Pergi Tanpa Pamit“Ya, aku bersumpah bahwa kau tidak akan bernafsu dengan wanita lain kecuali dari keluarga Lawira!”“Kau kejam Kakek! Kalau memang menyayangiku maka, kau tidak akan mengikatku dengan peraturan seperti itu, Misela saja boleh menikah dengan laki-laki lain kenapa aku tidak?”“Aku tidak menyalahkan Misela karena anak dari Lawira pun tidak mau menikah dengannya!”“Lalu, kenapa kau memaksaku? Bagaimana kalau anak perempuan dari keluarga Lawira pun tidak mau menikah denganku, apakah kau tetap mengutukku hingga aku tidak bernafsu dengan wanita lain, begitu? Nah, cabut kembali kata-katamu, Kakek!”“Aku tidak akan menandatangani surat warisan mu kalau kau tidak mau menurutiku, bahkan, Ibumu pun akan jatuh miskin kalau aku memberikan semua kekayaan pada keluarga Lawira, apa kau mengerti?”“Ya! Ya! Baiklah. Tapi, apa kau yakin mereka punya cucu perempuan dan berjodoh denganku?” tanya Jayid, dia sebenarnya sangat merasa terpaksa.“Aku berharap tidak salah kali ini, biarkan
Tidak Ada Penyesalan“Aku tidak punya urusan denganmu!” kata Nawa pada Aida yang baru saja menyapa dan kembali mendorong troli belanjaannya untuk menjauh, tidak ada gunanya meladeni perempuan yang sudah merebut kekasihnya itu.Pada saat yang bersamaan, Aida menarik bahu Nawa dan berkata, “Apa kau benar-benar sahabatku? Kau banyak berubah sekarang Nawa!”“Siapa yang membuat aku berubah? Bukankah itu kau sendiri, Aida! Mana ada sahabat yang merebut tunangan sahabatnya dan sekarang kau merasa tidak bersalah?”“Bukankah kau sudah menyerahkan Marhan kepadaku?”“Dan kau menerima lelaki bekas yang jelas-jelas tidak setia! Kalian memang cocok, sama-sama penghianat!”“Bagiku, dia sempurna! Kau yang keterlaluan! Gara-gara ulahmu, pestaku hancur dan semua orang pergii! Padahal kau sudah merelakan pesta itu, bukan? Dasar munafik!”Nawa tertawa mendengar semua hal itu dari mulut Aida sendiri dan baru berhenti tertawa setelah seorang pria mendekat, dengan tatapan dingin dan acuh pada Nawa.Dia me
Aku SuamimuJayid membiarkan Nawa lepas dari pelukannya, tapi dia menutup pintu ruangan rapat-rapat lalu, duduk di sofa panjang sambil menyilangkan kakinya. “Duduklah di sini,” katanya sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya. “Aku tidak mau!” jawab Nawa tetap berdiri di posisinya. “Aku suamimu, bukan?” “Bukan, kita belum menikah, jadi tidak ada istilah suami atau istri!” “Kalau begitu ayo! Sekarang, kita menikah!” “Aku tidak mau, karena kau bagian dari keluarga Solomon!” “Sebenarnya ada apa dengan nama Solomon itu?” “Dia siapa-mu?” “Kalau memang yang kau maksud adalah Solomona Razee, maka ... dia Kakekku, apa ada yang terjadi dengan kakekku dan keluargamu?” kata Jayid sambil memijit pelipisnya. “Kekuarganya sudah membunuh kedua orang tuaku!” “Itu tuduhan yang jahat, Kakekku tidak pernah dipenjara ... jadi, bagaimana dia bisa terlibat dalam pembunuhan kedua orang tuamu?” “Polisi menyatakan tidak ada pembunuhan dan murni kecelakaan tapi, ada cincin yang ditemukan polisi d
Menyembunyikan Sesuatu Jayid membiarkan Nawa keluar dari ruangan itu setelah mendapatkan semua barang belanjaannya yang diberikan oleh Rizal. Wanita itu pergi meninggalkannya begitu saja tanpa berpamitan.Pria itu diam menatap punggung Nawa yang menjauh, setelah itu bersandar sambil memejamkan mata dan memijat pelipisnya.“Apa yang harus aku lakukan, Kakek?” batinnya.“Kenapa Tuan melepaskannya lagi kali ini? Bukankah Anda bisa menjeratnya dengan sesuatu?” Rizal bertanya sambil membereskan beberapa berkas di sana.“Akan kupikirkan nanti, kau sudah membayarkan semua barang belanjaannya?”“Ya Tuan!”“Dan dia tidak mengucapkan terima kasih padamu?”“Aku rasa tidak!” Rizal menjawab sambil memikirkan sesuatu setelah yakin kalau perempuan itu pergi tanpa bicara sepatah kata pun.Jayid mengeluarkan ponselnya, tidak bisa menyimpan semua ini sendirian, hingga dia menghubungi Misela untuk bertemu.“Apa kau sibuk? Aku ingin bicara!”“Bicara saja sekarang, apa susahnya? Kalau kau mau
Apa Bedanya “Siapa maksud Tuan gadis yang bernama Nawa? Apa Tuhan bisa menaklukkan gadis barbar itu?”“Dia tidak barbar Cuma sedikit kasar!”“Apa bedanya? Gunakan saja seperti biasanya Anda menjebak Kline!”“Kau ini, tapi dia bulan klineku!”“Apa bedanya?”Jayid tidak menanggapi Rizal dan memejamkan matanya.Sementara itu di lokasi pemotretan, Misela menyeringai sambil wa mengirim pesan pada seseorang. Dalam pesannya dia meminta orang suruhannya untuk memata-matai Jayid sementara waktu. Setelah beberapa menit pesan terbaca, seseorang menghubunginya.“Apa lagi?” tanya Misela, melalui telepon.“Dia adikmu sendiri, bukannya kau seharusnya mengawasi gadis itu!” jawab seseorang yang bicara dengan Misela.“Tidak perlu kuatir dengan gadis itu, dia sudah membenci Jay, aku hanya perlua mengkhawatirkan adikku!”“Apa mereka sudah pernah bertemu?”“Ya, sepertinya begitu.”“Kapan, di mana?”“Aku tidak tahu,” kata Misela kemudian menutup telepon. Di tempat berbeda, Nawa menceritak
Dia Sedang Melukis “Aku tidak bisa mengatakan alasannya padamu ini alasan yang sangat pribadi bagi keluarga kami.”“Apa keluarga kalian pernah bermasalah sebelumnya?”“Ya! Dan aku baru tahu itu!”“Oh jadi seperti itu ... lalu, bagaimana kalau kau bekerja dengan kakakku, Lebih, dia membutuhkan orang yang bisa membantunya!”“Di mana dia bekerja?”“Leni jadi buruh kontrak mengecat di perusahaan furniture. Kalau kau mau, aku akan meneleponnya sekarang, pekerjaan itu tidak sulit ... dia hanya membutuhkan teman yang bisa mempercepat targetnya, untuk menyelesaikan bagiannya hari ini.”“Baiklah akan aku coba mungkin saja cocok!”“Pasti cocok soalnya itu mudah, kau hanya perlu melukirs di atas kayu, itu saja!” kata Soyu sambil tersenyum dan mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya.Setelah Soyu selesai menghubungi Leni—kakaknya, gadis itu memutuskan untuk mengantar Nawa lebih dulu ke perusahaani tempat saudaranya bekerja dengan menggunakan bis. Tidak membutuhkan syarat-syarat pendaftaran
“Panggil Pak Kana kemari!” perintah Jayid pada Rizal dan asisten itu segera memanggil pria yang dimaksud oleh atasannya. Dialah orang yang bertanggung jawab dalam produksi itu.Setelah berhadap-hadapan dengan Kana—salah satu bawahannya—itu, pun menjelaskan jika pekerja lepas seperti Nawa, bukanlah pegawai tetap, yang hanya dipekerjakan bila target penyelesaian menumpuk dan kepala divisi membutuhkan pekerja tambahan harian.Setelah menjelaskan tentang keadaan para pekerja, pria itu pergi dari hadapan Jayid, untuk menemui salah satu kliennya yang akan mengambil pesanan, di ruang pribadi nya sendiri. Sayangnya, pesanannya belum selesai.“Maaf, Pak Han! Anda datang terlalu cepat, jadi, kami belum mengemasnya, bukankah perjanjian kita barang akan diambil sore ini?” kata Kana, pria gemuk itu memelas pada Marhan, laki-laki yang menjadi mitranya.Marhan sengaja datang lebih cepat hari itu untuk mengambil barang rancangnya sendiri, karena dia akan pergi bersama Aida sore harinya. Jabatan p
Wanita Rendah Nama seperti membeku mendapatkan perlakuan seperti itu dari dengan terang-terangan laki-laki itu mengakui dirinya sebagai istri. Keadaan seperti ini kembali terulang, sama seperti saat pertama kali mereka bertemu, setiap kali menatap mata laki-laki itu selalu terhipnotis.Kali ini Nawa tidak bisa berbuat apa-apa selain bertingkah laku benar-benar menjadi istri Jayid dan, dengan lembut melingkarkan kedua tangan ke pinggang pria itu, seraya tersenyum manis kepadanya.Ada di sir halus yang mereka rasakan secara bersamaan namun keduanya tidak pernah mengakui perasaan aneh itu satu sama lain, justru yang ada adalah menutupi nya dengan keegoisan masing-masing.Dari sikap tak berdaya yang ditunjukkan Nawa ada seseorang yang tersenyum melihatnya dari balik kaca, dia adalah Rizal, laki-laki itu melipat kedua tangannya di depan dada, sambil menggelengkan kepala. Padahal baru saja dia berencana untuk membuat Nawa bersedia dengan sukarela menjadi istri yang sesungguhnya bagi maj
Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin
Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be
Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid
Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g
Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece
Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha
Extra Part 14 Beberapa hari kemudian, Misella mengajak Nawa untuk pergi bersamanya ke rumah Latisa. Kakak perempuan Jayid itu membawa sebuah bingkisan untuk diberikan pada keluarga saudara kembar yang kelak akan diajak kerja sama olehnya. Nawa yang menyerahkan bingkisan itu, ketika sudah berada di rumah Latisha dan keluarganya, sebagai hadiah dari calon saudara iparnya. Walaupun, bingkisan itu dibeli oleh Misella, tapi ia dengan senang hati jika mengatasnamakan sebagai pemberian dari Nawa. Selain itu sebagai salah satu cara untuk mendekati Latisha dan Tina. Itu adalah, alasan yang paling tepat untuk penarik hati keluarga Latisha. Daripada Mishella yang langsung memberikannya atas nama dirinya sendiri. Kalau itu ia lakukan, maka terlihat sekali sebagai hadiah sogokan Dua wanita itu disambut dengan hangat oleh Latisa dan ibunya, dan dipersilakan duduk di ruang tamu yang nyaman. Michella sebagai orang yang profesional, ia berpengalaman dan terbiasa berbicara dengan banyak orang, ata
Extra Part 13“Dia blak-blakan sekali,” pikir Nawa sambil tersenyum kecut. Ia memalingkan muka ke arah pintu dan berharap Jayid ada di sana, memberikan senyuman terindah, lalu memanggil namanya. Tiba-tiba saja ia ingin pulang dan bermesraan dengan suaminya itu.Laki-laki yang diharapkan Nawa muncul di kejauhan. Setelah memarkirkan mobil, Jayid menghampirinya. Ia datang menjemput istri tercinta, sesuai permintaan dan lokasi yang telah ia bagikan beberapa saat yang lalu.Sekarang Jayid lebih sering mengemudikan mobilnya sendiri. Sejak kejadian kecelakaan itu dan Rizal harus menggantikan dirinya di perusahaan. Apalagi berduaan dengan Nawa di dalam mobil ternyata lebih menyenangkan.Sementara itu, panggilan video dari Tina kepada Latisha, masih berlangsung, otomatis bayangan tubuh Jayid yang melintas di belakang para wanita, pun terlihat olehnya.“Hai! Bukankah itu laki-laki yang baru saja aku bicarakan?” tanya Tina, antusias pada Latisha. Sementara Latisha justru menjadi tidak enak d
Extra Part 12“Apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?” tanya Rasyid sambil melepaskan pelukannya, lalu ia melihat dengan sekasmu wajah kekasihnya yang tampak tidak biasa.Nawa yang melihatnya pun turut prihatin, sampai-sampai Ia berpikir buruk jika telah terjadi sesuatu pada calon kakak iparnya itu.“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja,” jawab Latisa tenang. Rasyid menarik satu kursi untuk Latisha yang berada di hadapan Nawa, sedangkan ia sendiri duduk di sampingnya. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk memesan minuman ringan.Mendapati kedua orang kakak beradik yang menatapnya penuh curiga, Latisha tersenyum manis dan kemudian menyalahkan ponsel untuk bercermin.“Apa kalian curiga dengan wajahku? aku baik-baik saja, percayalah!” katanya.“Tapi kau terlihat seperti orang yang habis menangis semalaman!” sahut Nawa.“Dari mana kau tahu, apa kau juga pengalaman, pernah menangis semalaman dan matamu bengkak?” Latisa tertawa saat berkata.Nawa tersipu malu, ia pernah