Share

Terjebak di Dunia Lain
Terjebak di Dunia Lain
Penulis: Kirana Quinn

1. Rintihan Nela

Penulis: Kirana Quinn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-02 18:28:32

Suara seorang gadis yang sedang merintih kesakitan terdengar sampai ke pintu halaman, Nathan yang hari itu baru saja pulang dari sekolah segera berlari menuju arah suara.

"Ibu...!" Teriak Nathan. "Apa yang kau lakukan ?" Nathan segera merampas sebilah bambu yang sering digunakan ibu sambungnya untuk menghukum Nela.

"Apa kau tidak lihat Nathan, sekarang sudah jam berapa ? Bukankah ibu sudah bilang jangan pulang terlambat, anak gadis yang suka keluyuran seperti dirinya patut di hukum."

Ibu sambung yang bernama Ningsih dengan wajah penuh kemarahan berusaha merampas kembali bilah bambu yang dirampas Nathan.

Ini bukan pertama kalinya dia menghukum Nela, hampir setiap hari Nela harus menerima pukulan atau cubitan disekujur tubuhnya walau itu hanya kesalahan kecil. Menumpahkan nasi sebakul, masak nasi terlalu lembek salah, terlalu keras juga salah, lalu untuk anak sekecil itu, bukan diajari dengan baik tapi malah semakin diintimidasi.

Nathan menahan geram, sebelum dia menolong memapah adiknya berdiri, dia segera mematahkan bambu menjadi potongan-potongan kecil lalu dimasukannya ke dalam tungku perapian. Air mata menetes perlahan di kedua pipinya, jika bukan menghargainya sebagai ibu yang telah membesarkan mereka berdua, Nathan sudah ingin membalas semua perlakuan kasar ibunya itu.

Dipapahnya Nela dengan pelan, berjalan terseok-seok akibat kakinya terkena pukulan sebilah bambu, meringis kesakitan namun tak ada air mata disana. Gadis kecil ini sudah terbiasa menahan sakit akibat ulah sang ibu. Benar apa kata orang, Ibu tiri tak sebaik ibu kandung. Tapi diluar sana masih banyak ibu sambung yang sangat sayang kepada anak tirinya, ah..mungkin itu hanya satu diantara seribu ibu sambung. Pikir Nathan.

Diambilnya air hangat dan sebuah handuk kecil, dibasuhnya perlahan dan dikompresnya ke betis adiknya yang nampak membengkak. Adiknya yang putih mulus bagaikan batu pualam itu nampak meringis kesakitan.

"Ditahan sebentar ya ? Kakak akan mengobati lukamu," Nathan segera berdiri mengambil kapas dan betadin.

Kaki yang putih mulus itu kini menjadi belang-belang, penuh dengan luka.

"Apakah punggungmu terluka ? Berbaliklah angkat bajumu sedikit saja, kakak akan mengobatinya, jika tidak diobati takutnya infeksi."

Nathan ingin memeriksa sekujur tubuh adiknya, namun dia tau, adiknya kini sudah besar. Usia lima belas tahun bukan lagi anak ingusan yang harus dimandikan atau dipakaikan baju.

Masih terdengar suara Ningsih yang terus mengomel tiada henti, barang-barang terdengar dibanting dengan keras, karena terbuat dari aluminium jadi bunyinya terdengar keras. Untunglah Nigsih tak memecahkan piring-piring dan gelas, jika semua pecah lalu mereka makan dan minum pakai apa ?

"Bukankah sudah kubilang, jangan pernah terlambat, jejak buruk sang ibu ternyata tak lepas dari dirinya, huh..buah jatuh tak jauh dari pohonnya."

Masih banyak lagi omelan Ningsih yang membuat telinga Nathan semakin panas, dia ingin saja meneriaki ibunya itu tapi melihat gelengan kepala Nela membuat dirinya hanya bisa mengatupkan rahangnya menahan geram.

Ningsih selalu tidak bisa menahan dirinya jika itu berurusan dengan Nela, seakan ada sebuah dendam yang tak terbalaskan yang harus dia lampiaskan pada gadis kecil itu. Untuk Nathan dia tak sekalipun memukulinya, entah karena Nathan terlalu mirip dengan wajah tampan ayahnya, membuat Ningsih terlalu sayang jika sampai melukai tubuh sang anak.

Nathan diusianya yang ke tujuh belas tahun tumbuh dengan garis rahang yang kokoh mengikuti sang ayah. Tinggi atletis, dia dan ayahnya bagaikan pinang di belah dua. Hanya perbedaannya dia terlihat masih sangat muda, jika dia tumbuh dewasa maka akan terlihat sangat mirip dengan ayahnya yang bernama Aris. Kini ayahnya harus mengais rezeki di rantau orang sebagai TKI di Malaysia dan setahun sekali baru kembali ke Indonesia.

Sekujur tubuh Nela membiru, Nathan tak sanggup melihatnya, perlahan dioleskannya betadin di punggung adiknya.

"Jika terdapat luka di bagian depan, kau bisa mengoleskan ini sendiri di kamar mandi, atau oleslah sendiri di kamar ini, aku akan menunggumu di luar."

Nathan menghapus air matanya, dan segera berdiri diluar kamar dengan tak lupa menutup pintunya. Terbesit dalam pikirannya untuk melarikan diri dari rumah ini, namun karena sebentar lagi ujian penentu kelulusan, maka dia terpaksa memendamnya. Akan tiba waktunya dia harus membawa adiknya pergi dari rumah ini. Dia tak mungkin mengadu pada ayahnya, dengan cara apa dia mengadu, dia tak memiliki ponsel sebagaimana teman-teman sekolahnya yang setiap hari membawa ponsel. Andai meminjam ponsel teman sekalipun, dia tak tau menghubungi ayahnya dimana.

Beberapa bulan yang lalu ayahnya pulang dengan membawa uang yang banyak dan oleh-oleh untuk mereka, ingin rasanya Nathan bercerita pada ayahnya akan perlakuan sang ibu terhadap Nela, namun tatapan tajam Ningsih seakan menembus jantungnya. Tatapan yang penuh ancaman seakan melarangnya untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Dan selama ayahnya berada di rumah selama dua bulan, selama itu pula tubuh Nela terselamatkan, bahkan luka-lukanya telah mengering.

Pernah sekali ayahnya bertanya mengapa kaki Nela ada bekas lukanya, Nathan dan Nela hanya saling berpandangan satu sama lain dan Ningsilah yang memberikan alasan yang tak masuk akal.

"Nela sepulang sekolah masih suka bermain dengan teman-temannya di hutan, jadinya kakinya tergores ilalang yang ada disana."

Alasan yang sangat tidak masuk akal. Nathan menahan geram, namun ayahnya ketika mendengar isterinya menyebut hutan seketika wajahnya pias dan berkata.

"Ayah peringatkan kepada Nela terutama kau Nathan, jangan sekali-kali mendekati hutan itu, disana sangat berbahaya, banyak binatang buasnya. Lagian hutan itu termasuk hutan lindung, orang yang kesana pasti tak akan kembali."

Ayahnya terlihat sedang mengenang sesuatu, mungkin saja itu kenangan buruk, karena terlihat dari raut wajahnya yang sangat suram. Menurut cerita yang pernah di dengar Nathan jika dulunya ayahnya sering kehutan bersama teman-temannya mencari kayu jati untuk di jual, beberapa temannya dikabarkan tak kembali dan hanya ayahnyalah yang selamat. Rumor yang beredar menyebutkan jika teman-temannya itu dimakan serigala penunggu hutan. Semua orang percaya, karena ayahnya kembali dari hutan itu dengan tubuh penuh luka dan pucat nyaris kehabisan darah. Untunglah sempat tertolong, namun sejak itu ayahnya berdiam diri tak pernah bercerita apapun tentang hutan itu, dan bagaimana kronologinya dia bisa selamat dari amukan penjaga hutan, tak ada yang tau. Masing-masing berspekulasi sendiri, ada yang mengatakan faktor keberuntungan namun ada pula yang mengatakan ayahnya dibantu mahluk lain penunggu hutan itu.

Selama dua bulan, Ningsih sangat menyayangi Nathan dan Nela, bahkan ibunya itu membelikan beberapa gaun untuk Nela. Membelikan peralatan sekolah juga, mengganti baju seragam Nela yang sudah usang. Selama dua bulan itu, Nela hanya diijinkan menyapu di dalam rumah saja, selebihnya dikerjakan Ningsih.

Tepat sehari kepergian ayahnya yang kembali ke Malysia, mulailah Ningsih berulah, mencubit, memukul bahkan menjambak rambut Nela. Seluruh pekerjaan rumah dikerjakan Nela sendiri, saat Nathan pulang sekolah dia membantu meringankan beban kerja adiknya itu. Adiknya yang cantik, sangat putih mulus bahkan wajahnya tak mirip ibu. Nathan sempat mencelos, apakah Nela bukan adik kandungnya ? Lalu ?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Muhammad
Kata2 nya bagus...️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak di Dunia Lain   2. Rintihan Nela 1

    Terdengar suara Nela dari dalam kamar yang memanggilnya. "Kak...!" Nathan segera masuk, dia kini sudah mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian rumah. Nampak Nela berusaha berdiri dengan susah payah. "Udah kamu rebahan dulu, pekerjaan rumah biar aku saja yang kerjakan." Nathan membantu membaringkan adiknya ke tempat tidur, dan menyelimutinya. "Aku yakin kamu pasti belum makan, tinggal sebentar dulu ya ?" ucap Nathan. Ketika hendak berdiri Nela menahan tangannya. "Aku takut kak, nanti ibu marah," Nela nampak ketakutan, hal ini terpampang jelas di wajahnya. Nathan menatap iba adiknya itu, dalam hatinya bertanya, mengapa Tuhan tidak adil pada adiknya ? Bukankah dia dan Nela bersaudara ? Apa rencanamu ya Rabb ? Batin Nathan dan segera menghapus bulir-bulir air mata yang menetes di kedua pipinya. Dia hanya menepuk punggung adiknya perlahan untuk menenangkan, dan dia segera beranjak ke arah dapur untuk mengambil makanan. Nathan mengambil piring dengan sangat pelan, dia tak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Terjebak di Dunia Lain   3. Masa Kecil

    Dahulu ketika ibunya masih hidup, kehangatan dan kebahagiaan tak pernah ada habisnya dirasakan keluarga itu. Ibunya bernama Sahara, cantik dan anggun. Di desa itu ada dua wanita tercantik menurut beberapa warga, Sahara dan seorang gadis bernama Alena. Kedua gadis itu bagaikan bidadari yang turun dari kayangan, kata orang Aris beruntung mendapatkan isteri secantik Sahara pasca kecelakaan yang menimpanya ketika masuk hutan. Tak ada yang tau Sahara berasal dari desa mana, tiba-tiba ayahnya menyampaikan kepada tetua adat disana jika ia akan menikah. Semula mereka sempat mempertanyakan asal usul Sahara, tetapi setelah melihat KTP yang disodorkan Aris, akhirnya pernikahan itupun dilangsungkan dengan sederhana. Walau Sahara sangat cantik namun dia ramah dan berhati mulia, penduduk desa sangat menyayanginya, selang satu tahun menikah, lahirlah sang buah hati yang diberi nama Nathan. Ayahnya bekerja serabutan, terkadang bertani di lahan orang, terkadang pula sebagai tukang batu, namun semuanya

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Terjebak di Dunia Lain   4. Masa Kecil 1

    Aris telah melewati garis polisi, semakin ke dalam, hutan itu semakin menyeramkan. Sebuah bayangan berkelebat, Aris waspada. Rupanya hanya seekor kelelawar. Ada jejak tapak kaki ukuran anak kecil di sepanjang jalan, Aris semakin yakin jika anaknya masuk ke hutan ini. "Siapa itu ?" Teriak Aris tatkala melihat sebuah bayangan yang menurutnya itu adalah bayangan yang sangat dikenalnya. Tak ada rasa gentar dalam hatinya, apapun yang terjadi, anaknya harus selamat. "Nathan ?" Panggilnya dengan pelan. Karena tak ada sahutan dia terus meneriakan nama anaknya dengan keras sehingga menggema di seantero hutan itu. "Siapapun kalian, kembalikan anakku !" Tak ada sahutan, sebuah bayangan berkelebat lagi lalu terdengar tangisan anak kecil. Itu suara Nathan. "Nathan ! Jangan takut nak, ayah disini, ayah akan melindungimu." "Ayah!" Terdengar suara Nathan yang sangat ketakutan. Aris yang hanya mengandalkan cahaya dari senter kecilnya tak bisa melihat dengan jelas dimana Nathan berada. Seketika

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Terjebak di Dunia Lain   5. Melarikan Diri

    Karena tarikan rambutnya sangat keras, tubuh Nela ikut tertarik, Nathan segera melepaskan tangan ibunya dari rambut Nela. "Jangan keterlaluan bu !" Nathan menghempaskan tangan ibunya dengan kasar, beberapa helai rambut Nela ikut tertarik. Dia meringis kesakitan. Nathan melindungi Nela, Nela terus berada di sampingnya sampai dia selesai memperbaiki penyebab korslet listrik. Lampu kembali dinyalakan. Ningsih dengan wajah geram menarik tangan Nela menuju ruang makan. Terjadi tarik menarik antara Nathan dan Ningsih. Karena melihat Nela meringis kesakitan akhirnya Nathan melepaskan tangan Nela. Dia mengikuti arah dimana Ningsih membawa Nela. "Duduk" ! Ningsih menyuruh Nela duduk di bangku dengan kemarahan yang tak juga hilang dari wajahnya. Nela terus menunduk karena merasa bersalah, Nathan duduk tak jauh dari keduanya, dia akan bersiap-siap melawan ibunya jika terjadi kekerasan lagi. "Sekali lagi aku peringatkan padamu, jangan berlagak seperti orang kaya, lihat ini !"Ningsih menunjuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Terjebak di Dunia Lain   6. Tirai Pelindung

    Sebuah pohon yang besar terlihat oleh Nathan. Hatinya berkata, mereka bisa beristirahat di pohon itu dan mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan. "Tahan dek, sebentar lagi kita sampai," Nathan memapah adiknya dan berjalan perlahan menuju arah pohon yang ditujunya. Suhu pada malam hari sangat dingin, lalu terdengar suara fauna, burung hantu babi hutan dan masih banyak lagi. Suara-suara itu terdengar sangat menyeramkan, namun Nathan membisikkan kata-kata menghibur agar adiknya tidak ketakutan. Kedua kakak beradik itu akhirnya mencapai pohon besar lalu menyandarkan tubuhnya disana. Nela berbaring dipaha kakaknya, dia sangat lelah bahkan nyaris pingsan. Nathan mengangkat kepala Nela dan meminumkan air seteguk demi seteguk. Nyaris terlelap, sayup-sayup terdengar suara warga dari kejauhan. Nathan tersentak, nyala obor dan senter terlihat dari kejauhan. Laki-laki berusia remaja ini ketakutan, bagaimana jika Ningsih menemukan mereka ? Dia tak terlalu mengkhawatirkan dirinya, namun ad

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • Terjebak di Dunia Lain   7. Penglihatan Nela

    Nathan tertidur cukup lama, ketika dia bangun, suasana masih belum berubah.Perlahan dia merenggangkan otot-ototnya, jika kemarin dia merasa seperti telah mendaki gunung yang tinggi namun hari ini tubuhnya terasa segar. Nathan melirik adiknya yang sedang tertidur lelap, dia memperhatikan gerak jantung adiknya, Masih terlihat naik turun, artinya adiknya itu masih hidup. Nathan menarik nafas lega, dia segera turun dari ranjang, rupanya di bawah ranjang sudah disediakan sandal terbuat dari bulu domba. Terasa sangat lembut setelah Nathan memakainya. Melihat ruangan yang kosong, Nathan segera bergegas keluar, namun saat dia hendak membuka pintu, nampak olehnya Dewi dan beberapa dayang berdiri tepat dihadapannya. Para dayang itu datang membawa nampan yang berisi beraneka ragam makanan. Nathan memberi mereka ruang untuk masuk."Kami membawakanmu makan siang, aku berharap kau betah disini."Setelah berkata kepada Nathan, Dewi menyuruh dayang meletakkan semua makanan di lantai yang beralaskan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06
  • Terjebak di Dunia Lain   8. Kemarahan Raja

    "Kak, mengapa hari ini terasa sangat lama ya ?" tanya Nela setelah tiba di sebuah gubuk bagi Nela, namun bagi Nathan ini adalah kamar di Istana Timur. "Maksudmu ?" Nathan belum bisa mencerna pertanyaan adiknya. "Maksudku, di desa sehari itu rasanya sangat pendek, begitu datang pagi lalu hanya beberapa saat sudah malam lagi, tapi disini kok siangnya kayak berhari-hari lamanya." Nathan merasakan hal itu, namun dia tak ingin membuat Nela terus bertanya akhirnya hanya menjawab sepintas. "Itu hanya perasaanmu dek, sekarang tidurlah, nanti juga kau akan terbiasa dengan situasi ini" Nela diserang kantuk yang sangat hebat, dia terus menguap. Suara Nathan seakan menghipnotisnya, tak lama berselang Nela terlelap. Nathan menarik nafas lega, dia sebenarnya ingin mengajak Nela menunggang kuda, sayangnya Nela tidak bisa melihat kerajaan ini. Nathan ingat jika ibunya pernah berkata di hutan ini ada sebuah kerajaan, namun seingatnya orang-orang desa tak pernah sekalipun membicarakannya. Teka-teki

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-07
  • Terjebak di Dunia Lain   9. Bertemu Kakek

    Melihat Nela yang tertidur lelap, laki-laki remaja itu menarik selimut dan menutupi tubuh adiknya. Nathan kemudian meraih gelas yang berisi air untuk dirinya sendiri dan duduk di depan jendela kaca yang besar menyentuh lantai. Nathan kembali tenggelam dalam pikirannya sambil menatap pemandangan di istana itu. Bagaimana bisa penglihatannya dan Nela berbeda, jika Nela melihat sekitarnya hanyalah hutan belantara, namun dirinya melihat ini adalah sebuah kerajaan. Jika dirinya sudah mati lalu mengapa Nela masih bisa ngobrol dengannya ? Atau ini adalah dunia peri ? Atau dunia bangsa jin ? Lalu mengapa hanya dirinya yang bisa melihat bangsa itu ? Bukankah dia dan Nela adalah saudara kandung ? Saat ini cuaca sedang mendung, Nathan menatap keluar jendela, nampak Dewi berjalan dengan cepat menuju Istana Timur. Nathan segera berdiri menyambutnya diluar pintu kamar karena tak ingin membuat Nela terbangun. Nanti Nela malah mengira dirinya gila karena bicara sendiri, padahal dia sedang berbicara d

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-10

Bab terbaru

  • Terjebak di Dunia Lain   227. Kelahiran bayi (END)

    Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.

  • Terjebak di Dunia Lain   226. Memulai kehidupan baru

    Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!

  • Terjebak di Dunia Lain   225. Rendy Bertaubat

    Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya

  • Terjebak di Dunia Lain   224. Badai telah berlalu

    Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di

  • Terjebak di Dunia Lain   223. Eksekusi

    Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh

  • Terjebak di Dunia Lain   222. Ibu Astrid mengamuk

    Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke

  • Terjebak di Dunia Lain   221. Kemarahan tuan Budi

    Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be

  • Terjebak di Dunia Lain   220. Tabib Jorgi Tertangkap

    Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men

  • Terjebak di Dunia Lain   219. Pertarungan Sengit

    "Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela

DMCA.com Protection Status