Ada yang bilang perkataan orang mabuk adalah ungkapan hati yang sadar. 'Jadi dia masih mengharapkan aku,' pikir Noura dengan perasaan tak keruan.Ketika Nader menggerutu dalam keadaan mabuk, Noura dapat mendengar setiap kata yang terucap dari mulut Nader. Dia yakin semua kata-kata itu adalah yang paling jujur dan berasal dari hati yang paling dalam. Tidak hanya itu, Noura juga melihat ekspresi mantan kekasih yang sudah berulang kali menyakiti hatinya itu. Bagaimana mungkin dia bisa menyangkal lagi jika Nader ternyata masih memiliki perasaan terhadapnya?'Dasar pria bodoh ... apa dia masih sering melakukan hal menjijikkan seperti ini?' pikir Noura. Meski hubungan yang pernah mereka jalani terbilang singkat, dia sudah banyak mengetahui kebiasaan Nader yang acapkali mengkonsumsi minuman keras di saat sedang menghadapi masalah pelik.Di saat yang sama, Ikram tidak bisa fokus lagi pada ponselnya. Pandangannya lurus menatap ekspresi Noura. Ada sedikit kecewa yang dirasakan Ikram tatkala m
Dengan mempercepat langkahnya, Malini berpikir jika dia bisa menguasai Nader sepenuhnya. Apalagi tunangannya dalam keadaan mabuk. Kali ini Malini tidak ingin gagal dalam usahanya.Ketika Malini berhasil membawa Nader dan sudah tiba di depan sebuah kamar, pria yang dalam keadaan teler itu justru mendorong Malini hingga jatuh ke lantai. "Minggir kau, aku tidak membutuhkanmu di sini!" Tanpa diduga Nader masih merasakan kehadiran wanita yang tidak diinginkannya, padahal dia sudah berada dalam tingkat kesadaran yang paling rendah.Sudah lumayan lama Malini bersikap manja pada Nader membuat pria itu kesal bukan main. Jika di dalam kediaman keluarga Othmani, Nader masih bisa mentolerir kelakuan tunangannya itu. Namun, saat ini dia tidak ingin terlihat pasrah di hadapan wanita bergaun mini itu.Malini segera berdiri dan dengan sigap memeluk Nader. "Aku ini calon istrimu. Tidak akan ada yang melarang kita untuk satu kamar.""Kau hanya memiliki status itu di mata orang lain, tapi bagiku kau bu
Sesaat setelah Nader mendengar bunyi keras itu, dia menoleh ke samping. "Suara apa itu, apa itu berasal dari neraka?" Karena lelah dengan hidupnya yang kacau balau, Nader mulai mengoceh tentang hal-hal yang aneh.Saat ini, satu hal yang dapat membuat hati Nader menjadi tenang dan selalu diharapkan adalah bertemu dengan Noura. Dia seperti orang gila saat merindukan wanita itu.Hanya selang beberapa detik saja, Nader kembali mendengar bunyi dering dari sebuah ponsel. "Siapa itu?" Koridor hotel tampak sepi ketika menjelang pagi. Jadi tidak ada lalu lalang pengunjung dan juga suara berisik yang lain. Meski dalam kondisi mabuk, Nader dapat mendengar setiap suara, bahkan sekecil apapun. Karena mengira itu adalah perbuatan Malini, Nader pun menegur dengan cara setengah berteriak. "Apa kamu belum pergi juga?"Dengan langkah sempoyongan, Nader berjalan menuju sumber suara.Panik mendengar derap langkah Nader yang kian dekat, Noura segera mendorong tubuh Malini dengan keras. "Maaf, aku tidak
Nader memijit kepalanya yang masih terasa pusing. Ketika mencoba mengingat apa yang terjadi pada malam itu, dia mengarahkan pandangannya pada kamar mandi. Suara gemericik air dari ruangan tersebut meyakinkan Nader jika telah melakukan sesuatu dengan seorang wanita."Noura ...." Nader bergumam pelan. Meski tidak terlalu jelas dengan ingatannya pada malam itu, namun ada sedikit keyakinan jika wanita itu telah mendatanginya.Tidak lama kemudian, setelah Nader memeriksa beberapa panggilan dan pesan di ponselnya, dia menoleh lagi pada pintu kamar mandi."Kamu ...!" Nader menyipitkan mata tatkala wanita yang keluar bukan wanita yang diharapkan. Dahinya mengkerut, kesal dengan keadaannya saat ini.Dari kamar mandi seorang wanita cantik baru saja keluar. Wanita itu hanya menggunakan selembar handuk. Dengan rambut basah terurai dan sambil tersenyum manis, dia mendekati Nader."Selamat pagi, Nader ...!" Tanpa ragu, Zana berdiri di hadapan Nader yang mana pria itu terlihat shock berat. "Aku min
Zana telah kembali ke ke kediaman Mbarki. Di sana, dia menunggu kabar baik dari Nader yang mungkin meminta maaf atau bahkan menyatakan tanggung jawabnya secara gentle."Hai, Ikram, kamu di sini juga?" sapa Zana pada adiknya. Ketika melintasi Zana, ikram tidak menyadari keberadaan kakaknya itu. Maklum saja, selain saling sibuk dengan urusan masing-masing, kedua bersaudara itu juga terbilang jarang kembali pada kediaman kedua orang tua mereka. "Kau juga di sini?" sindir Ikram. "Apa yang terjadi denganmu, kenapa tiba-tiba pulang ke rumah, apa kamu tidak sibuk?"Zana tidak ingin berbasa-basi lagi, dia pun membalas, "Aku lihat kamu bersama dengan Nader tadi malam. Setelah mengetahui kamu tidak menginap di hotel yang sama, jadi aku putuskan untuk mendatangimu ke sini." "Apa lagi yang kamu lihat?" Ikram curiga sesuatu terjadi dengan kakaknya. Dia butuh pengakuan jujur dari Zana, namun karena tidak terlalu fokus dengan apapun, dia pun tidak ingin menerka-nerka."Aku melihat Malini bersama
Noura terkejut, tapi tidak memutar mukanya untuk menghadap ke arah Nader. "Apa yang kamu lihat?""Aku membawamu ke dalam kamar," Nader menjeda ucapannya untuk meneliti perubahan di wajah Noura. Wanita itu masih terlihat bengis dan terkesan seperti menganggapnya kosong. "Rekamannya memang tidak terlihat jelas, tapi aku masih bisa lihat bahasa tubuhmu bahwa kamu juga membalas ciumanku.""Jika sudah mengetahuinya, kenapa masih bertanya lagi?" nada suara Noura terdengar datar, tapi hatinya sudah bergetar tak terkendali. Ada banyak perasaan berkecamuk dalam hati Noura untuk Nader, sangat sulit baginya untuk menghadapi pria itu."Aku hanya ingin memastikan perasaanmu saja." Sejujurnya, Nader ingin berbagi perasaan dengan Noura, tapi ketika melihat ekspresi wanita di sebelahnya yang tampak acuh tak acuh, benteng pertahanannya juga ikut runtuh. Dia yang memiliki sikap angkuh dan gengsi tinggi seketika mengabaikan perasaan baik yang tersisa dalam dirinya.Pada akhirnya, Nader justru menghina
[Noura, ayo jawab aku!]Karena Noura masih diam membisu, Mike mendesak lagi. Bukan berniat mengekang kebebasan Noura, dia hanya tidak ingin terjadi hal buruk pada sahabatnya untuk yang kedua kalinya."Mike, aku ...." Noura menghela napas panjang, kemudian menatap Moana yang turut menyemangatinya.Seperti yang dikatakan Moana sebelumnya, tidak ada gunanya menutup-nutupi pekerjaan sekarang. Toh, suatu saat nanti akan terbongkar juga dan itu akan lebih menyakitkan jika didengar dari mulut orang lain.Moana segera memberi kode pada Noura agar wanita itu berkata jujur.[Ada apa, Noura? Katakan padaku!]"Sekarang aku bekerja di sebuah klub malam, Mike," suara Noura terdengar dalam membuat hati Mike terenyuh.Pria itu terdiam sejenak, namun dia tidak mungkin marah. Dia hanya kecewa karena Noura memilih jalan yang salah untuk menyambung hidup. Kini, setelah mengetahuinya secara langsung, bagaimana mungkin Mike bisa merasa tenang berjauhan dengan Noura sedangkan wanita yang disukainya itu tel
Kepercayaan diri George untuk memiliki Noura seketika meningkat malam itu. Dia tersenyum puas setelah tatapan Ashley tertuju padanya sekaligus menyanggupi keinginannya.'Wanita yang terlihat sempurna, aku sangat bodoh jika harus melewatkannya begitu saja,' pikir George seraya menatap Noura dari mejanya. 'Aku bahkan harus menghadapi Ikram dan Nader setelah ini, lalu kenapa harus begitu patuh dengan kedua wanita rubah itu!' Sedang asyik-asyiknya membayangkan Noura menari di atas ranjang untuknya, ponsel di tangan George tiba-tiba bergetar.Sebuah pesan masuk. Pengirimnya adalah Malini, memberi pesan yang sama dan sudah berulang-ulang diucapkan.[Jangan ikut tergoda dengan si Noura sialan itu, ingat tugas utamamu!]George berdecak kesal melihat chat dari kekasihnya. 'Wanita ini lagi, mengganggu mood ku saja!' desahnya kesal, kemudian dengan malas membalas pesan Malini agar wanita itu tidak berpikiran yang bukan-bukan."Pria bertato yang kamu lihat itu namanya adalah George. Kamu tahu, m
Moana memang tidak pernah melihat kejahatan yang dilakukan Nader di masa lalu, tapi dia telah menyaksikan sendiri bagaimana pengorbanan Nader terhadap Noura di kala wanita itu dalam kesulitan.Kini, Moana bersedia untuk membantu Nader. Dia akan berada di pihak pria itu hingga bisa kembali bersama dengan Noura."Noura ...." ucap Moana sembari menggenggam tangan sahabatnya. "Aku akan beritahu kamu bahwa Bu Rafeeqa yang pernah kamu ceritakan itu adalah ibu kandungnya Nader, dia disingkirkan oleh Heba belasan tahun yang lalu. Aku rasa kamu sudah paham maksudku." "Dari mana kamu tahu?" Noura bertanya pelan.Moana tidak menjawab, tapi dia mengajak Noura. "Ayo ikut aku, akan aku tunjukkan sesuatu padamu!"Melihat Noura menurut saja, Mike kemudian protes. "Noura, kamu mau ke mana? Tidak bisakah kamu mengikutsertakan aku dalam masalahmu, kita sudah berjanji untuk segera menikah, tolong jangan perlakukan aku seperti ini!"Noura menatap Mike dengan dalam. Tak lama, dia pun menggelengkan kepala.
"Ayah, kenapa belum ada kabar?" Noura mendesak Reghab dan itu sudah terjadi berulang kali. "Aku bahkan belum pernah menggendong anakku, bagaimana kalau terjadi hal buruk dengan Angel? Aku tidak ingin hidup lagi jika Angel ku tidak bisa ditemukan.""Angel pasti baik-baik saja. Tidak akan terjadi hal buruk padanya."Diam-diam Reghab juga telah mendapatkan kabar dari Imtiyaz jika Angel dalam keadaan sehat dan sudah lama bersama dengan mereka. Kronologi penculikan juga sudah dijelaskan, membuat Reghab terlihat tenang."Ayah, dari mana kamu menyimpulkan itu?" Noura gusar melihat ayahnya yang tampak santai. "Aku curiga ayah tidak mengambil tindakan apapun, aku lihat ayah lebih sering mengurus pekerjaan daripada mencari anakku. Apa kamu juga tidak peduli dengan keselamatan cucu kandungmu sendiri?"Dituduh demikian membuat Reghab tercengang. Sejak menghilangnya Angel, Noura akan lebih sensitif pada orang yang tidak aktif membicarakan keselamatan putrinya."Tentu saja aku peduli, Noura." Regha
"Sebenarnya Angel diculik, Bu, dan aku belum mendapatkan kabar apapun sampai saat ini," jelas Mike dengan jujur. "Itu sebabnya aku tidak bisa membawa Angel bersama saat ini, aku terpaksa berbohong pada kalian semua.""Bagaimana bisa, Mike?" Meta juga panik mendengarnya. "Siapa yang melakukannya? Apa itu keluarga Nader?" "Bukan dia, Bu, aku masih berusaha sampai sekarang, tolong jangan beritahu Noura dulu, aku takut dia ikut panik!" pinta Mike yang belum siap untuk menghadapi Noura. "Aku di sini, Mike." Suara Noura tiba-tiba terdengar dari balik pintu, membuat Mike terkejut. "Noura ...." Mike tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Noura segera masuk dan mendekati teman baiknya itu. "Kenapa kamu tidak jujur saja, Mike, apa yang kamu pikirkan? Angel itu anakku, aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, dan dia belum ditemukan sampai hari ini, tapi kamu malah berniat ingin menyembunyikannya dariku.""Aku hanya tidak ingin melihatmu khawatir, Noura," kata Mike dengan bersungguh-su
Saat melihat atasan mereka dipermalukan, Kandar dan Omar segera mengambil tindakan. Dengan gerakan cepat, keduanya membubarkan semua orang agar tidak lagi menyaksikan pertengkaran itu."Ayo keluar semua!" seru Kandar dengan brutal. Dia bahkan menarik ponsel orang-orang yang berani merekam kejadian tersebut."Tarik semua yang kamu berikan itu, Nader, setetes pun aku tidak membutuhkannya," gertak Noura. Wajah yang tadinya ayu berubah beringas membuat semua orang terkejut dan bertanya-tanya.Nader sontak berdiri dan bertanya. "Apa yang kamu lakukan, Noura?" Dia bingung. Sebelumnya, hubungan mereka sudah terlihat sedikit akrab, kenapa Noura mendadak berubah arogan."Menolakmu dan membuktikan bahwa aku tidak seperti yang kamu tuduhkan dua tahun yang lalu," ucap Noura dengan marah."Aku tahu, Noura, dan aku juga sudah menyadari semua itu." Nader kembali berlutut dan matanya mulai basah. "Aku mohon, maafkan aku, Noura, aku memang sangat bodoh, aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu, Nour
Noura masih diam di tempatnya. Dia tersenyum tipis ketika menyaksikan tingkah Malini yang begitu agresif."Aku sudah tidak sabar lagi," gumam Malini dengan senangnya. Meski Nader terkesan menghindar, namun Malini tetap saja menempel seakan dia adalah wanita yang dimaksud oleh Nader."Malam ini, aku ingin mengatakan yang sebenarnya jika aku telah menikahi wanita yang aku cintai," ucap Nader dengan tegas. "Dan sebagai bentuk rasa cintaku, semua properti yang aku miliki akan aku serahkan padanya."Semua tamu yang hadir terkesan takjub dengan ketulusan Nader pada wanita yang dicintainya. Bagaimana bisa seorang pria dingin seperti Nader menyerahkan seluruh harta benda miliknya pada seorang wanita?Akan tetapi tidak untuk Malini. Kejujuran Nader terdengar asing baginya. Nader sudah menikahi wanita yang dicintainya, itu berarti bukan Malini."Apa maksudmu, Nader?" Malini tidak terima. Dengan kasar, dia mendorong pundak pria di depannya. "Kamu sudah berjanji akan menikahi aku, bahkan kita su
Sebuah nama yang diucapkan Noura sontak mengagetkan Nader. Pria itu refleks menginjak rem hingga mobil berhenti seketika."Nader, apa yang kamu lakukan?" tegur Noura yang sempat panik dengan keadaan tersebut. "Apa kamu sengaja ingin membuat kita semua mati?"Dari belakang, Moana juga merasakan hal yang sama. Kaget dan panik. "Ya ampun, untung nyawaku tidak melayang."Beruntung mereka semua menggunakan sabuk pengaman dan lalu lalang kendaraan juga tidak terlalu ramai."Maaf ...!" Nader merasa bersalah. "Aku hanya mengingat seseorang yang berarti dalam hidupku," ucapnya pelan."Mengingat seseorang tapi melupakan orang di sekelilingmu," Noura mengoceh kesal. "Sebaiknya fokus pada tujuan kita, jangan memikirkan orang lain dulu!" kata Noura dengan tegas.Nader masih penasaran. Jadi dia bertanya dengan cepat. " Noura, aku ingin tahu tentang wanita yang kamu bicarakan tadi, bisa kamu jelaskan lagi atau bawa aku untuk menemuinya!"Karena Noura masih kesal, dia tidak begitu paham maksud pertan
Ikram lebih dulu masuk ke dalam ruang rawat inap itu. Di belakangnya juga ada Chelsea dan Jerico. Ketiganya berjalan lambat dan sengaja menampilkan ekspresi wajah yang paling ramah.Ketika Maryam menyadari kedatangan ketiga orang asing itu, dia segera mencengkram lengan Suzan. "Untuk apa mereka datang lagi?" tanya Maryam dengan ketakutan. "Suruh mereka pergi, aku tidak mau melihat mereka."Ikram merasa iba dengan bibinya itu. Mukanya tiba-tiba cemberut melihat kondisi wanita itu. Sudah belasan tahun mereka tidak bertemu dan bahkan mereka telah menganggapnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. "Ingat apa yang harus kamu katakan!" Dari belakang, Chelsea berbisik. "Tidak perlu menyebutkan nama anak ataupun suaminya, itu tidak penting baginya, yang dia butuhkan hanya Noura saja!"Ikram segera tersadar dengan penjelasan Chelsea. Dia pun berkata dengan lembut. "Bibi, aku adalah temannya Noura, dia menyuruhku ke sini khusus untuk menjemputmu. Maukah kamu pulang bersama kami?"*Meski masih
Noura lebih banyak diam ketika bu Meta memberikan nasehat padanya. Dia mendengar semua ucapan wanita paruh baya itu tanpa berniat menyanggah sedikit pun. "Ibu ingin yang terbaik untukmu, Noura, jadi sebaiknya jauhi Nader, jangan pernah berdekatan dengannya lagi, apalagi berniat ingin kembali bersama dengannya!" ucap Meta di akhir nasehatnya."Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, Bu," balas Noura dengan terbuka. "Bahkan pertemuan kami hanya untuk meminta dia agar segera menceraikan aku." "Ibu pegang kata-katamu, Noura." Meta terlihat sedih. Tatapan matanya terlihat penuh dendam. "Sungguh, ibu masih sangat membenci keluarga mereka, mereka tidak pantas untuk dimaafkan, Noura.""Iya, Bu." Noura mengangguk paham.Reghab terlihat lebih santai dari hari biasanya. Dia paham dengan perasaan Meta yang turut menyaksikan langsung kekejaman keluarga Othmani pada Noura. Sama seperti Imtiyaz, Reghab juga menyerahkan semua keputusan pada putrinya. Tampak jika dia juga sudah tidak terlalu denda
Harta yang dimiliki Reghab Hammadi sepenuhnya akan diturunkan untuk Noura dan dia juga telah diberi kebebasan untuk mempergunakannya sesuka hati. Namun demikian, Noura masih memiliki caranya sendiri. Dengan mempergunakan Nader, Noura berpikir bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari pria itu."Aku rasa selama ini kamu sudah memberikan uang yang banyak untuk Malini, tapi malangnya, saat aku meminta bantuan darimu, kamu sepertinya sangat sulit untuk berbagi denganku," sindir Noura membuat Nader terhenyak."Aku tidak seperti yang kamu pikirkan itu, Malini tidak berhak untuk mendapatkan apapun dariku, jadi untuk apa membahas wanita itu?" Nader berusaha memperbaiki imagenya yang mungkin dicap buruk oleh Noura. "Sekarang apa rencanamu, bantuan seperti apa yang kamu inginkan?" tawarnya."Bukankah besok malam Netanyahu akan melelang perusahaannya?""Dari mana kamu tahu?" Nader merasa sedikit malu dengan ketidaktahuannya saat ini."Ayahku yang memberitahu." Noura menjeda ucapannya