Fuck!Umpat Louisa dalam hati menyadari bahwa pria di sana bukanlah sebuah fatamorgana dalam batas kenangan yang sudah dihapus dalam benak. Penampilan Troy masihlah sama seperti dua tahun lalu ketika terakhir kali mereka berjumpa pada acarafashion weekdi Paris. Ketika Louisa berusaha meluangkan waktu untuk terbang jauh-jauh demi menemui orang yang kala itu ternyata sudah menjalin asmara bersama wanita lain. Rambut cokelat gelap Troy jadi lebih panjang dari yang diingat Louisa, nyaris menutup dahi namun tidak menghilangkan aura model papan atas. Walau hanya mengenakan celana jeans gelap dikombinasi kaus putih dan jaket kulit senada, Troy tetap menawan di mata wanita.Apakah karena itu dia mudah dirayu perempuan lain?Iris mata amber
Dean terbangun di tengah malam ketika Louisa masih terlelap di sisinya dengan selimut menutupi tubuh telanjang gadis itu, menyisakan bahu yang naik-turun secara teratur seperti dibuai mimpi setelah percintaan hebat mereka. Dia bangkit, mengambil celana panjang longgar yang teronggok di lantai lalu berjalan menuju lemari di mana buku sketsa miliknya tersimpan di sana. Di mana pun Dean pergi, dia selalu membawa benda kesayangannya itu tiap kali tidurnya terganggu oleh mimpi buruk.Bukan obat atau rokok yang bisa menenangkan Dean, melainkan garis demi garis yang diukir di atas kertas bagai menguliti satu-persatu ingatan yang tak diinginkan. Ketika tangannya sibuk menggambar, dia bisa melupakan hal-hal di masa lampau yang selalu menghantui tiap malam. Sejak lima tahun lebih tepatnya, semenjak mimpi buruk itu datang. Seakan-akan mereka tidak menginginkan Dean dimanja mimpi indah barang
Paviliun Visconti di Ansaldo Workshops tempat yang biasanya digunakan untuk pameran seni di teater La Scala menjadi atensi ketika pekan mode kembali digelar. Mengusung tema musim semi, dekorasi di bagian pintu masuk dibuat cerah untuk memberikan kesan ceria dan hangat. Bunga dan pohon imitasi menjadi spot foto terbaik berlatar tulisanMilan Fashion Week,sementara bagian dalam ada ruang memanjang bercat putih tampak kontras dengan orang-orang yang mengenakan pakaian berbagai macam warna dari designer terkenal.Di sana, ada kursi tanpa sandaran bermotif catur mulai diduduki para tamu.Bagian ujung panggung berbentuk huruf U terbalik memiliki dua sisi pintu yang sepertinya menjadi tempat keluar-masuk para peragawan dan perawagati memamerkanfashion trendterbaru. Di sana juga menampilkan potongan demi potongan video pagelaran mode mus
Selagi di Milan dan mendapatkan keuntungan dari menjadi kekasih Dean, setidaknya itu yang bisa dia katakan setelah kemarin menyelesaikan masalah mereka. Tentu awalnya perdebatan hingga nyaris memutus urat nadi, berdebat tentang batas-batas yang tidak boleh dilewati mereka. Louisa merasa dirinya benar, kalau setiap hubungan sekecil apa pun haruslah ada kepercayaan meski kisah mereka sebatas saling memuaskan di atas ranjang. Awalnya Dean mengelak tegas, mengancam akan mencoreng nama baik Louisa.Tentu saja gadis itu tak mengenal rasa takut, malah menantang balik apakah Dean bisa menjatuhkan nama karena dia bisa membalikkan keadaan dan mengatakan kepada media bahwa agensi tidak memberikan jaminan perlindungan seperti di kontrak kerja. Merasa kalah telak, Dean hanya bisa mengucapkan kalimat,"Aku butuh waktu, Lou. Kau
Puas memanjakan lidah dengan hidangan laut yang terasa mewah dan kaya akan cita rasa olahan chef da Vic. Dean mengajak Louisa untuk bersepeda mengelilingi monumen kota, Arco della Pace di tepi taman Sempione yang membentang begitu menawan. Cuaca di malam hari sangat cerah manakala di atas langit bertabur gemintang yang berkelap-kelip sedangkan bulan tak malu-malu untuk menunjukkan pesonanya. Sungguh momen romantis yang wajib direkam bahwa hal seperti ini mungkin tidak akan terjadi untuk kedua kali.Kaki Dean mengayuh perlahan dan merentangkan sebelah tangan seakan ingin meraih gadis itu agar tidak jauh darinya. Sementara Louisa malah mempercepat laju sepeda sambil menjulurkan lidah ke arah Dean tanpa rasa takut terjatuh. Semburat merah di pipi terlihat jelas di wajah Louisa, seolah-olah gadis itu melepas sejenak sematan seorang bintang film di pundak. Dia hanyalah manusia ya
Kembali ke Los Angeles dengan segudang kegiatan rasanya membuat Louisa ingin melarikan diri sebentar di Milan. Setidaknya di sana dia bisa menciptakan ruang sendiri bersama Dean untuk mengulik lebih jauh kepribadian lelaki itu. Namun, pesan teks yang dikirim oleh Christine tentang jadwal casting mengurungkan niat Louisa, sehingga dia terpaksa mengekori Dean kembali ke Amerika di penerbangan paling awal.Di satu sisi, Louisa lebih banyak diam, merenungkan tiap kata yang dilontarkan Dean di katedral. Menyambungkan satu-persatu benang yang mengaitkan antara ketidakpercayaannya terhadap cinta, masa lalunya yang masih misterius, serta sebuah komitmen. Dean memang tidak secara langsung mengajukan poin terakhir kepada Louisa, hanya saja setiap kali gadis itu ingin pergi , Dean selalu menahan dan berpendapat kalau komitmen hanya diberikan jika dia sudah menaruh sebuah kepercayaan.&n
Tiba giliran Louisa menunjukkan skill sandiwara di depan timcastingyang dihadiri langsung oleh Christine dan disambut senyum sehangat mentari. Kaka Dean yang katanya seperti nenek sihir itu nyatanya berlaku baik kepada Louisa dan memberi dukungan penuh kalau dia bakal bisa memerankan karakter Abby. Louisa senang bukan main, hatinya langsung berbunga-bunga menerima sentuhan positif dari produser sekelas Christine walau ada tatapan tak menyenangkan yang dilontarkan rivalnya, Rachel dan Jean. Louisa tidak peduli dan memilih menunjukkan bakat agar bisa membungkam mulut mereka yang meragukan kemampuannya.Bersama seorang lelaki berperawakan tinggi besar dengan rahang tegas yang membingkai wajah juga sorot mata dalam di balik iris amber, Louisa mengucapkan dialog-dialog Abby penuh penghayatan. Terutama ketika juri memintanya menampilkan adegan di mana Abby mer
Denting gelas bir memenuhi bar Angel City Brewery berbarengan asap-asap rokok membumbung mendesak tiap-tiap sudut ruangan. Meja-meja dipenuhi gelas maupun kaleng bir olahan mereka sendiri. Manalagi interiornya juga didesain sedemikian rupa; graffiti di tembok bergambar sayap, tengkorak, hingga wajah perempuan bergincu merah nan sensual. Rak kayu berpelitur gelap tempat penyimpanan botol-botol bir beraneka rasa dan sensasi yang sengaja dibuat sesuai musim. Meski bangunan ini adalah bangunan tua, tidak menjadikan bar yang ada di distrik seni dekatLittle TokyoLA terasa usang.Diiringi musik Goo Goo Dolls, Louisa dan Theo duduk di salah satu sudut bar dengan dua botol bir dan dua piring camilan sebagai teman bicara. Sesekali mereka menyanyikan bait demi bait lagu Slide dan tidak menyangka bahwa mereka menemukan kesamaan. Mereka tertawa terbahak-bahak hingga