Gossen Paxley
"Apa? Sinoru mengundurkan diri?" Aamon tidak bisa menahan keterkejutan saat mendengar atasannya keluar tanpa alasan yang jelas.
"Tenanglah, Aamon. Kau terlalu dramatis menanggapinya," Gossen yang termasuk punya peran penting di bagian diplomat berkata tenang.
"Tapi ini buruk Gossen! Bisa-bisa pihak Kerajaan Lotus memutus hubungannya dengan kita!"
"Mereka tidak sedangkal itu dalam berpikir, meski mereka kaya sumber daya, kerajaan kita lebih kuat dalam militer, reputasi mereka juga buruk di kalangan lain. Kita adalah satu-satunya bagi mereka," Gossen menjelaskannya dengan tenang.
Aamon geram, ia kembali duduk, kepalanya tertunduk dan tangan kekarnya mengepal. Ia tampak tak seperti biasanya, tapi Gossen benar tentang semua itu.
"Jadi, apa yang terjadi pada Sinoru-san?" Gossen bertanya pada yang lain.
Di situ, ada
Hima Paxley baru saja keluar dari kelas akademi, ia cukup terkejut melihat Gossen tengah bersandar di pagar sambil menatap ke halaman. "Gossen? Apa kau menungguku?" panggilnya. Gossen menoleh, "Ah, apa kau sudah selesai, bu?" "Ini pergantian pelajaran, aku akan kembali ke ruanganku, ada perlu apa?" "Ibu, langsung saja ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu." "Ara, kau tak pernah basa-basi, ya." ujarnya menyinggung sikap cool Gossen, "Jadi, apa ada sesuatu yang kau inginkan dariku?" Gossen mengangguk, "Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya padamu satu hal. Bagaimana Rei dan Celia menurutmu?" "Rei dan Celia? Mereka anak yang baik," Hima Paxley tersenyum ramah. Ia salah satu guru favorit di akademi. Selain cerdas, ia cantik meski di usia kepala empat, dan itu menurun pada anak-anaknya. "Tidak, yang kumaksud adalah dari
"Apa ada kemajuan?" nyonya Paxley masuk ke ruangan Tanoa. Semua orang termasuk para maid dan Enhem juga berada di situ. Wajah mereka kini tampak lebih cerah dari hari-hari sebelumnya."Bu, syukurlah. Aku bisa merasakan mana[1] yang mengalir di tubuh Tanoa sekarang," Nonoa menjawab senang. Kondisi Tanoa nampaknya membaik."Benarkah?" nyonya Paxley mendekat ke tubuh Tanoa, Aamon dan Gossen yang paling dekat bergeser untuk memberi ruangan. Nyonya Paxley menekan dahi Tanoa dengan telapak tangan, kemudian muncul seberkas sinar bercahaya yang membuat Rei takjub melihatnya."Apa ini sihir penyembuhan?" tanya Rei antusias."Huh? sihir penyembuhan itu termasuk langka, yang banyak ditemui itu ramuan penyembuh. Ini kemampuan khusus ibu untuk membuat aliran mananya jadi lebih teratur," jelas Aamon. Ia kemudian menatap Tanoa sedih, "Tapi, aku jadi merasa kalau kondisinya yang membaik ini adalah karena dekatnya waktu dengan kemunculan bulan purnama biru berikutnya," uj
"Kalau kau ingin dia datang, berjalanlah ke arah hutan. Ada batu besar di sana, duduklah di atasnya sambil menatap ke arah bulan dan katakanlah 'Wahai Sang Penyendiri, aku menunggumu untuk menjemputku' berulang-ulang sampai hatimu terasa bergetar, saat itulah dia sudah berada di belakangmu, baru lakukan apa yang harus kau lakukan," jelas nyonya Paxley.Rei mengangguk, "Baiklah, akan kulakukan."Nyonya Paxley tersenyum, "Besok aku akan kembali ke kerajaan dan tidak akan pulang dalam satu bulan, aku berharap Tanoa bisa bersama kita lagi," setelah mengatakan itu, nyonya Paxley pergi. Enhem dan para maid juga harus menyelesaikan tugas terakhir harian mereka. Gossen dan Aamon beranjak pergi. Tinggal Nonoa yang tak bisa mengalihkan pandangannya dari Tanoa."Aku akan berusaha, Nonoa. Bersabarlah," Rei coba menenangkan.Nonoa kembali terisak, hidungnya tampak merah tersumbat, ia kemudian menatap Rei dengan senyum tulus "Tolong jangan paksakan dirimu ya, Rei
Kaki Rei berlari cepat, sementara bayang-bayang ingatan tentang Violet kembali betebaran. Enhem mengatakan sesuatu seperti adanya hubungan antara Lone Angel dengan Sang Penyendiri, dan itu menimbulkan persepsi kalau Violet pasti ada hubungannya dengan semua ini. Nafas Rei terengah, ia tau kalau ada banyak pasang mata yang terus mengiringi langkahnya saat ia semakin masuk ke dalam hutan. Gossen, Aamon, Enhem, Nonoa, dan juga para maid. Tak ada yang bisa mereka lakukan selain mempercayakan ini padanya. Sementara Celia diam penuh pertimbangan, bukan tak mungkin kalau mereka akan bertukar tempat lagi. "Aduh!!" semak belukar dan ranting berduri terus menjadi penghambat langkah sampai akhirnya siluet rembulan terasa membiru. Cahaya ini redup, perlahan tapi begitu terasa perubahannya. Degup jantung semakin memompa cepat saat dihadapkan pada rasa takut dan berani yang silih tumpang tindih. Rumor mengatakan pepohonan di saat malam itu mengeluarkan racun lemah yang mem
"Ah, kau rupanya. Lama tak berjumpa." "Aku tidak ingat kita pernah bertemu." "Hehe, kau lucu sekali ya." Rei menatap mereka bingung. Fisik mereka seperti pinang dibelah dua, pakaiannya saja yang membedakan. Wanita yang tangannya sedang ia tahan ini memakai gaun hitam dan sebuah selendang transparan melingkar di leher. Sedangkan Violet mengenakan gaun putih sama seperti terakhir kali mereka bertemu. "Lepaskan pemuda itu!" perintah Violet. Mengira Sang Penyendiri akan melawan, ternyata ia memilih untuk menurutinya. "Baiklah," Ia melepas tangan Rei yang sudah patah. Rei meringis kesakitan, teriakannya masih juga tertahan. Violet tiba-tiba melompat dan menyerang ke arah Sang Penyendiri dengan belati yang siap di genggaman. Rei hendak mencegah karena Violet akan menggagalkan rencana negoisasinya, tapi rasa ngilu yang luar biasa memaksanya untuk tetap diam. Sang Penyendiri menghindar begitu belati itu menghujam ke arah tubuhn
Sang Penyendiri tak bergeming, ia malah tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Jawab aku! Kenapa kau merenggut jiwa Tanoa, dan juga Celia secara tiba-tiba seperti itu?!" "Aku sudah mengatakannya padamu, mereka kubawa dalam kedamaian, apa yang kurang jelas dari penjelasan itu?" "Kalau Tanoa, aku mungkin bisa sedikit memahaminya, tapi kenapa kau melakukannya pada Celia begitu cepat tanpa sepengetahuanku?! Aku yakin di sini ada pengecualian," tangan Rei mengepal, ingin sekali ia meninju apapun yang ada di sekitar. "Aku tidak mengambil jiwanya," Sang Penyendiri menjawab datar. "Hah?" "Aku hanya menekan kesadarannya. Kau akan berakhir mati jika jiwa Celia direnggut dari tubuh itu." Rei mengerutkan dahi semakin tak paham, "Ta-Tapi kau tadi bilang kau ingin aku kembali padamu," ujarnya bingung. Pemandangan tampak semakin aneh saat Rei melihat Momoka memasang wajah tersipu, "Itu karena," ia memalingkan tubuhnya dari tatapan Rei "
Reflek Rei segera melompat untuk mendorong tubuh Violet menjauh. Diameter ukuran tombak itu cukup besar, jika ia berusaha menyelamatkan Violet sambil menyelamatkan dirinya sendiri ia tak punya cukup tenaga untuk itu, jadi Rei memusatkan tenaga di tangannya dan mendorong Violet sekuat yang ia bisa."Tidaak! Rei-kun!!!" Violet berteriak histeris, lukisan biru di tangannya sampai mengeluarkan cahaya lagi. Tapi tak ada yang perlu dikhawatirkan, Rei masih akan bertukar jiwa dengan Celia.Benar saja, tepat saat tombak itu menghujam tanah, hanya ada sedikit jarak yang tersisa antara Violet dengan benda bercahaya itu. Sementara kedua matanya membulat saat melihat cipratan darah melintas dalam penglihatannya.'Padahal aku belum sempat menyapanya, padahal aku belum sempat bersyukur melihatnya kembali sehat seperti semula' Violet membatin kecewa. Fakta kalau ia belum mengetahui tentang pertukaran tubuh itu membuatnya berpikir telah mengulangi kesalahan yang sam
Aamon sebagai tuan muda tertua mengangguk tanpa ragu, mereka memang tidak punya pilihan lain. Sementara Violet tampak bingung dengan keputusan Celia, "Apa tidak apa-apa?" tanyanya dengan mata membulat. Celia mengangguk, "Tentu saja, Rei juga pasti menginginkan hal itu. Terlebih, kita harus cepat, atau akan datang serangan susulan!" Gossen dan Aamon mengangguk setuju. Selain sihir yang melibatkan telekinesis, keluarga Paxley punya sihir support yang memudahkan mobilitas, juga serangan yang diperkuat. "Jangan sampai merusak hutan ya! Sihir ini dua dalam satu, kita tidak bisa memberinya secara terpisah," Aamon mengingatkan. "Kau jadi seperti pengiklan produk saja," cibir Gossen. "Hutan ini punya arti penting, kalau bukan karena suatu alasan, hutan ini pasti sudah jadi bagian dari halaman mansion sejak dulu." Mereka semua mengangguk paham. Aamon dan Gossen lalu merapalkan sihir itu. Warna yang sama seperti aura telekinesis, aura pu
"Permisi, kami hendak mencari pemimpin karavan dagang Yuminose, bisa tolong antarkan kami padanya?" pinta Rei pada pria paruh baya yang tengah menghirup puntung rokoknya itu."Ah, apa kau juga mau ikut pergi ke kerajaan Guilstone?"Rei mengangguk."Tapi anak muda, mungkin saja perjalanan ini sedikit beresiko, lho," katanya tiba-tiba."Lho, memangnya kenapa?"Pria itu mendekatkan wajahnya untuk membisikan sesuatu, "Ada rumor yang mengatakan bahwa, setiap malam-malam tertentu di jalur desa Bulu Gagak menuju desa Lembah Bergetar, ada sekumpulan hewan iblis yang suka menyerang petualang atau karavan pada malam hari."Fara terkesiap, itu mengingatkannya pada aroma mencurigakan tadi."Apa pemimpin karavan itu juga mengetahuinya?""Tentu saja, tapi bukan berarti tidak akan ada korban meski ia sudah menyiapkan prajurit penjaga, kau hanya perlu berhati-hati jika sudah mantap ingin ikut dengan mereka," ujarnya, lalu ia mengantar mereka k
"Aku tinggal menceritakan situasinya ketika mereka menemukanku," jawab Rei asal."Anda mengatakannya seperti itu hal yang mudah saja," gerutu Fara."Haha," Rei malah tertawa."Mereka hendak melatihku, magister tingkat lanjutan sebagai pelatihnya. Hanya saja, aku merasa ada yang janggal dari keputusan raja tentangku," jelas Rei."Apa mereka membuatmu tidak nyaman?"Rei yang kepalanya dibantalkan pada tangan jadi menoleh ke arahnya, "Bukan begitu, aku hanya merasa suatu saat mereka akan menjadikanku sebagai budak politik," jelasnya, "dan aku tidak mau Celia terlibat.""Hmm, ya pokoknya kalau sampai mereka menyusul kita, aku tidak mau bertanggung jawab," kata Fara."Tenang saja, aku ahli memanfaatkan medan untuk bersembunyi."Rei bangkit, "Sudah saatnya memasang waktu jaga, kita akan gantian berjaga, kau mau duluan istirahat, Fara-chan?"Fara mengangguk, "Baiklah, aku juga sudah cukup mengantuk."Tirai penutup tenda
"Kenapa terkejut? Kau juga kesini jalan kaki, kan?""Muuh, tidakkah kalian terlalu nekat?""Hey, lihatlah siapa yang berbicara," sahut Rei berkacak pinggang.Fara menghela napas, ia menyerah, mereka sama-sama keras kepalanya. Matahari juga hampir tumbang di sisi timur, waktu mereka tinggal sedikit sebelum hari menjadi gelap."Memangnya, apa tujuanmu pergi ke sana, Rei-san, Celia-san?" tanya Fara."Entahlah ...""Heee?!""Singkatnya, kami hanya ingin menjelajahi dunia yang penuh misteri ini," jawab Rei tanpa keraguan di wajahnya."Apa itu, aneh sekali," cibir Fara."Kok aneh?""Kalian suka sekali ya melakukan hal-hal yang merepotkan," ujarnya. "Tapi ... Terima kasih ya, maaf aku kurang benar mengatakannya kemarin itu," tambahnya lagi.Benar-benar sosok Fara yang terlihat berbeda di mata Rei dan Celia, sampai bingung bagaimana menanggapi perkataannya."Kenapa menatapku seperti itu?""Eh, hahaha
Fara mengucek kedua matanya yang sembab saat terbangun. Ya, setelah ia menutupkan pintu begitu Rei keluar, ia hampir tidak bisa berhenti menangis. Tirai dibuka, cahaya yang terlalu terang mengejutkan bola matanya yang masih terasa perih.Ia membetulkan kerah piyama yang turun ke bahu. Mengorek isi tas untuk mengambil pakaian ganti. Di penginapan ini terdapat pemandian air panas, sempurna untuk pagi hari setelah malam yang melelahkan. Fara meregangkan tubuhnya, lalu mengingat ada sesuatu yang kurang."Astaga, aku tidak punya sabun," gumamnya."Mungkin aku bisa meminjamnya dari kamar sebelah," Fara lalu merapikan isi tas itu dan beranjak ke kamar sebelah.Pintu diketuk, "Permisi."Tepat setelah pintu dibuka, handuk yang bawa di tangannya jatuh, mulutnya menganga tak percaya."Ah, Ohayou Fara-chan.""Ohayou Fara-chan," ujar suara yang lebih feminim."Rei-sama, apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Fara penuh keterkejutan.R
Sebelum kejadian itu terjadi."Celia-sama, ada apa?" tanya Lumine melihat ia datang ke kamarnya tepat setelah Fara pergi."Apa, Fara-chan meninggalkan sesuatu?""Entahlah, kau bisa mengecek lemarinya."Tanpa disuruh dua kalipun Celia segera melakukan apa yang Rei minta sebelumnya."Mungkin ini agak sulit, tapi jika ada barang yang membangkitkan kenangan Fara, seharusnya kita bisa membujuknya," kata Rei sebelum itu.Celia mengorek isi lemari, mendapati sebuah kotak dan membukanya."Rei-kun, bukankah benda ini adalah ...?""Ah, sepertinya ini keberuntungan kita."Mereka juga mendapati sapu tangan Rei disitu."Anu, mau kau apakan barang-barang itu Celia-sama?" tanya Lumine"Izinkan kami menyimpannya sebagai kenang-kenangan," jawab Rei."Eh, aku sih tidak masalah, tapi mungkin yang lain merasa ingin menyimpan barang itu juga.""Aku tidak keberatan kok," kata Reina yang tiba-tiba muncul, Lucia juga
"Kau sengaja mencariku?""Maaf, seharusnya aku lebih memikirkan keadaanmu," kata Rei."Tapi, kenapa?" Air mata yang menumpuk di pelupuk mata Fara tiba-tiba saja tumpah, "Padahal aku sudah mencoba membunuhmu." Gadis itu mengusapnya dengan lengan kain panjang yang penuh noda bekas serangan Hidomi."Aku senang kau tampak baik-baik saja, Fara-chan." kata Celia."Wah, wah, tampaknya ada reuni mengharukan di sini."Rei meningkatkan kewaspadaan menatap tajam pada Hidomi."Rei-sama, pergilah, dia bukan lawanmu," ujar Fara lirih.Tentu saja Rei yang keras kepala tidak akan mendengarnya. Ia menerjang, Hidomi yang mendapati tindakan ini tak tinggal diam. Tangan mereka sama-sama memancarkan aura sihir.Bicara soal kekuatan, daun kering tentu akan kalah dilahap api, tapi yang jadi penentu saat ini adalah pengalaman, bukan seberapa kuat.Rei memukul, Hidomi menghindar, dan terjadi sebaliknya. Rei terus memusatkan tenaganya setiap ia m
"Keluarlah, kalian tidak perlu bersembunyi," ujarnya."Wah, wah sepertinya kau sudah melunak ya, apa itu artinya kau menerima tawaran kami?" sahut pria yang sepertinya pemimpin kelompok serangga ini."Pergilah, atau kalian rasakan akibatnya," ancam Fara tanpa ekspresi."Hmm, kau mengancam kami? Sungguh tidak tau diri."Mereka mendekatinya dengan tatapan penuh hasrat. Fara sejengkalpun tak menggeserkan kakinya. Ia menghela napas, padahal baru saja menyesali sesuatu. Sekarang ia harus menodai tangannya lagi.Pria itu mencoba menyentuh pundaknya, Fara menepis. Merasa geram, ia mencengkram kuat pundak Fara dengan kedua tangan."Aku sudah memperingatkanmu, lho."Cengkraman itu tak berlangsung lama, Fara melompat ke belakang dan melepasnya. Keseimbangan pria itu otomatis berkurang, Fara dengan sekuat tenaga melayangkan tendangan salto dan memusatkan serangannya pada dagu si pria. Serangan cepat itu membuatnya mundur beberapa langkah sambil
"Guilstone mungkin banyak celah, tapi yang mulia Nelhon adalah sosok bijaksana yang sangat memegang nilai kepercayaan." Sebagai bagian yang memegang kepengurusan tentang kerajaan ini, kalimat itu menjadi jawaban Aamon.~~~Hari yang dikhawatirkan pun tiba. Berkat pijatan detoksin dari tabib Stela, tiga hari setelahnya akhirnya Celia bisa beraktifitas seperti biasa.Bukannya ceria, pagi yang cerah ini malah disambutnya dengan ekspresi murung. Itu karena Fara akan duduk di kursi pengadilan pada hari yang sama.Sang raja mendengar semua kesaksian yang diungkapkan oleh Lewith Paxley, sementara penghuni kediaman Paxley, termasuk Enhem, dan juga para maid yang duduk di kursi pengantar menatapnya dengan hati terenyuh.Reina menatap ke arah Celia yang jarak bangkunya cukup jauh, terlihat sekali tatapan harapnya yang tengah mengelap tangis dengan sapu tangan supaya Celia bersuara untuk menolak pidana ini.Celia ingin sekali melakukannya, tapi yang te
"Tolong lakukan lebih lembut, Stela-san, uhh ....""Kalau aku melakukannya lebih pelan lagi, bukannya menguap, racun itu malah menyebar di tubuhmu," sahutnya membuat Celia jadi pasrah.Meski tidak bisa melihat, desah dan erangan yang dibuat Celia saat dipijat membuat Rei berkomentar, "Akhirnya kau menunjukkan sisi erotismu, Celia-chan.""Ahh, berisik Rei-kun!""Bertahanlah sebentar. Meski tidak terlalu parah, racun yang diakibatkan oleh sihir gelap ini bisa merusak imunitas tubuh, itu membuatmu sangat mudah terserang demam," jelas Stela di sela-sela pijatan itu."Aku baru tau dalam sihir itu bisa membuat racun mengendap dalam aliran mana seseorang," ujar Rei."Semua sihir memang dapat mengganggu aliran mana seseorang, tapi jenis dan tingkatannya berbeda-beda. Ada yang sangat lemah sehingga larut begitu saja, dan yang paling berbahaya adalah sampai menghancurkan aliran mana itu sendiri," jelas Dania.Rei dan Celia tertegun, ia pernah m