanannya cekatan merangkul Gasa yang hampir tersentuh oleh hantu-hantu sialan itu. Sedangkan tangannya yang lain mendorong jauh makhluk itu. Akan tetapi, sialnya makhluk-makhluk lain ikut membantu makhluk itu."Kenapa? Apa tadi Anda bilang? Kurang kerjaan? Maksud Anda, saya begitu?" tanya Gasa dengan nada suara menginterogasi. Lirikan matanya sungguh tajam.Terdengar helaan napas Yan yang kini fokus menatap mata Gasa yang juga menatapnya. "Tutup mata kau. Tahan napas bersama. Ikuti gerakan saya," bisik Yan yang tiba-tiba meme

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 4: Serumah dengan Si Gila

    "Ah! Anda! Kenapa Anda bisa ada di sini?! Keluar! Keluar sekarang juga!!!" teriak Gasa yang tersentak saat melihat seseorang yang familiar sedang bertopang dagu memperhatikannya dengan jarak yang sangat dekat."Istri sudah bangu—" kata Yan mencoba menyentuh tangannya dengan wajah polos. Terlihat cekungan hitam pada kedua kantung mata lelaki itu."Bajingan … Berapa kali saya harus bilang, hah?! Jangan sembarang sentuh-sentuh!!!" protesnya, kemudian melirik sinis lelaki itu. Didorongnya tubuh besar itu tanpa mempedulikan apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang tatapannya terlihat menghina lelaki yang tersungkur itu."Istri … Apakah saya telah buat kesalahan—""Dengar gak, sih?!!! Saya bilang keluar, ya, keluar dong!!!" Gasa berteriak lagi. Kali ini dia menyabetkan sapu lidi padanya. Itu semakin aneh ketika Yan tidak memberontak sedikitpun.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Menang atau kalah?

    Di dalam kamar Yan, Gasa merapikan barang-barangnya pada box yang dia bawa. Raut wajah itu tak kunjung membaik. Melihat itu, Yan segera mendekatinya dengan harapan bisa mencairkan suasana. "Gasa, apakah kamu …." Yan tidak melanjutkan ucapannya, karena sekarang Gasa sudah menutupi dirinya dengan selimut. Mungkin kejadian hari ini membuatnya lelah. Yan mendengus lemah.Dia ikut berbaring di samping Gasa. Posisinya tidak membelakangi wanita itu. Menatapnya dengan intens yang jarak mereka hanya sekitar 15 cm. "Jangan melihatku," ucap Gasa dengan mata yang masih terpejam.Dahi Yan mengerut sempurna. Dia bingung atas ucapan Gasa, namun lebih memilih bungkam. Berjalan pelan-pelan dengan santai, seolah Gasa tak menghiraukan kepergiannya malam ini. Kini dia sudah bersiap pada pertemuan itu. Beruntung, Hal sepertinya tidak begadang malam ini. Karena Yan tidak melihatnya sepanjang arah teras rumah. Langkahnya sangat cepat. Bun

    Last Updated : 2024-10-29
  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Salah paham

    "Wah …." Yan menahan kalimatnya dengan mulut membulat. Dia membuat petugas itu pasrah sepenuhnya. Terdengar helaan napas panjang serta raut wajah ditekuk. Sesaat sang petugas baru melepaskan beberapa kancing baju seragamnya, namun Yan menahannya seraya tersenyum manis. Senyum yang belum pernah dilihat siapapun."Saya kurang 0,9 persen. Itu artinya kamu harus berterimakasih pada saya, 'kan? Ah, tolong jangan—" Mendengarnya membuat petugas tersenyum lebar. Dia langsung tahu apa yang Yan inginkan."Iya, baiklah. Terimakasih banyak, Tuan! Sungguh—" Baru saja dia ingin lebih berantusias menerima kebaikan langka dari Yan yang terkenal kekejamannya. Namun lelaki itu sudah bertingkah normal lagi."Cepatlah! Waktuku untuk kabur tak banyak!" desak Yan mengeluarkan aura kegelapannya sebagai basic memperkuat sosoknya yang tak kenal ampun.Petugas itu mengangguk, dan segera memberikan hukuman favorit Yan. Menyabetnya, menyisakan luka merah di punggung lelaki i

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Salah paham

    "Wah …." Yan menahan kalimatnya dengan mulut membulat. Dia membuat petugas itu pasrah sepenuhnya. Terdengar helaan napas panjang serta raut wajah ditekuk. Sesaat sang petugas baru melepaskan beberapa kancing baju seragamnya, namun Yan menahannya seraya tersenyum manis. Senyum yang belum pernah dilihat siapapun."Saya kurang 0,9 persen. Itu artinya kamu harus berterimakasih pada saya, 'kan? Ah, tolong jangan—" Mendengarnya membuat petugas tersenyum lebar. Dia langsung tahu apa yang Yan inginkan."Iya, baiklah. Terimakasih banyak, Tuan! Sungguh—" Baru saja dia ingin lebih berantusias menerima kebaikan langka dari Yan yang terkenal kekejamannya. Namun lelaki itu sudah bertingkah normal lagi."Cepatlah! Waktuku untuk kabur tak banyak!" desak Yan mengeluarkan aura kegelapannya sebagai basic memperkuat sosoknya yang tak kenal ampun.Petugas itu mengangguk, dan segera memberikan hukuman favorit Yan. Menyabetnya, menyisakan luka merah di punggung lelaki i

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Menang atau kalah?

    Di dalam kamar Yan, Gasa merapikan barang-barangnya pada box yang dia bawa. Raut wajah itu tak kunjung membaik. Melihat itu, Yan segera mendekatinya dengan harapan bisa mencairkan suasana. "Gasa, apakah kamu …." Yan tidak melanjutkan ucapannya, karena sekarang Gasa sudah menutupi dirinya dengan selimut. Mungkin kejadian hari ini membuatnya lelah. Yan mendengus lemah.Dia ikut berbaring di samping Gasa. Posisinya tidak membelakangi wanita itu. Menatapnya dengan intens yang jarak mereka hanya sekitar 15 cm. "Jangan melihatku," ucap Gasa dengan mata yang masih terpejam.Dahi Yan mengerut sempurna. Dia bingung atas ucapan Gasa, namun lebih memilih bungkam. Berjalan pelan-pelan dengan santai, seolah Gasa tak menghiraukan kepergiannya malam ini. Kini dia sudah bersiap pada pertemuan itu. Beruntung, Hal sepertinya tidak begadang malam ini. Karena Yan tidak melihatnya sepanjang arah teras rumah. Langkahnya sangat cepat. Bun

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 4: Serumah dengan Si Gila

    "Ah! Anda! Kenapa Anda bisa ada di sini?! Keluar! Keluar sekarang juga!!!" teriak Gasa yang tersentak saat melihat seseorang yang familiar sedang bertopang dagu memperhatikannya dengan jarak yang sangat dekat."Istri sudah bangu—" kata Yan mencoba menyentuh tangannya dengan wajah polos. Terlihat cekungan hitam pada kedua kantung mata lelaki itu."Bajingan … Berapa kali saya harus bilang, hah?! Jangan sembarang sentuh-sentuh!!!" protesnya, kemudian melirik sinis lelaki itu. Didorongnya tubuh besar itu tanpa mempedulikan apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang tatapannya terlihat menghina lelaki yang tersungkur itu."Istri … Apakah saya telah buat kesalahan—""Dengar gak, sih?!!! Saya bilang keluar, ya, keluar dong!!!" Gasa berteriak lagi. Kali ini dia menyabetkan sapu lidi padanya. Itu semakin aneh ketika Yan tidak memberontak sedikitpun.

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 3: Mulai Terungkap

    Angin berembus kencang berlawanan pada arah jalan mereka. Kulit Gasa mendadak terasa dingin juga sangat merinding. Beberapa debu sudah menempati ruang mata gadis itu. Yan yang tak pernah melepaskan pandangannya segera ambil alih ketika melihat 'sesuatu' mencoba mengusik Gasa."Menyingkir! Sialan ... masih saja, ya. Dasar kurang kerjaan!" hina Yan menatap tajam ke arah makhluk itu. Tangan kanannya cekatan merangkul Gasa yang hampir tersentuh oleh hantu-hantu sialan itu. Sedangkan tangannya yang lain mendorong jauh makhluk itu. Akan tetapi, sialnya makhluk-makhluk lain ikut membantu makhluk itu."Kenapa? Apa tadi Anda bilang? Kurang kerjaan? Maksud Anda, saya begitu?" tanya Gasa dengan nada suara menginterogasi. Lirikan matanya sungguh tajam.Terdengar helaan napas Yan yang kini fokus menatap mata Gasa yang juga menatapnya. "Tutup mata kau. Tahan napas bersama. Ikuti gerakan saya," bisik Yan yang tiba-tiba meme

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 2: Mengikuti Wanita Aneh

    "Semoga hari ini nggak ada yang mengusik mood saya …" wanita dengan pakaian rumahan dan rambut dicepol itu melangkah masuk ke dalam rental komik "Ha … benar kata mereka. Sepertinya saya terlalu capek ...," batinnya berharap demikian.Langkah kakinya mengantarkannya pada tempat yang seharusnya tak dia kunjungi. Hari ini Gasa memilih untuk mengunjungi rental komik langganannya."Pilih maksimal dua, ya!" kata pak tua pemilik rental komik yang sedang membaca koran.Senandung lagu itu terdengar dari gumaman mulut wanita itu. Setiap langkahnya terdengar riang. Diambil earphone berwarna monochrome itu, dia memasangnya dengan 'cara' yang tidak biasa. Earphonenya dipasang terbalik supaya bisa digunakan dalam jangka yang lama.

  • Terjerat Cinta Pria Misterius   Bab 1: Pembantaian

    BUGH!!!"Ampun, kak! Ampuni aku!!!!" Laki-laki berkostum hitam itu merintih memohon-mohon setengah membungkuk. Akan tetapi pria di hadapannya terus saja menghujamnya dengan tinjauan yang semakin keras. Merekalah geng pemberontak sekolah yang biasa dibicarakan para siswa di sekolah ini.Biasanya, dalam hitungan sepersekian detik. Siswa atau siswi yang tak sengaja melihat perlakuan brutal mereka akan langsung berbalik badan dan seolah-olah tidak pernah melihat kejadian tersebut. Sampai sekarang, tidak ada seorang pun yang pernah berani melaporkannya."Pukul dia sampai sekarat! Jangan biarkan murid yang lewat sini pergi tanpa dapat ancaman!" Laki-laki bertubuh kecil kurus itu memberikan secarik kertas lusuh yang bagian ujungnya sedikit robek kepada laki-laki yang sedang menggores pisau pada pengasahnya."Hentikan!!! Apa-apaan ini! Semuanya bubar! Kalian gila?! Mau saya laporkan kesiswaan, ha

DMCA.com Protection Status