Sikap Kimberly yang perlahan kian berubah dan menjauh darinya tidak membuat Marius menyerah, pria itu berusaha mencari kebenaran di balik semua yang telah terjadi hingga akhirnya Marius menemukan jawabannya sendiri. Campur tangannya Levon dalam mengatur kehiupan pribadi Marius membuat Marius kian sangat membenci sosok ayahnya. Hubungan mereka yang tidak baik kian parah. Meskipun hubungan Levon dan Marius menjadi buruk, rupanya hal itu tidak menggentarkan Levon untuk berhenti bertindak. Levon melakukan banyak hal, mengatur hidup Marius dengan kekuasaannya agar Marius kembali ke jalan yang selama ini dia persiapkan, yaitu menjadi pewaris dan kembali kurmah, berhenti bergaul dengan orang-orang yang tidak jelas, salah satuya Kimberly. Ikut campurnya Levon dalam hidup Marius dan Kimberly membuat mereka terus menerus memiliki bentangan jurang pemisah meski Marius bisa mendapatkan Kimberly kembali. Setelah menyadari ketidak sukaan Levon pada Kimberly, pada akhirnya mereka memilih berhubu
Basahnya air mata mengalir berjatuhan melalui sudut mata Winter, bibir Winter gemetar hebat bernapas dengan tersendat-sendat merasakan sesak yang begitu menyakitkan hatinya. Hati Winter terasa sangat sakit seperti ada sesuatu yang robek di dalamnya. Semua ingatannya telah kembali, semua kenangan yang telah dia lupakan kini muncul, kenangan yang begitu ironis karena betapa menyedihkan kehidupannya di masa lalu. Winter bergerak gelisah terbaring di bawah langit, di antara hamparan pasir putih dan suara air laut yang membawa ombak kuat. Tangisan Winter terpecah keras tertutup suara angin dan ombak, gadis itu menutup wajahnya dengan tangan yang gemetar, menyembunyikan derita yang menderanya, menyembunyikan rasa malunya di hadapan langit yang melihatnya. Begitu banyak bayangan kenangan di masa lalunya yang datang kembali memenuhi kepalanya secara tiba-tiba. Kenangan masa lalu Kimberly yang menyedihkan muncul begitu jelas tidak terlewatkan sedikitpun. Masa lalu Kimberly sangat memaluk
Perasaan hangat yang menjalar di hati Winter, jantung yang berdebar cepat, hal-hal yang selama ini Winter pertanyakan mengapa dia merasa familiar setiap kali bersama Marius, kini semuanya sudah terjawab. Pria yang Winter lupakan itu, pria yang Winter curigai sebagai orang ketiga dalam hubungan Kimberly dan Sean, ternyata semua yang Winter pikirkan selama ini salah. Marius, pria malang itu ternyata kekasihnya yang selama ini selalu ingin Kimberly lindungi dan Kimberly bahagiakan, seseorang yang selalu ingin menjadi tempat suka dukanya Kimberly, seseorang yang menjadi rumah Kimberly dalam keadaan apapun, seseorang yang tidak pernah marah kepada Kimberly meski gadis itu beberapa kali mengecewakannya. Marius dunia Kimberly yang paling sempurna. Perasaan yang dulu asing kini begitu alami bisa Winter terima, sebuah perasaan bahagia dan berdebar karena Marius adalah pria yang sesungguhnya dia cintai. Marius menggerakan kursi rodanya, mendekati Winter yang kini memindakan beberapa makanan
Winter tersenyum canggung sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Aku hanya ingin mengatakan penilaianku saja.” Sesungguhnya, Winter mengatakan pujian dan terima kasih itu bertujuan untuk mewakili jiwa Kimberly yang sangat ingin mengatakan itu kepada Marius karena hingga saat ini pria itu tidak pernah berubah kepada sosok Kimberly Feodora. Marius masih tetap menjadi seseorang yang mencintai Kimberly dengan cara yang sama, bahkan kini setelah jiwa Kimberly memasuki tubuh Winter sekalipun, Marius langsung merasakan keberadaannya. “Malam ini kau berubah” komentar Marius. “Itu benar, malam ini aku merasa sedikit menjadi lebih romantis setelah melihatmu.” “Kau pandai berbicara Winter.” “Aku hanya berbicara manis padamu.” “Kata-kata itu sering di gunakan oleh orang-orang yang pandai menggoda.” Winter tertawa malu, jika dia pikir-pikir lagi memang dia tidak berkata manis kepada Marius saja, namun kepada Marvelo juga. “Mulai malam ini aku akan berbicara manis kepadamu saja.” Mar
Sebuah kotak brangkas penyimpanan terbuka di atas meja, beberapa emas batangan berada di dalamnya bersama sebongkah berlian besar berwarna merah muda berada dalam kotak kecil, ada sebuah kalung berlian yang sangat terkenal di dalam kotak itu. Beberapa lembar sertifikat kepemilikan terbungkus dengan sempurna tidak ada yang rusak sedikitpun. Semua barang dalam brangkas itu adalah harta rahasia Kimberly yang selama ini dia sembunyikan, Kimberly tidak sempat menggunakannya karena dia tidak bisa langsung mengambil hartanya di tengah-tengah ratusan kamera yang terus menerus mengintai kesehariannya yang terpuruk. Para wartawan bersikap seperti burung kondor, semakin Kimberly sekarat dalam derita fitnah, mereka semakin berkerumun memperhatikam dan menantikan Kimberly mati untuk mereka cabik menjadi bahan makanan. Winter terbelalak takjub sekaligus tidak percaya, Mante Hemilton mengerjakan pekerjaannya dengan begitu cepat padahal tugasnya sangat berat karena bersangkutan dengan Bank dan keam
Derung suara motor terdengar kencang di jalanan, Marvelo mengendarai motornya dalam keadaan cepat melewati jalanan sepanjang kota Loor yang ramai. Winter mengeratkan pelukannya dan menyandarkan tubuhnya di balik punggung kokoh Marvelo. Di balik helm yang dia pakai, Winter memperhatikan setiap pemandangan yang di lewatinya, Winter merasakan nuansa yang berbeda saat dia melihat keindahan kota dengan mengendari motor. Nuansa kota Loor yang terang benderang di hiasi cahaya, gedung-gedung berasitektur indah dan menawan terlihat memanjakan mata, fasilitas transfortasi umum di setiap sudut tidak pernah berhenti di penuhi oleh orang-orang yang beraktivitas. Beberapa orang pejalan kaki berdiri berkumpul menonton pengamen jalanan, beberapa di antara mereka duduk di bawah tenda sambil menikmati segelas minuman. Jiwa Kimberly selalu merasa bersyukur karena dia bisa lahir dan tinggal di kota Loor dimana hampir semua orang sangat suka hal-hal yang indah dan estetik, memperhatikan fashion, menci
Setelah mendapatkan telepon dari Charlie, Marvelo membawa Winter pergi dengan tergesa, pria itu tidak menjelaskan apapun mengenai situasi yang sedang kini dia hadapi. Winter tidak berkata apapun, gadis itu hanya diam dan memperhatikan sesekali memberitahu Marvelo untuk hati-hati dan tidak terburu-buru. Meski Winter tidak tahu masalah apa yang terjadi, namun dia bisa merasakan kekhawatiran yang begitu besar pada diri Marvelo. Entah masalah apa yang sedang di hadapi Marvelo saat ini, tidak seperti biasanya anak itu bersikap seperti ini. Tidak ada percakapan apapun yang terjadi pada mereka sampai akhirnya Marvelo membawa Winter pada sebuah rumah berlantai tiga, rumah itu adalah kediaman keluarga Marvelo. Masih tanpa penjelasan apapun Marvelo langsung turun dari motornya, Winter yang penasaran ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi langsung berlari mengikuti Marvelo yang langsung masuk ke dalam rumah dan segera pergi menuju lantai dua. Kedatangan mereka di sambut oleh Charlie yang kin
“Ini kan yang kau mau dariku? Melihatku tersiksa dan mati?” Rasa sesak mencekik hati Winter yang kini berdiri melihat semua yang telah terjadi. Marvelo, pria yang selalu bereskpresi dingin dan terlihat sempurna, kuat, cerdas, ternyata dia memiliki luka yang begitu besar di dalam hatinya. Mata Winter memanas, sebuah perasaan penyesalan menghantam hatinya begitu tahu alasan mengapa selama ini Marvelo mau berdandan seperti perempuan. Rupanya semua itu untuk berpura-pura menjadi Vellyncia demi menghibur ibunya. “Marvelo” Bisik Irina sambil menangis terlihat sedih dan bingung karena ini untuk pertama kalinya Marvelo sangat marah kepadanya. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanya Marvelo dengan mata berkaca-kaca dan wajah yang terluka. Setetes air mata terjatuh dari sudut matanya, “Kau takut wajahku yang mirip dengan Vellyncia rusak? Apa baru sekarang kau peduli padaku?” “Marvelo..” “Mengapa kau melahirkan aku juga jika sepanjang hidupmu kau hanya mencintai Vellyncia?” Lirih Marvelo