"Ah, kau rupanya. Lama tak berjumpa."
"Aku tidak ingat kita pernah bertemu."
"Hehe, kau lucu sekali ya."
Rei menatap mereka bingung. Fisik mereka seperti pinang dibelah dua, pakaiannya saja yang membedakan. Wanita yang tangannya sedang ia tahan ini memakai gaun hitam dan sebuah selendang transparan melingkar di leher. Sedangkan Violet mengenakan gaun putih sama seperti terakhir kali mereka bertemu.
"Lepaskan pemuda itu!" perintah Violet.
Mengira Sang Penyendiri akan melawan, ternyata ia memilih untuk menurutinya.
"Baiklah," Ia melepas tangan Rei yang sudah patah. Rei meringis kesakitan, teriakannya masih juga tertahan.
Violet tiba-tiba melompat dan menyerang ke arah Sang Penyendiri dengan belati yang siap di genggaman. Rei hendak mencegah karena Violet akan menggagalkan rencana negoisasinya, tapi rasa ngilu yang luar biasa memaksanya untuk tetap diam.
Sang Penyendiri menghindar begitu belati itu menghujam ke arah tubuhn
Sang Penyendiri tak bergeming, ia malah tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Jawab aku! Kenapa kau merenggut jiwa Tanoa, dan juga Celia secara tiba-tiba seperti itu?!" "Aku sudah mengatakannya padamu, mereka kubawa dalam kedamaian, apa yang kurang jelas dari penjelasan itu?" "Kalau Tanoa, aku mungkin bisa sedikit memahaminya, tapi kenapa kau melakukannya pada Celia begitu cepat tanpa sepengetahuanku?! Aku yakin di sini ada pengecualian," tangan Rei mengepal, ingin sekali ia meninju apapun yang ada di sekitar. "Aku tidak mengambil jiwanya," Sang Penyendiri menjawab datar. "Hah?" "Aku hanya menekan kesadarannya. Kau akan berakhir mati jika jiwa Celia direnggut dari tubuh itu." Rei mengerutkan dahi semakin tak paham, "Ta-Tapi kau tadi bilang kau ingin aku kembali padamu," ujarnya bingung. Pemandangan tampak semakin aneh saat Rei melihat Momoka memasang wajah tersipu, "Itu karena," ia memalingkan tubuhnya dari tatapan Rei "
Reflek Rei segera melompat untuk mendorong tubuh Violet menjauh. Diameter ukuran tombak itu cukup besar, jika ia berusaha menyelamatkan Violet sambil menyelamatkan dirinya sendiri ia tak punya cukup tenaga untuk itu, jadi Rei memusatkan tenaga di tangannya dan mendorong Violet sekuat yang ia bisa."Tidaak! Rei-kun!!!" Violet berteriak histeris, lukisan biru di tangannya sampai mengeluarkan cahaya lagi. Tapi tak ada yang perlu dikhawatirkan, Rei masih akan bertukar jiwa dengan Celia.Benar saja, tepat saat tombak itu menghujam tanah, hanya ada sedikit jarak yang tersisa antara Violet dengan benda bercahaya itu. Sementara kedua matanya membulat saat melihat cipratan darah melintas dalam penglihatannya.'Padahal aku belum sempat menyapanya, padahal aku belum sempat bersyukur melihatnya kembali sehat seperti semula' Violet membatin kecewa. Fakta kalau ia belum mengetahui tentang pertukaran tubuh itu membuatnya berpikir telah mengulangi kesalahan yang sam
Aamon sebagai tuan muda tertua mengangguk tanpa ragu, mereka memang tidak punya pilihan lain. Sementara Violet tampak bingung dengan keputusan Celia, "Apa tidak apa-apa?" tanyanya dengan mata membulat. Celia mengangguk, "Tentu saja, Rei juga pasti menginginkan hal itu. Terlebih, kita harus cepat, atau akan datang serangan susulan!" Gossen dan Aamon mengangguk setuju. Selain sihir yang melibatkan telekinesis, keluarga Paxley punya sihir support yang memudahkan mobilitas, juga serangan yang diperkuat. "Jangan sampai merusak hutan ya! Sihir ini dua dalam satu, kita tidak bisa memberinya secara terpisah," Aamon mengingatkan. "Kau jadi seperti pengiklan produk saja," cibir Gossen. "Hutan ini punya arti penting, kalau bukan karena suatu alasan, hutan ini pasti sudah jadi bagian dari halaman mansion sejak dulu." Mereka semua mengangguk paham. Aamon dan Gossen lalu merapalkan sihir itu. Warna yang sama seperti aura telekinesis, aura pu
Kedua mata Nonoa seketika membulat lebar, "Wadah? Jangan bilang kalau Lone Angel itu wadah penyihir!"Aamon mengangguk, "Mungkin saja dia adalah wadah Sang Penyendiri, atau yang lain. Aku tidak tau pasti soal itu.""Tunggu, tadi kalian bilang kita akan dalam masalah, memang apa hubungannya?" tanya Celia merasa ada yang janggal."Begini Celia, setelah hukuman kehendak ilahi dijatuhkan dan membantai banyak ras, dunia jadi terdoktrin bahwa penyihir itu pembawa malapetaka dan dianggap hal yang tabu untuk dibahas. Meski otoritas mereka kekal, hidup mereka tetap ada batasnya, dan begitu masa itu telah berhenti, mereka akan memilih wadah untuk menjadi penerus berikutnya. Sebagaimana asal, cabang juga mewarisi hal yang sama, wadah pewaris juga sama tabunya dengan para penyihir," penjelasan Gossen membuat Celia terbelalak.Jadi itu alasan kenapa Violet seperti terisolasi dari masyarakat bahkan keluarganya sendiri, memikirkannya saja Celia tak sanggup, "Jadi, kalia
Celia menghela napas, "Mau sampai kapan kau tertidur, dasar pemalas!?" ujarnya kemudian tersenyum ketir, bibirnya terasa bergetar mengingat prasangka buruk yang menimpa Rei semakin menjadi.Sarapan pagi digelar seperti biasa, ditambah Tanoa, juga Violet yang ikut hadir. Keadaan mereka sudah tampak membaik, kini Tanoa dan Violet saling melempar senyum begitu duduk di kursi yang bersebrangan. Sementara Celia sedang berusaha menutupi warna wajahnya."Perkenalkan, namaku Violet Seahalberd," Violet memperkenalkan dirinya pada penghunia kediaman ini, ia lalu menundukkan kepalanya sejenak, lalu diangkatnya lagi, "maaf soal semalam. Saat itu, kepalaku tiba-tiba terasa sakit," jelasnya."Tidak apa-apa, lain kali jangan paksakan dirimu ya," balas Aamon ramah."Ah, kalian berdua sudah membaik rupanya," Celia yang duduk di samping Violet berucap syukur berusaha mengusir pikiran buruk. Tanoa yang wajahnya tampak masih sendu mengangguk tersenyum."Izinkan aku me
Celia mengangguk, "Aku juga sebenarnya penasaran apa yang kau kerjakan dengan arsip-arsip itu.""Yah ... Itu sebenarnya adalah tugas dari ibu, dia menyuruhku untuk menyalin materi untuk bahan ajaran di akademi sekolah sihir." jelas Nonoa, "dan alasan kenapa aku tidak mengerjakannya sekarang, bagaimana mungkin aku melewatkan kesempatan yang telah kutunggu sejak lama, yaitu berkumpul bersama mereka seperti ini," lanjutnya merujuk pada Tanoa dan Violet."Whoaa, apa itu semacam teks sihir?" tanya Celia antusias, hampir setiap hari Nonoa seolah mengisolasi diri ketika ia sudah tenggelam dalam pekerjaan, jadi Celia senang begitu Nonoa mau berbagi ilmu dan pengalamannya.Nonoa mengangguk, "Semacam itu.""Boleh kupinjam nanti?""Kurasa tidak masalah.""Yay!" Celia berseru dengan tangan kanan mengepal teracung ke langit. Itu membuat Nonoa dan yang hadir tersenyum padanya.Lalu Celia beralih pada Tanoa dan Violet, "Jadi, kalian ini memang sudah
"Apa maksudmu kerajaan dalam masalah, Gossen?" Nonoa melepas sihir telekinesisnya dan berlari menghampiri Gossen, puluhan pisau yang melayang gagah itu jadi jatuh ke tanah."Nonoa ..." Gossen menatap sedih pada adiknya."Apa yang terjadi Aamon?" Nonoa beralih pada kakak pertamanya, Tanoa dan Violet yang penasaran ikut mendekat pada mereka.Sebenarnya, hanya Gossen dan Aamon saja yang tau soal dipilihnya Rei dan Celia sebagai kepala diplomat, jadi Aamon bingung harus mulai dari mana, di samping ini adalah masalah yang berhubungan dengan kerajaan tetangga, Nonoa akan marah jika ia mendengar kabar itu tanpa tau alasan yang jelas mengenai dipilihnya Celia dan Rei sebagai kepala diplomat."Dan kenapa kalian menceritakan hal penting semacam ini pada Celia?" tanya Nonoa kemudian setelah beberapa saat Aamon terdiam tanpa jawaban, ia menatap mereka bergantian.Tak mau terjadi salah paham di antara mereka, Celia hanya bisa menceritakan hal yang sebenarnya, "
"Ethelberg? Kurasa aku pernah mendengar nama itu dari kakakku," komentar Violet."Benarkah, Violet-san?" tanya Tanoa sedikit terkejut."Lalu, apa dia mengatakan sesuatu tentang tempat itu?" Aamon bertanya, informasi tentang kerajaan itu terbilang minim. Meski hendak hati Nirin mencari informasi dengan diutusnya lima prajurit itu, siapa sangka kalau mereka dibunuh begitu cepat.Sudah tertulis di atas batu, bilamana sebuah kerajaan membunuh utusan tanpa alasan yang dimaklumi, itu sama saja mereka mengibarkan bendera perang. Keputusan Ethelberg yang tanpa ragu itu membuat mental kerajaan yang lebih lemah darinya itu ciut dibuatnya.Violet sejenak mengingat kemudian menggeleng pelan, "Tidak begitu ingat, tapi kalau tidak salah, aku mendengar sesuatu seperti sesembahan terhadap Sang Pemuas Ketamakan, apakah itu salah satu sebutan penyihir?" tanyanya. Tepat setelah nama itu disebut, terdengar suara buku jatuh dari rak yang mengalihkan perhatian mereka.
"Permisi, kami hendak mencari pemimpin karavan dagang Yuminose, bisa tolong antarkan kami padanya?" pinta Rei pada pria paruh baya yang tengah menghirup puntung rokoknya itu."Ah, apa kau juga mau ikut pergi ke kerajaan Guilstone?"Rei mengangguk."Tapi anak muda, mungkin saja perjalanan ini sedikit beresiko, lho," katanya tiba-tiba."Lho, memangnya kenapa?"Pria itu mendekatkan wajahnya untuk membisikan sesuatu, "Ada rumor yang mengatakan bahwa, setiap malam-malam tertentu di jalur desa Bulu Gagak menuju desa Lembah Bergetar, ada sekumpulan hewan iblis yang suka menyerang petualang atau karavan pada malam hari."Fara terkesiap, itu mengingatkannya pada aroma mencurigakan tadi."Apa pemimpin karavan itu juga mengetahuinya?""Tentu saja, tapi bukan berarti tidak akan ada korban meski ia sudah menyiapkan prajurit penjaga, kau hanya perlu berhati-hati jika sudah mantap ingin ikut dengan mereka," ujarnya, lalu ia mengantar mereka k
"Aku tinggal menceritakan situasinya ketika mereka menemukanku," jawab Rei asal."Anda mengatakannya seperti itu hal yang mudah saja," gerutu Fara."Haha," Rei malah tertawa."Mereka hendak melatihku, magister tingkat lanjutan sebagai pelatihnya. Hanya saja, aku merasa ada yang janggal dari keputusan raja tentangku," jelas Rei."Apa mereka membuatmu tidak nyaman?"Rei yang kepalanya dibantalkan pada tangan jadi menoleh ke arahnya, "Bukan begitu, aku hanya merasa suatu saat mereka akan menjadikanku sebagai budak politik," jelasnya, "dan aku tidak mau Celia terlibat.""Hmm, ya pokoknya kalau sampai mereka menyusul kita, aku tidak mau bertanggung jawab," kata Fara."Tenang saja, aku ahli memanfaatkan medan untuk bersembunyi."Rei bangkit, "Sudah saatnya memasang waktu jaga, kita akan gantian berjaga, kau mau duluan istirahat, Fara-chan?"Fara mengangguk, "Baiklah, aku juga sudah cukup mengantuk."Tirai penutup tenda
"Kenapa terkejut? Kau juga kesini jalan kaki, kan?""Muuh, tidakkah kalian terlalu nekat?""Hey, lihatlah siapa yang berbicara," sahut Rei berkacak pinggang.Fara menghela napas, ia menyerah, mereka sama-sama keras kepalanya. Matahari juga hampir tumbang di sisi timur, waktu mereka tinggal sedikit sebelum hari menjadi gelap."Memangnya, apa tujuanmu pergi ke sana, Rei-san, Celia-san?" tanya Fara."Entahlah ...""Heee?!""Singkatnya, kami hanya ingin menjelajahi dunia yang penuh misteri ini," jawab Rei tanpa keraguan di wajahnya."Apa itu, aneh sekali," cibir Fara."Kok aneh?""Kalian suka sekali ya melakukan hal-hal yang merepotkan," ujarnya. "Tapi ... Terima kasih ya, maaf aku kurang benar mengatakannya kemarin itu," tambahnya lagi.Benar-benar sosok Fara yang terlihat berbeda di mata Rei dan Celia, sampai bingung bagaimana menanggapi perkataannya."Kenapa menatapku seperti itu?""Eh, hahaha
Fara mengucek kedua matanya yang sembab saat terbangun. Ya, setelah ia menutupkan pintu begitu Rei keluar, ia hampir tidak bisa berhenti menangis. Tirai dibuka, cahaya yang terlalu terang mengejutkan bola matanya yang masih terasa perih.Ia membetulkan kerah piyama yang turun ke bahu. Mengorek isi tas untuk mengambil pakaian ganti. Di penginapan ini terdapat pemandian air panas, sempurna untuk pagi hari setelah malam yang melelahkan. Fara meregangkan tubuhnya, lalu mengingat ada sesuatu yang kurang."Astaga, aku tidak punya sabun," gumamnya."Mungkin aku bisa meminjamnya dari kamar sebelah," Fara lalu merapikan isi tas itu dan beranjak ke kamar sebelah.Pintu diketuk, "Permisi."Tepat setelah pintu dibuka, handuk yang bawa di tangannya jatuh, mulutnya menganga tak percaya."Ah, Ohayou Fara-chan.""Ohayou Fara-chan," ujar suara yang lebih feminim."Rei-sama, apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Fara penuh keterkejutan.R
Sebelum kejadian itu terjadi."Celia-sama, ada apa?" tanya Lumine melihat ia datang ke kamarnya tepat setelah Fara pergi."Apa, Fara-chan meninggalkan sesuatu?""Entahlah, kau bisa mengecek lemarinya."Tanpa disuruh dua kalipun Celia segera melakukan apa yang Rei minta sebelumnya."Mungkin ini agak sulit, tapi jika ada barang yang membangkitkan kenangan Fara, seharusnya kita bisa membujuknya," kata Rei sebelum itu.Celia mengorek isi lemari, mendapati sebuah kotak dan membukanya."Rei-kun, bukankah benda ini adalah ...?""Ah, sepertinya ini keberuntungan kita."Mereka juga mendapati sapu tangan Rei disitu."Anu, mau kau apakan barang-barang itu Celia-sama?" tanya Lumine"Izinkan kami menyimpannya sebagai kenang-kenangan," jawab Rei."Eh, aku sih tidak masalah, tapi mungkin yang lain merasa ingin menyimpan barang itu juga.""Aku tidak keberatan kok," kata Reina yang tiba-tiba muncul, Lucia juga
"Kau sengaja mencariku?""Maaf, seharusnya aku lebih memikirkan keadaanmu," kata Rei."Tapi, kenapa?" Air mata yang menumpuk di pelupuk mata Fara tiba-tiba saja tumpah, "Padahal aku sudah mencoba membunuhmu." Gadis itu mengusapnya dengan lengan kain panjang yang penuh noda bekas serangan Hidomi."Aku senang kau tampak baik-baik saja, Fara-chan." kata Celia."Wah, wah, tampaknya ada reuni mengharukan di sini."Rei meningkatkan kewaspadaan menatap tajam pada Hidomi."Rei-sama, pergilah, dia bukan lawanmu," ujar Fara lirih.Tentu saja Rei yang keras kepala tidak akan mendengarnya. Ia menerjang, Hidomi yang mendapati tindakan ini tak tinggal diam. Tangan mereka sama-sama memancarkan aura sihir.Bicara soal kekuatan, daun kering tentu akan kalah dilahap api, tapi yang jadi penentu saat ini adalah pengalaman, bukan seberapa kuat.Rei memukul, Hidomi menghindar, dan terjadi sebaliknya. Rei terus memusatkan tenaganya setiap ia m
"Keluarlah, kalian tidak perlu bersembunyi," ujarnya."Wah, wah sepertinya kau sudah melunak ya, apa itu artinya kau menerima tawaran kami?" sahut pria yang sepertinya pemimpin kelompok serangga ini."Pergilah, atau kalian rasakan akibatnya," ancam Fara tanpa ekspresi."Hmm, kau mengancam kami? Sungguh tidak tau diri."Mereka mendekatinya dengan tatapan penuh hasrat. Fara sejengkalpun tak menggeserkan kakinya. Ia menghela napas, padahal baru saja menyesali sesuatu. Sekarang ia harus menodai tangannya lagi.Pria itu mencoba menyentuh pundaknya, Fara menepis. Merasa geram, ia mencengkram kuat pundak Fara dengan kedua tangan."Aku sudah memperingatkanmu, lho."Cengkraman itu tak berlangsung lama, Fara melompat ke belakang dan melepasnya. Keseimbangan pria itu otomatis berkurang, Fara dengan sekuat tenaga melayangkan tendangan salto dan memusatkan serangannya pada dagu si pria. Serangan cepat itu membuatnya mundur beberapa langkah sambil
"Guilstone mungkin banyak celah, tapi yang mulia Nelhon adalah sosok bijaksana yang sangat memegang nilai kepercayaan." Sebagai bagian yang memegang kepengurusan tentang kerajaan ini, kalimat itu menjadi jawaban Aamon.~~~Hari yang dikhawatirkan pun tiba. Berkat pijatan detoksin dari tabib Stela, tiga hari setelahnya akhirnya Celia bisa beraktifitas seperti biasa.Bukannya ceria, pagi yang cerah ini malah disambutnya dengan ekspresi murung. Itu karena Fara akan duduk di kursi pengadilan pada hari yang sama.Sang raja mendengar semua kesaksian yang diungkapkan oleh Lewith Paxley, sementara penghuni kediaman Paxley, termasuk Enhem, dan juga para maid yang duduk di kursi pengantar menatapnya dengan hati terenyuh.Reina menatap ke arah Celia yang jarak bangkunya cukup jauh, terlihat sekali tatapan harapnya yang tengah mengelap tangis dengan sapu tangan supaya Celia bersuara untuk menolak pidana ini.Celia ingin sekali melakukannya, tapi yang te
"Tolong lakukan lebih lembut, Stela-san, uhh ....""Kalau aku melakukannya lebih pelan lagi, bukannya menguap, racun itu malah menyebar di tubuhmu," sahutnya membuat Celia jadi pasrah.Meski tidak bisa melihat, desah dan erangan yang dibuat Celia saat dipijat membuat Rei berkomentar, "Akhirnya kau menunjukkan sisi erotismu, Celia-chan.""Ahh, berisik Rei-kun!""Bertahanlah sebentar. Meski tidak terlalu parah, racun yang diakibatkan oleh sihir gelap ini bisa merusak imunitas tubuh, itu membuatmu sangat mudah terserang demam," jelas Stela di sela-sela pijatan itu."Aku baru tau dalam sihir itu bisa membuat racun mengendap dalam aliran mana seseorang," ujar Rei."Semua sihir memang dapat mengganggu aliran mana seseorang, tapi jenis dan tingkatannya berbeda-beda. Ada yang sangat lemah sehingga larut begitu saja, dan yang paling berbahaya adalah sampai menghancurkan aliran mana itu sendiri," jelas Dania.Rei dan Celia tertegun, ia pernah m