Pesawat yang membawa Justin dan Athena telah mendarat di Bandar Udara Internasional Adolfo Suárez Barajas Madrid. Perjalanan menuju Barcelona dan Madrid hanya menepuh waktu satu jam tiga puluh menit. Kini Justin dan Athena turun dari pesawat—mereka melangkah menuju lobby bandara. Sebelumnya, Justin telah meminta sopir keluarganya untuk menjemput di bandara. Saat tiba di lobby, Justin dan Athena melihat seorang sopir sudah menjemput mereka. Tanpa menunda, Justin dan Athena langsung masuk ke dalam mobil. Tidak lama kemudian, sang sopir mulai melajukan mobil meninggalkan bandara. Sepanjang perjalanan, Athena tersenyum melihat keindangan kota Madrid. Terlebih saat ini adalah musim gugur. Suasana musim gugur di Madrid hampir sama dengan Barcelona. Ya, kedua Kota itu benar-benar mengagumkan. Para turis pun banyak berdatangan saaat musim gugur tiba. Tidak ingin menyia-nyiakan moment, Athena mengeluarkan ponselnya. Dia memotret beberapa jalan di Madrid. "Justin, nanti kita menginap di ho
Byuuuurrrr Athena melompat ke dalam kolam renang. Pagi hari berenang adalah pilihan terbaik. Terlebih fasilitas di mansion milik Justin begitu lengkap. Bahkan kolam renang milik Justin, jauh lebih megah dari kolam renang penthouse miliknya sendiri. "Nyonya Athena, ini sarapan untuk anda. Tadi Tuan Justin berpesan pada anda tidak boleh meninggalkan sarapan anda, Nyonya," ujar sang pelayan yang mendekat ke arah tepi kolam renang. Mendengar sapaan dari pelayan, Athena pun langsung naik ke atas tepi kolam. Tepat d saat Athena sudah naik ke atas tepi kolam renang—pelayan mengantarkan bathrobe untuk Athena. Kini Athena memaki bathrobe itu dan mengambil susu coklat yang hidangkan pelayan di atas meja bersama dengan roti coklat. "Apa suamiku masih di ruang kerjanya?" tanya Athena sambil menatap pelayan itu. "Masih, Nyonya. Tuan Justin masih berada di ruang kerjanya," jawab pelayan itu. "Tapi, sebelumnya saya sudah mengantarkan sarapan untuk Tuan Justin di ruang kerjanya, Nyonya. Jadi
Mobil yang membawa Justin dan Athena telah tiba di Horse Riding Madrid. Sebuah tempah khusus berkuda yang sengaja dipilih oleh Athena. Beruntung, Justin sekalu mengikuti apapun yang Athena inginkan. Seperti hari ini, Athena ingin sekali berkuda sambil menikmati keindangan Kota Madrid di musim gugur. "Justin, ayo kita turun. Aku sudah tidak sabar berkuda," ucap Athena dengan begitu semangat. "Kau yakin akan berkuda, Athena?" tanya Justin memastikan. Athena mengangguk antusias. "Ya, Justin. Aku memang tidak bisa berkuda. Tapi tidak apa-apa, kau pasti menjagaku. Kau bisa berkuda, kan?" "Bagaimana jika aku mengatakan aku tidak bisa berkuda?" jawab Justin seraya mengulum senyumannya. "Kau tidak bisa berkuda? Jika tidak bisa kenapa kau menyetujui permintaanku untuk ke sini?" Raut wajah Athena berubah menjadi kesal dengan bibir yang berkerut. Justin tersenyum. Kemudian, dia mengecup kening Athena dan berkata, "Kita turun sekarang. Ini waktu yang tepat kalau kau ingin mengelilingi K
"Justin, nanti kita berangkat jam berapa ke universitasmu?" Athena melangkah keluar dari kamar mandi dengan masi memakai bathrobe dan rambut yang dililit oleh handuk. Tepat saat tiba di kamar, Athena mendesah pelan melihat Justin tidak ada. Tentu, dia tahu pasti Justin berada di ruang kerjanya. Tidak ingin berpikir lebih, Athena memilih untuk mengganti pakaiannya. Hari ini Justin berencana akan mengajak Athena ke universitasnya. Jujur saja, Athena ingin sekali mengetahui kehidupan Justin saat masa-masa kuliah dulu. Bukan mengusik masa lalu, hanya saja Athena ingin tahu bagaimana sifat Justin semasa kuliah dulu. Suara dering ponsel terdengar. Athena yang tengah memoles wajahnya dengan make up, dia langsung mengalihkan pandangannya pada ponsel yang terletak di atas meja itu. Seketika kening Athena berkerut, melihat ponsel Justin yang berdering. "Kenapa Justin meninggalkan ponselnya di sini?" gumam Athena. Kemudian, dia mengambil ponsel milik Justin itu dan melihat ke layar—tertera
"Justin?" Suara seorang wanita terdengar memanggil nama Justin dengan cukup keras membuat Justin dan Athena langsung mengalihkan pandangan mereka pada sumber suara itu. Seketika kening Athena berkerut, menatap sosok wanita berambut merah yang melangkah mendekat ke arahnya. Wanita itu sangat cantik. Athena mengakuinya. Dengan lekuk tubuh yang begitu indah dan langkah kaki yang begitu anggun wanita itu semakin mendekat ke arah Athena dan Justin. Justin menurunkan tubuh Athena—dia menatap wanita berambut merah yang berdiri di hadapannya. "Pamela?" panggilnya kala menyadari wanita yang berada di hadapannya adalah wanita yang dia kenali. Wanita bernama Pamela itu mengulas senyuman di wajahnya, dia langsung memeluk erat tubuh Justin. Meski terkejut Pamela memeluknya, namun Justin tidak membalas ataupun menolaknya. Sedangkan Athena, dia menatap lekat wanita yang bernama Pamela itu memeluk Justin. Mungkin itu adalah teman Justin. Itulah yang ada dipikiran Athena. "Apa kabar, Justin? Kau t
Suara ketukan pintu terdengar. Athena yang tengah membaca majalah langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan menginterupsinya untuk masuk. Tidak lama kemudian, seorang pelayan melangkah mendekat ke arah Athena. "Selamat pagi, Nyonya," sapa seorang pelayan seraya menundukan kepalanya di hadapan Athena. "Pagi, ada apa?" tanya Athena sambil menatap pelayan yang berdiri hadapannya. "Nyonya, saya ingin memberitahu Nyonya Besar Tasya dan Tuan Besar Altov datang. Saat ini mereka menunggu di ruang keluarga," jawab sang pelayan yang sontak membuat Athena terkejut. "Paman Altov dan Bibi Tasya datang?" Athena bertanya memastikan. Sang Pelayan itu menganggukan kepalanya pelan. "Benar, Nyonya. Sebelumnya pelayan lain sudah memanggil Tuan Justin yang berada di ruang kerjanya. Saya yakin, Tuan Justin sebentar lagi juga akan turun ke bawah, Nyonya," ujarnya dengan sopan. "Kau boleh pergi sekarang, aku akan segera turun," balas Athena. "Baik, Nyonya," Sang Pelayan menundukan kepa
"Athena? Kau belum tidur?" Justin melangkah masuk ke dalam kamar, menatap Athena yang duduk di ranjang dengan melamun. Kemudian, dia mendekat lalu duduk tepat di samping Athena. "Justin?" Athena mengalihkan pandangannya saat melihat Justin sudah duduk di sampingnya. "Apa Paman Altov dan Bibi Tasya sudah tidur?" tanyanya dengan suara pelan. "Sudah, mereka sudah tidur." Justin membawa tangannya mengelus lembut pipi Athena. "Kau kenapa belum tidur, Athena? Ini sudah malam." "Aku belum mengantuk, Justin," Athena menyandarkan kepalanya di dada bidang Justin. Terlihat jelas wajah Athena yang begitu memikirkan sesuatu. Bahkan setelah makan malam pun, Athena lebih dulu masuk ke dalam kamar. Hanya saja, dia masih belum bisa tidur hingga detik ini. "Apa yang kau pikirkan, Athena?" Justin menarik dagu Athena, menatap manik mata hijau istrinya. "Apa ada hal yang membebani pikiranmu?" tanyanya memastikan. "Justin, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?" ucap Athena pelan. "Kenapa kau ha
"Athena, Bibi telah menyiapkan gaun untuk kau pakai malam ini. Apa kau ingin mencobanya?" Tasya melangkah mendekat pada Athena yang tengah duduk menikmati suasana sore hari di taman. Athena mengalihkan pandangannya. Lalu mengulas senyuman hangat di wajahnya. "Bibi? Kau di sini? Di mana Paman Altov, Bibi?" tanyanya kala melihat Tasya duduk di sampingnya. "Pamanmu sedang bersama dengan Justin. Mereka sedang membahas pekerjaan," Tasya membawa tangannya mengelus lembut punggung tangan Athena. Athena terdiam kala mendengar Tasya menyiapkan gaun untuknya yang dipakai malam ini. Ya, malam ini dirinya dan Justin harus menghadiri pameran perhiasan yang akan diadakan oleh Kylie. Meski sebenarnya, ada rasa tidak nyaman di hati Athena, namun Athena memilih untuk berusha bersikap tenang seperti biasanya. Lagi pula, Athena yakin, dirinya bisa membaur dengan Kylie. "Athena, apa yang kau pikirkan?" tanya Tasya dengan tatapan bingung menatap Athena yang tampak tengah memikirkan sesuatu. "Apa a
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya. Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan. “Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman. Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu. “Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. “Y
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya. “Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga. “Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya. “Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Da
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda. “Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana. “Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh. Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap
Athena berdiri di balkon kamar, dia menatap cuaca malam di Kota Madrid dari kamarnya yang tampak begitu mengagumkan. Sesaat Athena memejamkan matanya kala hembusan angin menyentuh kulitnya. "Madrid memang sangat indah. Pantas saja, Justin menyukai tinggal di sini," gumam Athena dengan mata yang masih terpejam. "Sepertinya, kau begitu menyukai Madrid." Athena langsung membuka matanya dan menoleh ke belakang kala mendengar suara yang begitu dia kenali. Seketika senyum di bibir Athena terukir kala melihat Justin melangkah menghampirinya. Tepat di saat Justin berada di hadapannya, Athena langsung membenamkan wajahnya ke dada bidang Justin. "Kenapa kau di sini, Athena? Ini sudah malam." Justin mengeratkan pelukannya seraya memberikan kecupan di kepala Athena. "Aku belum mengantuk, Justin." Athena mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Justin. "Kau sendiri kenapa di sini? Bukannya tadi kau bilang ingin menghubungi Peter?" "Ya, aku sudah menghubungi Peter." Justin mengecup kening Ath
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang