"Justin, tadi kenapa kau langsung mengajaku pulang? Bukannya kau belum bertemu dengan Nathan?" Athena melangkah mendekat ke arah Justin yang duduk di sofa seraya fokus pada ponsel di tangannya. Kemudian, Athena duduk tepat di samping Justin. "Apa kau sangat sibuk?" tanyanya dengan nada sedikit kesal. Pasalnya sejak tadi Justin terus fokus pada ponsel di tangannya. Justin mengalihkan pandangannya, dia menatap Athena yang sudah duduk di sampingnya. Lalu Justin meletakan ponsel ke atas meja dan langsung menarik tangan Marsha masuk ke dalam pelukannya seraya mengecup puncak kepala Athena. "Maaf, tadi aku membalas email dari sekretarisku." Athena mendesah pelan, dia mendongakan kepalanya dari pelukan Justin. "Saat di rumah sakit, kenapa kau tidak menemui Nathan? Bukannya tadi aku bilang ingin bertemu dengan Nathan dan Tuan Brian? Maksudku, Paman Brian," ucapnya yang langsung mengkoreksi kala dirinya salah menyebut panggilan untuk Brian. Justin terdiam sesaat, kemudian dian membawa ta
Tiga hari setelah berita tentang Addison Group. Justin masih tetap belum memperbolehkan Athena kembali bekerja. Tentu tidak akan mudah bagi Justin kembali memperbolehkan Athena untuk bekerja. Selama tiga hari ini, Justin pun mengerjakan pekerjaannya di rumah. Dia memilih menemani Athena di rumah. "Justin... Apa kau tahu kapan Nathan dan Paman Brian keluar dari rumah sakit?" Athena yang baru saja selesai mandi dan sudah mengganti bajunya, dia menatap Justin yang tengah menyesap kopi di tangannya. Kemudian dia melangkah mendekat ke arah Justin dan duduk di samping pria itu. "Hari ini Nathan sudah doperbolehkan pulang." Justin meletakan cangkir yang ada di tangannya ke tempat semula, lalu menatap lekat Athena. "Dan aku rasa, Brian Smith, dia sudah lebih dulu pulang sejak kemarin. Anak buaku mengatakan, dia sudah tidak suka tinggal di rumah sakit." Athena tersenyum mendengar perkataan Justin. Ada kelegaan dalam hatinya. Nathan yang sudah pulang, begitu pun dengan Brian yang juga suda
Kini Athena tengah mematut cermin. Dia memoles wajahnya dengan make up bold. Lipstik merah akan selalu menjadi favorite. Ya, tentu saja karena lipstik merah selalu membuat wanita akan tampak begitu seksi. Dengan balutan mini skirt dan atasan dengan model tali spaghetti membuat penampilan Athena sangat sempurna. Athena pun memilih mengikat rambutnya dengan gaya ponytail. Tanpa Athena sadari, Justin berdiri diambang pintu. Senyum dibibirnya terukir melihat Athena yang tengah berias. Kemudian, dia melangkah mendekat dan langsung memeluk Athena dari belakang. Athena sedikit terkejut melihat Justin memeluknya. Dia pun langsung mengeratkan pelukan Justin yang melingkar di pinggangnya itu. "Kau sangat cantik," bisik Justin di telinga Athena seraya mengecupi leher jenjang wanita itu. "Aku rasa, aku ingin mengurungmu di sini. Aku tidak ingin membiarkanmu dilihat orang lain," lanjutnya seraya meremas pinggang Athena. Tubuh Athena meremang, merasakan helaan napas Justin menyentuh lehernya.
"Athena?" Brian bungkam, dia tidak mampu berkata-kata kala melihat Athena kini mendekat ke arahnya. "Athena, dengarkan aku-" "Apa yang kau sembunyikan dariku, Justin?" Athena langsung menyela ucapan Justin dengan cepat. Dia tidak membiarkan pria itu menyelesaikan ucapannya. "Aku membenci seseorang yang menyembunyikan sesuatu dariku," lanjutnya dengan suara yang berusaha untuk tenang. "Athena, kau salah paham." Justin hendak melangkah mendekat ke arah Athena, namun dengan cepat Athena langsung mundur dan tidak mau disentuh oleh Justin. Justin terus mengumpat dalam hati, kenapa dia harus membahas tentang Athena pada Brian, padahal Athena berada di dalam perusahaannya dan kapan saja istrinya itu bisa masuk ke dalam ruang kerjanya. Kali ini, Justin benar-benar merutuki dirinya. Bahkan ini Athena menatap dingin ke arahnnya. Serta tampak begitu enggan dekat dengannya. "Athena..." Brian memberanikan diri melangkah mendekat ke arah Athena, sesaat dia menatap dalam manik mata hijau milik A
"Apa kau itu sudah kehilangan akal sehatmu, Brian? Bagaimana mungkin kau menjalin hubungan dengan seorang wanita biasa? Mama sudah menyelidikinya, dan dia hanya dari keluarga biasa! Kau benar-benar kehilangan akal sehatmu, Brian! Berkali-kali Mama bilang padamu jangan pernah mencari wanita sembarangan! Kau harus memilih wanita yang panas untukmu!" Sarah, Ibu Brian meninggikan suaranya menatap tajam putranya itu yang berdiri di hadapannya. "Ma, Alika wanita yang baik. Apa salahnya dia dari kalangan biasa? Bukannnya kita telah memiliki segalanya? Aku tidak butuh wanita dari keluarga hebat untuk menjadi istriku. Bagiku, dia wanita baik, itu sudah lebih dari cukup. Kau belum mengenal Alinka, Ma. Dia sangat baik," jawab Brian dengan suara yang tak kala meninggi. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat kala mendengar Sarah, Ibunya melarang hubugannya dengan Alinka. "Brian Smith! Apa kau tahu siapa dirimu? Kau pewaris dari Smith Group. Bagaimana bisa kau memilih wanita biasa me
Tubuh Athena hampir ambruk mendengar semua cerita tentang Ibunya. Dia menggelengkan kepalanya, dengan air mata yang terus berlinang membasahi pipinya. Hati Athena begitu hancur mendengar apa yang diceritakan oleh Brian. Selama ini Ibunya terlibat begitu tangguh. Tidak pernah sedikitpun, Ibunya menangis ataupun mengeluh. Tapi, kenyataan ini begitu meninggalkan luka yang mendalam. Ayahnya yang dia pikir telah tiada, kini berada di hadapannya, menceritakan semua luka yang dia berikan pada Ibunya sendiri. Tangis Athena tak kunjung reda, pikirannya membayangkan penderitaan yang dialami oleh Ibunya. Begitu banyak orang yang menghina, merendahkan dan menolaknya. Terlihat Brian menundukan kepalanya, kala menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Alinka. Kini Brian sedikit mengangkat wajahnya, dengan tatapan penuh penyesalan. Ingin rasanya Brian memeluk Athena, dan menghapus air mata putrinya itu. Namun, setiap kali dia hendak melangkah mendekat, Athena dengan tegas menolak dirinya. Itu
"Athena..." Justin berteriak saat melihat Athena berlari keluar dari ruangannya. Dengan cepat Justin langsung mengejar Athena. Tepat disaat dia berhasil menangkap lengan Athena, dia terkejut, melihat mata Athena yang sembab dan memerah itu. Tanpa mengatakan apapun, Justin langsung menarik Athena masuk ke dalam pelukannya. "Pergi kau, Justin!" Athena mendorong keras tubuh Justin, air matanya kembali berlinang membasahi pipinya—menatap Justin dengan kecewa. "Apa kau tahu ini semua, Justin? Apa kau tahu Brian Smith adalah ayahku? Jelaskan padaku, Justin!" serunya dengan nada cukup tinggi. "Athena, dengarkan penjelasanku," jawab Justin cepat. "Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku baru tahu, saat Brian menyelamatkanmu. Tapi aku benar-benar tidak mengetahui tentang dia dan Ibumu, Athena," lanjutnya yang langsung segera menjelaskan. Dia tidak ingin Athena salah paham padanya. "Kau sudah mengetahui dari awal, kenapa kau tidak menceritakan padaku, Justin?" Athena menghentakan tangann
Athena duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Dia terdiam, melamun dengan pikiran yang menerawang ke depan. Meski hatinya jauh lebih baik, tapi tidak bisa dibohongi, Athena masih terluka setelah mengetahui kenyataan pahit ini. Sebuah kenyataan yang tidak pernah dia sangka terjadi dihidupnya. Justin yang berdiri dari kamar mandi, dia menatap Athena yang tengah melamun. Dia langsung melangkah mendekat ke arah Athena dan duduk di samping Athena, seraya berucap, "Apa yang kau pikirkan?" Dia membawa tangannya mengelus lembut pipi Athena. "Justin?" Athena sedikit terkejut, melihat Justin sudah duduk di sampingnya. Justin tersenyum, lalu dia menarik tangan Athena masuk ke dalam pelukannya dan memberikan kecupan di puncak kepala Athena. "Kenapa kau belum tidur? Ini sudah malam, Athena.." "Justin..." Athena mendongakan kepalanya, menatap manik mata coklat Justin. "Ya?" Justin mengecup hidung Athena. "Ada apa?" "Kau bilang, kau ingin memceritakan semuanya?
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya. Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan. “Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman. Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu. “Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. “Y
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya. “Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga. “Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya. “Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Da
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda. “Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana. “Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh. Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap
Athena berdiri di balkon kamar, dia menatap cuaca malam di Kota Madrid dari kamarnya yang tampak begitu mengagumkan. Sesaat Athena memejamkan matanya kala hembusan angin menyentuh kulitnya. "Madrid memang sangat indah. Pantas saja, Justin menyukai tinggal di sini," gumam Athena dengan mata yang masih terpejam. "Sepertinya, kau begitu menyukai Madrid." Athena langsung membuka matanya dan menoleh ke belakang kala mendengar suara yang begitu dia kenali. Seketika senyum di bibir Athena terukir kala melihat Justin melangkah menghampirinya. Tepat di saat Justin berada di hadapannya, Athena langsung membenamkan wajahnya ke dada bidang Justin. "Kenapa kau di sini, Athena? Ini sudah malam." Justin mengeratkan pelukannya seraya memberikan kecupan di kepala Athena. "Aku belum mengantuk, Justin." Athena mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Justin. "Kau sendiri kenapa di sini? Bukannya tadi kau bilang ingin menghubungi Peter?" "Ya, aku sudah menghubungi Peter." Justin mengecup kening Ath
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang