Sarapan pagi bersama telah selesai, "Terima kasih atas makanannya!"
Mereka pun bubar. Gossen dan Aamon akan menghadiri rapat penting, sementara para maid harus sibuk mengurus semua pekerjaan rumah. Tersisa Nonoa yang masih duduk menyesapi teh hijaunya.
"Nonoa-san?"
Nonoa menatap ke arah Celia.
"Nonoa-san, maafkan aku soal semalam," suara Rei terdengar sendu.
Nonoa menggeleng dengan tersenyum "Tidak perlu dipikirkan Rei-kun. Maaf membuatmu jadi kepikiran."
"Nonoa-san, saat kami dalam perjalanan kemari, kami melihat ada sebuah desa kecil di dekat kediaman Paxley, mau kah kau menemani kami untuk pergi melihat-lihat?" tanya Rei menawarkan. Nonoa tertegun mendengarnya.
"Apa kau sedang ada rencana?"
Nonoa langsung menggeleng, "Eh, tidak ada kok. Baiklah, aku akan pergi bersama kalian," sahutnya dengan wajah yang tampak lebih cerah sekara
Nonoa terdiam sejenak menatap wajah Celia, kemudian menghela nafas panjang, lalu menatap ke kejauhan, "Ah, itu lain masalah. Setelah aku bercerita panjang tadi, mungkin kalian akan berpikir kalau kalian itu adalah teman Tanoa yang selama ini hilang dari ingatan kami, kan?" Nonoa kemudian menatap mata Celia, "Seperti yang dibicarakan Enhem kemarin malam. Aku ingin memintamu untuk menemui Sang Penyendiri, dia satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Tanoa dari situasi ini." "Celia-chan, tolong maafkan keegoisanku ini. Aku harap kau bisa mengerti." "Jadi yang terjadi malam itu memang sudah kau rencanakan ya, hebat sekali Nonoa-san ini," Rei tertawa memuji. Sementara Celia masih tenggelam dalam pikirannya. "Celia-chan?" "Celia?" Celia buru-buru mengusir pikirannya, "Maaf aku terlalu banyak berpikir. Tapi, seperti yang aku bilang pada Enhem, aku akan dengan senang hati
"Kenapa, Celia-chan? Apa kau tidak mau?" tanya Nonoa yang melihat Celia masih memikirkan jawabannya. "Hufftt ... Apa kau tidak ingat kalau Rei bisa melihat apa yang aku lihat?" "Kurasa itu tidak masalah selagi tubuhnya tidak bersama kita." "Hee? Tidak, tidak, tidak! Pemandangan itu hal yang dilarang untuk Rei. Hei, Rei! Katakan sesuatu, bukannya malah diam saja!" Rei malah bersiul pura-pura tak dengar. "Rei-kun!" Nonoa tertawa kecil, "Baiklah kalau Celia-chan merasa tidak enak. Aku akan mandi lebih dulu ya!" "Heee ... Kenapa tidak jadi, Nonoa-san?" "Kutimpuk kepalamu, Rei!" "Sayang sekali, Celia." "Bodoh! Dasar Rei bodoh!" Belum selesai keterkejutan itu datang dari Nonoa, para maid datang menawarkan hal yang sama, "Celia-sama, Celia-sama! Ayo kita mandi bareng-bareng berlima?"
Aamon dan Gossen segera mengambil tindakan, hendak membawa tubuh Celia yang tiba-tiba sekarat. Nonoa menatap tak percaya, mulutnya menganga lebar. Sementara nyonya Paxley tetap tenang seolah itu bukan pemandangan yang pertama. "Jangan disentuh!" "Apa maksudmu, bu? Kita harus segera menolongnya!" Nyonya Paxley menggeleng, "Yang kau lakukan itu hanya akan membuat keadaan jadi rumit." Gossen dan Aamon menarik tangannya ragu, mereka kasihan melihat Celia terus meronta dan terbatuk mengeluarkan darah. "Ini tidak bisa dibiarkan!" Gossen tak bisa menahan diri. Ia segera membopong tubuh Celia, tapi tiba-tiba saja kursi melayang dan menghantamnya dari belakang, itu teknik sihir dari nyonya Paxley. "Sudah kubilang, kau hanya akan membuat masalah menjadi rumit!" "Tapi bu!" Nyonya mengangkat tangannya berisyarat diam, ia bangkit dari tem
"Begitulah Lone Angel, si calon wadah terpilih. Dia tidak akan melakukan itu kalau dia tidak benar-benar mencintaimu." Entah kenapa yang paling terkejut dari perkataan itu adalah Nonoa. Dia terkaget sampai suaranya terdengar cukup keras. "Heee?!" "Kau seperti baru saja kalah lotre, Nonoa," cibir Aamon. "Diam!" pungkas Nonoa garang, kemudian tertunduk bingung dengan perasaan di dadanya. "Sebetulnya, dia tidak menghisap darah Rei-sama sampai kehilangan nyawanya. Tapi Rei-sama berakhir seperti itu karena telah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanku. Kalau saja dia tidak menghalau serangan dari Sang Lone Angel, mungkin aku sudah tidak sedang berdiri di sini. Aku benar-benar punya hutang budi pada Rei-sama." "Enhem-san ..." "Sepertinya, yang terjadi lebih mengejutkan dari dugaanku," komentar nyonya Paxley, "kalau mem
"Politik?" Rei jadi teringat sesuatu setelah mendengar itu. "Sebenarnya, aku sedang mencari seseorang untuk membantu Aamon dan Gossen dalam masalah kerajaan, tugas mereka adalah melangsungkan hubungan diplomatik dengan kerajaaan tetangga. Kepala diplomat mereka barusaja mengundurkan diri, jadi sebelum itu, aku ingin mendengar pendapatmu lebih dulu sebelum aku memintamu untuk bergabung." "Tu-Yunggu Hima-sama. Umm, kenapa anda memilihku?" "Tidak ada alasan khusus, Rei-dono. Aku yakin setelah kau kehilangan ingatanmu, kau pasti ingin tau lebih banyak tentang dunia ini, maka aku sarankan hal itu padamu." Rei masih terdiam bingung, cara bicara nyonya Paxley tadi itu terdengar seperti sedang menyembunyikan sesuatu. "Rei-dono?" "Aku perlu waktu untuk menjawabnya." "Ah, kupikir kau memang akan menjawab seperti itu, silahkan diskusikan ini dengan Celia-dono,
Gossen Paxley "Apa? Sinoru mengundurkan diri?" Aamon tidak bisa menahan keterkejutan saat mendengar atasannya keluar tanpa alasan yang jelas. "Tenanglah, Aamon. Kau terlalu dramatis menanggapinya," Gossen yang termasuk punya peran penting di bagian diplomat berkata tenang. "Tapi ini buruk Gossen! Bisa-bisa pihak Kerajaan Lotus memutus hubungannya dengan kita!" "Mereka tidak sedangkal itu dalam berpikir, meski mereka kaya sumber daya, kerajaan kita lebih kuat dalam militer, reputasi mereka juga buruk di kalangan lain. Kita adalah satu-satunya bagi mereka," Gossen menjelaskannya dengan tenang. Aamon geram, ia kembali duduk, kepalanya tertunduk dan tangan kekarnya mengepal. Ia tampak tak seperti biasanya, tapi Gossen benar tentang semua itu. "Jadi, apa yang terjadi pada Sinoru-san?" Gossen bertanya pada yang lain. Di situ, ada
Hima Paxley baru saja keluar dari kelas akademi, ia cukup terkejut melihat Gossen tengah bersandar di pagar sambil menatap ke halaman. "Gossen? Apa kau menungguku?" panggilnya. Gossen menoleh, "Ah, apa kau sudah selesai, bu?" "Ini pergantian pelajaran, aku akan kembali ke ruanganku, ada perlu apa?" "Ibu, langsung saja ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." "Ara, kau tak pernah basa-basi, ya." ujarnya menyinggung sikap cool Gossen, "Jadi, apa ada sesuatu yang kau inginkan dariku?" Gossen mengangguk, "Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya padamu satu hal. Bagaimana Rei dan Celia menurutmu?" "Rei dan Celia? Mereka anak yang baik," Hima Paxley tersenyum ramah. Ia salah satu guru favorit di akademi. Selain cerdas, ia cantik meski di usia kepala empat, dan itu menurun pada anak-anaknya. "Tidak, yang kumaksud adalah dari
"Apa ada kemajuan?" nyonya Paxley masuk ke ruangan Tanoa. Semua orang termasuk para maid dan Enhem juga berada di situ. Wajah mereka kini tampak lebih cerah dari hari-hari sebelumnya."Bu, syukurlah. Aku bisa merasakan mana[1] yang mengalir di tubuh Tanoa sekarang," Nonoa menjawab senang. Kondisi Tanoa nampaknya membaik."Benarkah?" nyonya Paxley mendekat ke tubuh Tanoa, Aamon dan Gossen yang paling dekat bergeser untuk memberi ruangan. Nyonya Paxley menekan dahi Tanoa dengan telapak tangan, kemudian muncul seberkas sinar bercahaya yang membuat Rei takjub melihatnya."Apa ini sihir penyembuhan?" tanya Rei antusias."Huh? sihir penyembuhan itu termasuk langka, yang banyak ditemui itu ramuan penyembuh. Ini kemampuan khusus ibu untuk membuat aliran mananya jadi lebih teratur," jelas Aamon. Ia kemudian menatap Tanoa sedih, "Tapi, aku jadi merasa kalau kondisinya yang membaik ini adalah karena dekatnya waktu dengan kemunculan bulan purnama biru berikutnya," uj
"Permisi, kami hendak mencari pemimpin karavan dagang Yuminose, bisa tolong antarkan kami padanya?" pinta Rei pada pria paruh baya yang tengah menghirup puntung rokoknya itu."Ah, apa kau juga mau ikut pergi ke kerajaan Guilstone?"Rei mengangguk."Tapi anak muda, mungkin saja perjalanan ini sedikit beresiko, lho," katanya tiba-tiba."Lho, memangnya kenapa?"Pria itu mendekatkan wajahnya untuk membisikan sesuatu, "Ada rumor yang mengatakan bahwa, setiap malam-malam tertentu di jalur desa Bulu Gagak menuju desa Lembah Bergetar, ada sekumpulan hewan iblis yang suka menyerang petualang atau karavan pada malam hari."Fara terkesiap, itu mengingatkannya pada aroma mencurigakan tadi."Apa pemimpin karavan itu juga mengetahuinya?""Tentu saja, tapi bukan berarti tidak akan ada korban meski ia sudah menyiapkan prajurit penjaga, kau hanya perlu berhati-hati jika sudah mantap ingin ikut dengan mereka," ujarnya, lalu ia mengantar mereka k
"Aku tinggal menceritakan situasinya ketika mereka menemukanku," jawab Rei asal."Anda mengatakannya seperti itu hal yang mudah saja," gerutu Fara."Haha," Rei malah tertawa."Mereka hendak melatihku, magister tingkat lanjutan sebagai pelatihnya. Hanya saja, aku merasa ada yang janggal dari keputusan raja tentangku," jelas Rei."Apa mereka membuatmu tidak nyaman?"Rei yang kepalanya dibantalkan pada tangan jadi menoleh ke arahnya, "Bukan begitu, aku hanya merasa suatu saat mereka akan menjadikanku sebagai budak politik," jelasnya, "dan aku tidak mau Celia terlibat.""Hmm, ya pokoknya kalau sampai mereka menyusul kita, aku tidak mau bertanggung jawab," kata Fara."Tenang saja, aku ahli memanfaatkan medan untuk bersembunyi."Rei bangkit, "Sudah saatnya memasang waktu jaga, kita akan gantian berjaga, kau mau duluan istirahat, Fara-chan?"Fara mengangguk, "Baiklah, aku juga sudah cukup mengantuk."Tirai penutup tenda
"Kenapa terkejut? Kau juga kesini jalan kaki, kan?""Muuh, tidakkah kalian terlalu nekat?""Hey, lihatlah siapa yang berbicara," sahut Rei berkacak pinggang.Fara menghela napas, ia menyerah, mereka sama-sama keras kepalanya. Matahari juga hampir tumbang di sisi timur, waktu mereka tinggal sedikit sebelum hari menjadi gelap."Memangnya, apa tujuanmu pergi ke sana, Rei-san, Celia-san?" tanya Fara."Entahlah ...""Heee?!""Singkatnya, kami hanya ingin menjelajahi dunia yang penuh misteri ini," jawab Rei tanpa keraguan di wajahnya."Apa itu, aneh sekali," cibir Fara."Kok aneh?""Kalian suka sekali ya melakukan hal-hal yang merepotkan," ujarnya. "Tapi ... Terima kasih ya, maaf aku kurang benar mengatakannya kemarin itu," tambahnya lagi.Benar-benar sosok Fara yang terlihat berbeda di mata Rei dan Celia, sampai bingung bagaimana menanggapi perkataannya."Kenapa menatapku seperti itu?""Eh, hahaha
Fara mengucek kedua matanya yang sembab saat terbangun. Ya, setelah ia menutupkan pintu begitu Rei keluar, ia hampir tidak bisa berhenti menangis. Tirai dibuka, cahaya yang terlalu terang mengejutkan bola matanya yang masih terasa perih.Ia membetulkan kerah piyama yang turun ke bahu. Mengorek isi tas untuk mengambil pakaian ganti. Di penginapan ini terdapat pemandian air panas, sempurna untuk pagi hari setelah malam yang melelahkan. Fara meregangkan tubuhnya, lalu mengingat ada sesuatu yang kurang."Astaga, aku tidak punya sabun," gumamnya."Mungkin aku bisa meminjamnya dari kamar sebelah," Fara lalu merapikan isi tas itu dan beranjak ke kamar sebelah.Pintu diketuk, "Permisi."Tepat setelah pintu dibuka, handuk yang bawa di tangannya jatuh, mulutnya menganga tak percaya."Ah, Ohayou Fara-chan.""Ohayou Fara-chan," ujar suara yang lebih feminim."Rei-sama, apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Fara penuh keterkejutan.R
Sebelum kejadian itu terjadi."Celia-sama, ada apa?" tanya Lumine melihat ia datang ke kamarnya tepat setelah Fara pergi."Apa, Fara-chan meninggalkan sesuatu?""Entahlah, kau bisa mengecek lemarinya."Tanpa disuruh dua kalipun Celia segera melakukan apa yang Rei minta sebelumnya."Mungkin ini agak sulit, tapi jika ada barang yang membangkitkan kenangan Fara, seharusnya kita bisa membujuknya," kata Rei sebelum itu.Celia mengorek isi lemari, mendapati sebuah kotak dan membukanya."Rei-kun, bukankah benda ini adalah ...?""Ah, sepertinya ini keberuntungan kita."Mereka juga mendapati sapu tangan Rei disitu."Anu, mau kau apakan barang-barang itu Celia-sama?" tanya Lumine"Izinkan kami menyimpannya sebagai kenang-kenangan," jawab Rei."Eh, aku sih tidak masalah, tapi mungkin yang lain merasa ingin menyimpan barang itu juga.""Aku tidak keberatan kok," kata Reina yang tiba-tiba muncul, Lucia juga
"Kau sengaja mencariku?""Maaf, seharusnya aku lebih memikirkan keadaanmu," kata Rei."Tapi, kenapa?" Air mata yang menumpuk di pelupuk mata Fara tiba-tiba saja tumpah, "Padahal aku sudah mencoba membunuhmu." Gadis itu mengusapnya dengan lengan kain panjang yang penuh noda bekas serangan Hidomi."Aku senang kau tampak baik-baik saja, Fara-chan." kata Celia."Wah, wah, tampaknya ada reuni mengharukan di sini."Rei meningkatkan kewaspadaan menatap tajam pada Hidomi."Rei-sama, pergilah, dia bukan lawanmu," ujar Fara lirih.Tentu saja Rei yang keras kepala tidak akan mendengarnya. Ia menerjang, Hidomi yang mendapati tindakan ini tak tinggal diam. Tangan mereka sama-sama memancarkan aura sihir.Bicara soal kekuatan, daun kering tentu akan kalah dilahap api, tapi yang jadi penentu saat ini adalah pengalaman, bukan seberapa kuat.Rei memukul, Hidomi menghindar, dan terjadi sebaliknya. Rei terus memusatkan tenaganya setiap ia m
"Keluarlah, kalian tidak perlu bersembunyi," ujarnya."Wah, wah sepertinya kau sudah melunak ya, apa itu artinya kau menerima tawaran kami?" sahut pria yang sepertinya pemimpin kelompok serangga ini."Pergilah, atau kalian rasakan akibatnya," ancam Fara tanpa ekspresi."Hmm, kau mengancam kami? Sungguh tidak tau diri."Mereka mendekatinya dengan tatapan penuh hasrat. Fara sejengkalpun tak menggeserkan kakinya. Ia menghela napas, padahal baru saja menyesali sesuatu. Sekarang ia harus menodai tangannya lagi.Pria itu mencoba menyentuh pundaknya, Fara menepis. Merasa geram, ia mencengkram kuat pundak Fara dengan kedua tangan."Aku sudah memperingatkanmu, lho."Cengkraman itu tak berlangsung lama, Fara melompat ke belakang dan melepasnya. Keseimbangan pria itu otomatis berkurang, Fara dengan sekuat tenaga melayangkan tendangan salto dan memusatkan serangannya pada dagu si pria. Serangan cepat itu membuatnya mundur beberapa langkah sambil
"Guilstone mungkin banyak celah, tapi yang mulia Nelhon adalah sosok bijaksana yang sangat memegang nilai kepercayaan." Sebagai bagian yang memegang kepengurusan tentang kerajaan ini, kalimat itu menjadi jawaban Aamon.~~~Hari yang dikhawatirkan pun tiba. Berkat pijatan detoksin dari tabib Stela, tiga hari setelahnya akhirnya Celia bisa beraktifitas seperti biasa.Bukannya ceria, pagi yang cerah ini malah disambutnya dengan ekspresi murung. Itu karena Fara akan duduk di kursi pengadilan pada hari yang sama.Sang raja mendengar semua kesaksian yang diungkapkan oleh Lewith Paxley, sementara penghuni kediaman Paxley, termasuk Enhem, dan juga para maid yang duduk di kursi pengantar menatapnya dengan hati terenyuh.Reina menatap ke arah Celia yang jarak bangkunya cukup jauh, terlihat sekali tatapan harapnya yang tengah mengelap tangis dengan sapu tangan supaya Celia bersuara untuk menolak pidana ini.Celia ingin sekali melakukannya, tapi yang te
"Tolong lakukan lebih lembut, Stela-san, uhh ....""Kalau aku melakukannya lebih pelan lagi, bukannya menguap, racun itu malah menyebar di tubuhmu," sahutnya membuat Celia jadi pasrah.Meski tidak bisa melihat, desah dan erangan yang dibuat Celia saat dipijat membuat Rei berkomentar, "Akhirnya kau menunjukkan sisi erotismu, Celia-chan.""Ahh, berisik Rei-kun!""Bertahanlah sebentar. Meski tidak terlalu parah, racun yang diakibatkan oleh sihir gelap ini bisa merusak imunitas tubuh, itu membuatmu sangat mudah terserang demam," jelas Stela di sela-sela pijatan itu."Aku baru tau dalam sihir itu bisa membuat racun mengendap dalam aliran mana seseorang," ujar Rei."Semua sihir memang dapat mengganggu aliran mana seseorang, tapi jenis dan tingkatannya berbeda-beda. Ada yang sangat lemah sehingga larut begitu saja, dan yang paling berbahaya adalah sampai menghancurkan aliran mana itu sendiri," jelas Dania.Rei dan Celia tertegun, ia pernah m