Sejumlah pasukan elite yang sedang berlatih ilmu beladiri pada seorang pertapa segera bersiap-siap meninggalkan gunung yang tinggi menjulang itu dan kembali ke kerajaan Goro."Sampaikan salamku pada Rajamu, dalam keadaan terdesak aku akan turun untuk membantunya," pesan pertapa Sunan pada pasukan yang digemblengnya ini."Baiklah guru!' ucap salah satu pasukan elite."Kita sampai diminta kembali mendadak seperti ini pasti ada kejadian mendesak!""Jangan banyak menduga, kita hanyalah bawahan. Secepatnya kita kembali dan bergabung dengan pasukan inti di kerajaan."Para pasukan elite saling berbisik satu sama lain, mereka belum sepenuhnya melatih dirinya dengan pertapa itu dan kini sudah dipanggil pulang.Sementara panglima kerajaan sudah mengatur strategi perang, beberapa pasukan di tempatkan di perbatasan, semua sudut telah di tempati oleh pasukan elite, para pasukan bayangan berpatroli di semua penjuru. para wanita sudah berhasil di pindahkan ke tempat perlindungan kecuali para wanita
Rendy menunggang kuda dengan kecepatan tinggi, hatinya gelisah. Dia memikirkan istrinya. Ini merupakan pengalaman baru bagi Rendy, menunggang kuda bersama rombongan pengawal lainnya. Kehidupan di dunia lain memang tak seindah dunia manusia, dia seakan kembali ke zaman dahulu kala. Seingatnya kampung yang dilaluinya bagaikan kampung yang sering di tontonnya pada serial drama kolosal melalui layar televisi.Di dunia ini dia tak melihat layar televisi satupun, jika bukan karena putri Balqis dia tak ingin lagi tinggal di dunia yang menurutnya aneh ini."Sebentar lagi malam akan segera tiba tuan, sebaiknya kita istirahat di kampung yang terdekat dari sini," usul pengawal yang menunggang kuda di sebelahnya."Masih berapa kampung lagi yang harus kita lewati?" tanya Rendy."Sekitar lima kampung lagi tuan, jadi sebaiknya kita menginap di penginapan terdekat, besok pagi kita lanjutkan perjalanan menuju istana," jawab pengawal itu.Jantung Rendy semakin berdebar tidak karuan, mana di dunia ini t
Dirga menatap kepergian Putri dengan senyum menyeringai, dia adalah pria dewasa, baru saja dia melihat tabib Jorgi keluar dari pintu depan gedung putih, dan tak lama kemudian putri Balqis keluar dari pintu belakang."Jika kau mencari pelampiasan melalui pria tua itu, maka aku pun bisa memberikannya untukmu putri," gumam Dirga dalam hati.Setelah mengamati sekeliling Dirga menerobos masuk ke dalam kamar putri Balqis. Nampak olehnya sang putri sedang berbaring dan ujung bajunya tersingkap sehingga menunjukkan paha mulusnya. Bukan hanya sekali Dirga melihat tubuh putri, dia bahkan pernah melihat tubuh bugil sahabat masa kecilnya ini. Dia bersama Nathan diminta menonton permainan mesumnya dengan suaminya.Mendengar seseorang datang mendekat, putri Balqis yang belum bisa tidur segera membuka matanya."Kau! Untuk apa kau masuk ke kamarku tanpa izin?" Putri Balqis segera bangun dengan wajah garang."Maafkan hamba putri, hamba hanya ingin mengatakan jika tak ada yang tahu apa yang baru saja p
Penobatan selir Melati menjadi permaisuri tersebar sampai ke pelosok desa bahkan sampai ke kerajaan Goro. Hal ini menjadi pembicaraan serius antara Raja Goro dan Putera Mahkota Abilon."Informasi dari mata-mata kita yang di tempatkan di perbatasan, Raja Batista berhasil di sembuhkan oleh seorang tabib dari Utara tetapi nenek Kolona sampai sekarang masih dalam tahap penyembuhan, Selir Melati telah melahirkan seorang bayi laki-laki makanya itu dia akan di nobatkan sebagai permaisuri," ucap Abilon."Walau begitu kita tetap bersiaga, menurutmu Raja Batista di sembuhkan oleh tabib dari Utara, apakah tabib Jorgi?" tanya paduka Raja."Benar ayahanda, apakah paduka mengenalnya?" jawab Abilon lalu balik bertanya.Raja Goro terdiam, dia teringat kembali akan persahabatan mereka. Mereka bertiga bersama Raja Billu adalah sahabat baik, tetapi tabib Jorgi lebih cenderung ke kerajaan Billu saat tau kedua kerajaan itu bermusuhan."Harapanku satu-satunya hanya padamu Abilon, musuh yang kita hadapi san
Saat prosesi penobatan permaisuri akan di mulai, Rendy tiba di tempat. Dengan terburu-buru dia masuk ke kediamannya namun tak menemukan putri Balqis. Rendy segera mandi dan mengganti pakaian lalu segera bergegas ke Balairung istana.Rendy tiba tepat waktu, dia segera berdiri di samping isterinya dan memandang permaisuri Melati tak berkedip. "Bagaimana mungkin Melati tak memperhatikan diriku?" ucap Rendy di dalam hati.Dalam benak Rendy Melati adalah mantan kekasihnya di dunia manusia. Jangankan Rendy bahkan semua orang kecuali nenek Kolona dan Raja sekaligus permaisuri sendiri tak tahu jika yang saat ini dinobatkan sebagai permaisuri adalah dayang Nina.Putri Balqis melirik suaminya yang memandang permaisuri tak berkedip. "Apakah kau masih sulit melupakannya? Hati-hati jangan sampai Raja tahu kau mencintai permaisuri maka nyawamu tak akan tertolong," sindir putri Balqis."Apa-apaan kau ini, aku sangat lelah bukan disambut hangat malah kau tuduh yang bukan-bukan, dia hanyalah bagian
Kedatangan Nathan dan Nela membuat istana heboh, Putera Mahkota yang di beritahu segera berlari menuju pintu gerbang menyongsong kedatangan Nathan.Raja yang sedang mengadakan pertemuan dengan para menteri ikut terkejut tatkala mendengar dayang membisikkan kedatangan Nathan pada Kasim yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk."Pertemuan hari ini kita akhiri sampai disini, semua menteri harap menjalankan tugasnya masing-masing, besok aku ingin mendengar hasilnya!" Raja mengakhiri pertemuannya."Baik paduka, semoga panjang umur!" ucap para menteri.Satu persatu meninggalkan ruang pertemuan kecuali panglima kerajaan, karena Raja tak mengijinkannya pergi."Panglima kerajaan harap untuk tetap berada di tempat!"Putera Mahkota datang bersama Nathan dan Nela menuju ruang pertemuan. Dia sengaja membawa kedua kakak beradik itu setelah melihat para menteri keluar bergerombol dari ruang pertemuan."Selamat datang pangeran," sapa para menteri.Nathan hanya mengangguk dan tersenyum sopan. Nela t
Terdengar bunyi terompet dibunyikan dengan nyaring, para dayang berjalan tergesa-gesa, Nela dan Nathan terbangun dan ikut melihat keluar jendela."Bersiap-siaplah dek, sepertinya akan ada perang. Lihatlah para prajurit berpencar di setiap sudut istana,' ucap Nathan."Apa yang harus aku lakukan kak?' Nela kebingungan.Terdengar ketukan di pintu kamar.Dewi muncul dengan perutnya yang terlihat membuncit."Pangeran di tunggu di pintu gerbang dan Nela segera ikut denganku menuju ke tempat berlindung!""Bagaimana aku bisa membantu prajurit yang terluka jika bersembunyi?" tolak Nela."Dengarkan Dewi dek, tempat berlindung yang dimaksud Dewi masih di dalam istana ini, kau akan bisa menyaksikan pertempuran tetapi musuh tak akan bisa melihat kalian yang berada di dalamnya!"Setelah di beri pengertian, akhirnya Nela menuruti kemauan Nathan. Dia mengikuti langkah Dewi tapi sebelumnya dia menarik koper yang berisi makanan kemasan dan obat-obatan.Seperti dugaan Raja Goro, kerajaan Billu menyerang
Sesuai perkiraan Putera Mahkota, musuh mulai menyusup ke istana. Untunglah pasukan elite dan panglima kerajaan selalu siap siaga.Nela Menyaksikan pertempuran itu dari balik tirai pelindung, dalam benaknya berkata anggaplah dia sedang menonton televisi.Nathan dan panglima kerajaan melindungi Raja, rupanya Raja Batista bersama tabib Jorgi berbaur bersama pasukan bayangan dan kini mereka berhadapan langsung dengan Raja Goro. Mereka yang sedang berada di Balairung terkejut."Hahaha, jangan bangga dulu Raja Goro, kalian terkecoh dengan mundurnya pasukanku di Medan laga, tapi lihatlah aku berada di hadapanmu sekarang!""Pengecut!" seru Nathan."Oh kau rupanya ada di sini juga, aku akan membuatmu tak bisa kembali lagi ke duniamu, serang mereka!"Raja Batista menyerang namun dia bukan menghadapi anak kecil, Raja Goro bahkan tak turun tangan, karena yang menghadapi Raja Batista dan tabib Jorgi adalah Nathan dan Panglima Kerajaan."Hadapi aku Raja Goro!" teriak tabib Jorgi sambil menangkis se
Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.
Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!
Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya
Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di
Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh
Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela