Pertama, Noura mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ashley. Dia baru saja ingin membuka kunci layar, Nader sudah lebih dulu menegurnya."Tidak perlu minta izin, aku yang akan bicara pada Ashley." Nader sudah paham, jadi dia tidak setuju jika Noura terlalu formal pada Ashley.Sementara itu, Leon telah mengetahui status Nader di dalam klub itu. Dia hanya bisa menghela nafas melihat kepergian Noura bersama dengan pria berkuasa itu."Beruntung juga kamu, Noura," kata Leon sembari mengamati kepergian Noura dan Nader. "Pantas saja kamu selalu menolak para pria selama ini, ternyata yang menunggumu tidak ada tandingannya."Di dalam sebuah bar, Noura dan Nader duduk berhadap-hadapan. Nader masih mengingat kejadian tadi malam, di mana mereka menghabiskan waktu sepanjang malam. Kenikmatan itu jelas terasa dan hanya bisa dia dapatkan dari Noura.Untuk itu, Nader ingin merubah sedikit sikap bengisnya terhadap Noura. Dia mengulum senyumnya ketika beradu pandang dengan wanita cantik di depannya
"Berapa kali kau meniduriku, Tuan Mada Nader?" Noura bertanya dengan sarkas. Nader terlalu sering menghinanya, membuat Noura tidak merasa terbebani dengan kata-kata itu. Dendam yang pernah terpatri dalam dirinya seketika menyala, dan ini adalah waktu yang tepat. Noura berniat untuk membalaskan semua perlakuan Nader selama ini. Dia tidak ingin terperdaya lagi oleh sikap baik yang hanya bersifat sementara itu. Sedangkan Nader tampak terdiam menghadapi Noura. Dia menatap wanita itu dengan heran, mencoba mencerna inti dari pertanyaan tersebut."Selama ini kau meniduriku secara gratis bukan?" lanjut Noura dan saat itu, Nader mulai paham. "Apa maksudmu, Noura?" Nader tidak ingin Noura memiliki anggapan demikian. Jika Noura menginginkan uang, dia bisa memberikannya secara cuma-cuma, bukan hanya karena mereka telah tidur bersama."Tidak usah panik begitu!" seru Noura ketika melihat Nader mati kutu. "Aku hanya meminta sedikit dari kekayaanmu saja, bayaranku tidak akan membuatmu bangkrut."
Noura sempat bertatap muka dengan ketiga pria itu, namun tidak ada satu pun yang dikenalinya. Serangan ketiga pria itu juga terlalu cepat membuat Noura sulit untuk menghindar. Dalam hitungan detik saja, Noura terperangkap ke dalam sebuah penculikan. Teriakan Noura yang hanya sekilas itu juga tidak terdengar oleh orang lain karena mulutnya langsung dibekap oleh pria lainnya. Beruntung pada saat dimasukkan ke dalam mobil, Ashley sempat melihat kejadian itu. "Hei ... berhenti!!!" Dia mengejar, namun harus kehilangan jejak setelah mobil itu melaju dengan cepat. "Siapa mereka?" Ashley tidak mengenali para pria yang menggunakan masker itu. "Dan siapa wanita yang mereka bawa tadi?" Kejadian seperti itu sudah beberapa kali terjadi. bahkan Ashley sudah tidak bisa menghitungnya lagi. Dia tidak akan terlalu serius memikirkannya jika belum ada yang mengadu dan memintanya untuk diusut. Sebagai manager di klub Sahara, sudah menjadi kebiasaan bagi Ashley mendatangi rumah susun itu. Jika tidak
Mike sedang bersama Chelsea ketika mendapat pesan dari Ikram. Mereka tengah membicarakan Angel yang akan dipindahkan ke rumah Chelsea. Mike mengambil keputusan itu karena ibunya kerap menerima kunjungan Ikram tanpa sepengetahuannya.Pada saat ponselnya bergetar, Mike segera memeriksa pesan masuk.[Bibi Heba berada di rumahmu sekarang, aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, lebih baik kamu pulang untuk mengecek kondisi mereka sekarang!] Darah Mike seketika mendidih setelah membaca pesan dari Ikram. "Apa lagi yang mereka rencanakan?" Dia menggertakkan gigi dan langsung curiga jika Ikram juga berada di posisi yang sama dengan Heba."Ada apa, Mike?" Chelsea menegur ketika melihat wajah sahabatnya berubah merah.Tanpa memberi jawaban, Mike meraih kunci mobilnya, lalu mengajak Chelsea bersamanya. "Ikut denganku sekarang, aku akan menceritakannya di mobil.""Ada apa sebenarnya ?" Meski Chelsea mengikuti Mike, dia tetap saja bertanya."Sekarang Angel dalam bahaya!"Chelsea juga sangat me
Nader terlebih dulu memburu para pria yang telah menculik Noura. Kebetulan mereka masih berada di bawah kendali Kandar dan tidak akan dilepaskan sebelum Noura ditemukan. "Di mana Noura?" Nader turun tangan langsung untuk mendapatkan keberadaan Noura. "Kami tidak tahu, Tuan, tolong ampuni kami!" satu pria menjawab. Dia menundukkan kepala setelah memberi jawaban, berharap Nader tidak memberikan hukuman pada mereka. "Mengampuni kalian?" Ketika tidak mendapat kejelasan, Nader justru melayangkan tendangan keras pada pria yang memberikan jawaban tadi. Alhasil, pria itu terjungkal jauh hingga tubuhnya menyentuh tembok. Dia terbatuk kuat dan mulutnya mengeluarkan darah segar. Dua pria yang tersisa menatap ke arah teman mereka yang sudah terluka parah. Mereka serentak berlutut di hadapan Nader. "Ampun, Tuan, kami memang tidak tahu apa-apa. Setelah kami menculik Noura, tuan George menghadang mobil kami dan membawa Noura pergi." Mereka masih menutup mulut karena mengira Nader bu
Pandangan Nader terhadap Reghab terbuktikan. Dia cukup mengenal pria itu sebagai orang yang jujur dan selalu menjaga nama baik keluarga. Dia harus memastikan lagi tujuan Reghab yang menginginkan Noura. "Urus ketiga pria ini, jangan sampai ada yang berbaik hati melepaskan mereka!" ujar Nader pada orang-orang suruhannya. Setelah itu, Nader pun mengajak Kandar bersamanya. "Kita temui tuan Reghab sekarang juga!" "Untuk apa, Tuan?" Kandar protes karena keselamatan Noura lebih penting. "Apa tidak sebaiknya kita mencari Noura saja?" "Kita akan mencari Noura, tapi aku juga masih ingin memastikan tujuan tuan Reghab menculik Noura. Aku yakin kita bisa mendapatkan petunjuk darinya," jelas Nader sembari berjalan menuju mobilnya. Di dalam mobil. Selain menunggu kabar tentang pencarian Noura, Nader juga mencari tahu informasi tentang Reghab. Latar belakang, status dan orang-orang terdekat Reghab menjadi prioritas Nader. "Tunggu ...." Nader terkejut mendapat satu berita tentang Regha
Malini kalap malam itu. Kekesalannya terhadap Noura kian menjadi. Kenapa setiap pria yang dekat dengannya mesti tergila-gila pada Noura?Dibandingkan dengan dirinya yang merupakan seorang publik figure, Malini merasa jauh lebih bagus dari segi hal apapun jika dibandingkan dengan Noura."Buang jauh mayatnya, jangan sampai ada yang menemukannya!" Malini memberikan perintah pada tiga orang pengawal yang dia bawa."Baik, Nona." Ketiga pria itu menggotong tubuh George yang telah menjadi mayat."Kamu terlalu gegabah," kata Sukaesih yang masih kesal terhadap ulah Malini. Dikarenakan itu, dia juga kehilangan selera untuk mengeksekusi Noura malam itu. "Kalau begini jadinya, aku lebih baik tidak ikut-ikutan," lanjutnya. "Dasar penakut, pecundang kalian semua!" Malini mengejek wanita paruh baya itu. "Terserah kamu mau seperti apa, pergi saja jika ingin mundur!" Atas saran dari suaminya, Sukesih awalnya sudah berniat untuk berhenti mengusik Noura. Sempat ketakutan dengan ancaman Nader membuat w
Setelah terjadi kesepakatan, Nader segera melepaskan seluruh ikatan Noura. "Apa aku datang terlalu lama?" tanyanya.Noura hanya menanggapinya dengan senyum seadanya, tapi dalam hati kecilnya, dia merasa lega setelah mendapat pertolongan. Melihat luka pukulan di kening istrinya, Nader merasa bersalah. "Lukamu harus segera ditangani, aku akan lebih dulu membawamu berobat.""Hmmmm ...!" Noura hanya mengeluarkan deheman kecil sebagai tanggapan. Hubungan mereka tidak tidak terlalu bagus untuk saling menumpahkan perasaan, bukan? Bagaimana dia harus bermanja-manja pada pria yang merupakan suaminya itu?Meski Nader telah memberikan pertolongan padanya, tapi Noura tidak berterima kasih untuk itu. Dia justru masih terlihat geram akibat penawaran Nader pada Malini. "Apa kamu marah?" Nader bertanya dan dia berharap Noura menjawab iya, karena itu tandanya wanita itu masih memiliki rasa cinta untuknya.Saat berhadapan dengan Nader, Noura memilih mengunci rapat mulutnya. Apa yang harus dia katakan
Moana memang tidak pernah melihat kejahatan yang dilakukan Nader di masa lalu, tapi dia telah menyaksikan sendiri bagaimana pengorbanan Nader terhadap Noura di kala wanita itu dalam kesulitan.Kini, Moana bersedia untuk membantu Nader. Dia akan berada di pihak pria itu hingga bisa kembali bersama dengan Noura."Noura ...." ucap Moana sembari menggenggam tangan sahabatnya. "Aku akan beritahu kamu bahwa Bu Rafeeqa yang pernah kamu ceritakan itu adalah ibu kandungnya Nader, dia disingkirkan oleh Heba belasan tahun yang lalu. Aku rasa kamu sudah paham maksudku." "Dari mana kamu tahu?" Noura bertanya pelan.Moana tidak menjawab, tapi dia mengajak Noura. "Ayo ikut aku, akan aku tunjukkan sesuatu padamu!"Melihat Noura menurut saja, Mike kemudian protes. "Noura, kamu mau ke mana? Tidak bisakah kamu mengikutsertakan aku dalam masalahmu, kita sudah berjanji untuk segera menikah, tolong jangan perlakukan aku seperti ini!"Noura menatap Mike dengan dalam. Tak lama, dia pun menggelengkan kepala.
"Ayah, kenapa belum ada kabar?" Noura mendesak Reghab dan itu sudah terjadi berulang kali. "Aku bahkan belum pernah menggendong anakku, bagaimana kalau terjadi hal buruk dengan Angel? Aku tidak ingin hidup lagi jika Angel ku tidak bisa ditemukan.""Angel pasti baik-baik saja. Tidak akan terjadi hal buruk padanya."Diam-diam Reghab juga telah mendapatkan kabar dari Imtiyaz jika Angel dalam keadaan sehat dan sudah lama bersama dengan mereka. Kronologi penculikan juga sudah dijelaskan, membuat Reghab terlihat tenang."Ayah, dari mana kamu menyimpulkan itu?" Noura gusar melihat ayahnya yang tampak santai. "Aku curiga ayah tidak mengambil tindakan apapun, aku lihat ayah lebih sering mengurus pekerjaan daripada mencari anakku. Apa kamu juga tidak peduli dengan keselamatan cucu kandungmu sendiri?"Dituduh demikian membuat Reghab tercengang. Sejak menghilangnya Angel, Noura akan lebih sensitif pada orang yang tidak aktif membicarakan keselamatan putrinya."Tentu saja aku peduli, Noura." Regha
"Sebenarnya Angel diculik, Bu, dan aku belum mendapatkan kabar apapun sampai saat ini," jelas Mike dengan jujur. "Itu sebabnya aku tidak bisa membawa Angel bersama saat ini, aku terpaksa berbohong pada kalian semua.""Bagaimana bisa, Mike?" Meta juga panik mendengarnya. "Siapa yang melakukannya? Apa itu keluarga Nader?" "Bukan dia, Bu, aku masih berusaha sampai sekarang, tolong jangan beritahu Noura dulu, aku takut dia ikut panik!" pinta Mike yang belum siap untuk menghadapi Noura. "Aku di sini, Mike." Suara Noura tiba-tiba terdengar dari balik pintu, membuat Mike terkejut. "Noura ...." Mike tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Noura segera masuk dan mendekati teman baiknya itu. "Kenapa kamu tidak jujur saja, Mike, apa yang kamu pikirkan? Angel itu anakku, aku bahkan belum pernah bertemu dengannya, dan dia belum ditemukan sampai hari ini, tapi kamu malah berniat ingin menyembunyikannya dariku.""Aku hanya tidak ingin melihatmu khawatir, Noura," kata Mike dengan bersungguh-su
Saat melihat atasan mereka dipermalukan, Kandar dan Omar segera mengambil tindakan. Dengan gerakan cepat, keduanya membubarkan semua orang agar tidak lagi menyaksikan pertengkaran itu."Ayo keluar semua!" seru Kandar dengan brutal. Dia bahkan menarik ponsel orang-orang yang berani merekam kejadian tersebut."Tarik semua yang kamu berikan itu, Nader, setetes pun aku tidak membutuhkannya," gertak Noura. Wajah yang tadinya ayu berubah beringas membuat semua orang terkejut dan bertanya-tanya.Nader sontak berdiri dan bertanya. "Apa yang kamu lakukan, Noura?" Dia bingung. Sebelumnya, hubungan mereka sudah terlihat sedikit akrab, kenapa Noura mendadak berubah arogan."Menolakmu dan membuktikan bahwa aku tidak seperti yang kamu tuduhkan dua tahun yang lalu," ucap Noura dengan marah."Aku tahu, Noura, dan aku juga sudah menyadari semua itu." Nader kembali berlutut dan matanya mulai basah. "Aku mohon, maafkan aku, Noura, aku memang sangat bodoh, aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu, Nour
Noura masih diam di tempatnya. Dia tersenyum tipis ketika menyaksikan tingkah Malini yang begitu agresif."Aku sudah tidak sabar lagi," gumam Malini dengan senangnya. Meski Nader terkesan menghindar, namun Malini tetap saja menempel seakan dia adalah wanita yang dimaksud oleh Nader."Malam ini, aku ingin mengatakan yang sebenarnya jika aku telah menikahi wanita yang aku cintai," ucap Nader dengan tegas. "Dan sebagai bentuk rasa cintaku, semua properti yang aku miliki akan aku serahkan padanya."Semua tamu yang hadir terkesan takjub dengan ketulusan Nader pada wanita yang dicintainya. Bagaimana bisa seorang pria dingin seperti Nader menyerahkan seluruh harta benda miliknya pada seorang wanita?Akan tetapi tidak untuk Malini. Kejujuran Nader terdengar asing baginya. Nader sudah menikahi wanita yang dicintainya, itu berarti bukan Malini."Apa maksudmu, Nader?" Malini tidak terima. Dengan kasar, dia mendorong pundak pria di depannya. "Kamu sudah berjanji akan menikahi aku, bahkan kita su
Sebuah nama yang diucapkan Noura sontak mengagetkan Nader. Pria itu refleks menginjak rem hingga mobil berhenti seketika."Nader, apa yang kamu lakukan?" tegur Noura yang sempat panik dengan keadaan tersebut. "Apa kamu sengaja ingin membuat kita semua mati?"Dari belakang, Moana juga merasakan hal yang sama. Kaget dan panik. "Ya ampun, untung nyawaku tidak melayang."Beruntung mereka semua menggunakan sabuk pengaman dan lalu lalang kendaraan juga tidak terlalu ramai."Maaf ...!" Nader merasa bersalah. "Aku hanya mengingat seseorang yang berarti dalam hidupku," ucapnya pelan."Mengingat seseorang tapi melupakan orang di sekelilingmu," Noura mengoceh kesal. "Sebaiknya fokus pada tujuan kita, jangan memikirkan orang lain dulu!" kata Noura dengan tegas.Nader masih penasaran. Jadi dia bertanya dengan cepat. " Noura, aku ingin tahu tentang wanita yang kamu bicarakan tadi, bisa kamu jelaskan lagi atau bawa aku untuk menemuinya!"Karena Noura masih kesal, dia tidak begitu paham maksud pertan
Ikram lebih dulu masuk ke dalam ruang rawat inap itu. Di belakangnya juga ada Chelsea dan Jerico. Ketiganya berjalan lambat dan sengaja menampilkan ekspresi wajah yang paling ramah.Ketika Maryam menyadari kedatangan ketiga orang asing itu, dia segera mencengkram lengan Suzan. "Untuk apa mereka datang lagi?" tanya Maryam dengan ketakutan. "Suruh mereka pergi, aku tidak mau melihat mereka."Ikram merasa iba dengan bibinya itu. Mukanya tiba-tiba cemberut melihat kondisi wanita itu. Sudah belasan tahun mereka tidak bertemu dan bahkan mereka telah menganggapnya meninggal dalam sebuah kecelakaan. "Ingat apa yang harus kamu katakan!" Dari belakang, Chelsea berbisik. "Tidak perlu menyebutkan nama anak ataupun suaminya, itu tidak penting baginya, yang dia butuhkan hanya Noura saja!"Ikram segera tersadar dengan penjelasan Chelsea. Dia pun berkata dengan lembut. "Bibi, aku adalah temannya Noura, dia menyuruhku ke sini khusus untuk menjemputmu. Maukah kamu pulang bersama kami?"*Meski masih
Noura lebih banyak diam ketika bu Meta memberikan nasehat padanya. Dia mendengar semua ucapan wanita paruh baya itu tanpa berniat menyanggah sedikit pun. "Ibu ingin yang terbaik untukmu, Noura, jadi sebaiknya jauhi Nader, jangan pernah berdekatan dengannya lagi, apalagi berniat ingin kembali bersama dengannya!" ucap Meta di akhir nasehatnya."Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, Bu," balas Noura dengan terbuka. "Bahkan pertemuan kami hanya untuk meminta dia agar segera menceraikan aku." "Ibu pegang kata-katamu, Noura." Meta terlihat sedih. Tatapan matanya terlihat penuh dendam. "Sungguh, ibu masih sangat membenci keluarga mereka, mereka tidak pantas untuk dimaafkan, Noura.""Iya, Bu." Noura mengangguk paham.Reghab terlihat lebih santai dari hari biasanya. Dia paham dengan perasaan Meta yang turut menyaksikan langsung kekejaman keluarga Othmani pada Noura. Sama seperti Imtiyaz, Reghab juga menyerahkan semua keputusan pada putrinya. Tampak jika dia juga sudah tidak terlalu denda
Harta yang dimiliki Reghab Hammadi sepenuhnya akan diturunkan untuk Noura dan dia juga telah diberi kebebasan untuk mempergunakannya sesuka hati. Namun demikian, Noura masih memiliki caranya sendiri. Dengan mempergunakan Nader, Noura berpikir bisa mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari pria itu."Aku rasa selama ini kamu sudah memberikan uang yang banyak untuk Malini, tapi malangnya, saat aku meminta bantuan darimu, kamu sepertinya sangat sulit untuk berbagi denganku," sindir Noura membuat Nader terhenyak."Aku tidak seperti yang kamu pikirkan itu, Malini tidak berhak untuk mendapatkan apapun dariku, jadi untuk apa membahas wanita itu?" Nader berusaha memperbaiki imagenya yang mungkin dicap buruk oleh Noura. "Sekarang apa rencanamu, bantuan seperti apa yang kamu inginkan?" tawarnya."Bukankah besok malam Netanyahu akan melelang perusahaannya?""Dari mana kamu tahu?" Nader merasa sedikit malu dengan ketidaktahuannya saat ini."Ayahku yang memberitahu." Noura menjeda ucapannya