"Justin, apa hari ini kau akan ke kantor?" Athena melangkah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya masih terbalut oleh bathrobe dan rambut yang dililit oleh handuk. Tatapanya, menatap Justin yang tengah fokus pada iPad di tangannya. Kemudian, dia melangkah mendekat ke arah Justin."Kau sudah selesai mandi?" Justin mengalihkan pandangannya, dia mengangkat wajahnya, menatap Athena yang berdiri di hadapannya.Athena mengangguk. Lalu, dia duduk di pangkuan Justin seraya mengaitkan tangannya ke leher pria itu. "Apa hari ini kau akan bekerja?" tanyanya lagi sambil menatap sang suami.Justin tersenyum, dia menarik dagu Athena, mencium dan melumat bibir isrinya itu. "Apa kau tidak ingin aku bekerja?" bisiknya tepat di depan bibir Athena."Bukan seperti itu!" Athena mendengus, dia mencebikan bibirnya. "Aku hanya bertanya, Justin. Tidak enak, jika kau terus membebani Nathan dengan tanggung jawabmu," ujarnya memberitahu. Pasalnya, Athena merasa kasihan pada Nathan yang harus menanggung semuanya. Tapi
"Nyonya Athena, anda benar-benar sangat cantik. Saya yakin, Tuan Justin pasti sangat menyukainya," seru Liliy antusias."Ah, benarkah? Apa ini cocok ditubuhku?" tanya Athena memastikan. Meski gaun ini memang sangat indah, tapi rasanya dia tidak terlalu percaya diri, gaun semahal ini pantas ditubuhnya."Sangat cocok, Nyonya. Sesuai dengan nama anda, anda benar-benar layaknya seorang Dewi Athena," jawab Lily dengan jujur. Tatapannya terus menatap Kagum Athena."Kau sungguh berlebihan, Lily," balas Athena seraya mengulum senyumannya.Lily tersenyum. "Apa yang saya katakan, itu benar, Nyonya. Anda sangat cantik.""Terima kasih, Lily," jawab Athena."Yasudah, Nyonya. Lebih baik kita temui Tuan Justin sekarang. Pasti beliau menunggu anda," ujar Lily memberitahu.Athena mengangguk. "Ya, kau benar. Justin pasi sudah menunggu." Kemudian, dia melangkah keluar dari ruang ganti itu, diikuti oleh Lily yang menemani dirinya.Saat Athena dan Lily sudah keluar dari ruang ganti, mereka menatap Justin
"Mom, dimana Dad? Kenapa sampai sekarang belum juga pulang?" Adelia melangkah masuk ke dalam ruang keluarga, lalu dia duduk di samping Irina yang tengah membaca majalah fashion."Tadi Daddymu mengatakan pada Mommy, dia sedang meeting. Mungkin, dia akan pulang sedikit terlambat." Irina mengambil cangkir yang berisikan teh yang baru saja diantar oleh pelayan, lalu menyesapnya perlahan. "Kenapa kau belum tidur? Biasanya kau selalu tidur lebih awal," ujarnya seraya melihat Adelia.Adelia mendesah pelan, lalu dia menyandarkan punggungnya di sofa, dan menjawab, "Mom, minggu depan aku harus kembali ke German. Kondisi Dad sudah jauh lebih baik. Aku tidak mungkin lama meninggalkan kuliahku.""Kau tidak bisa menunda keberangkatanmu ke German?" Irina meletakan cangkir yang berisikan setegah teh itu ke atas meja. "Mungkin satu bulan lagi kau menetap di sini. Apa tidak bisa? Karena Mommy juga belum bisa kembali ke Moscow, jika Daddymu masih belum mau meninggalkan New York," ujarnya memberitahu."K
Athena mematut cermin. Kini tubuhnya telah terbalut oleh gaun silver dengan model atas one shoulder. Dia memoles wajahnya dengan make up sedikit tebal, namun tidak berlebihan. Tidak lupa lipstik merah, yang membuat para wanita akan tampak begitu seksi dan anggun kala memakai lipstik berwarna merah. Kali ini Athena menggulung rambut panjangnya, hingga menunjukan leher jenjang dan indah miliknya. Hari ini adalah hari yang sebenarnya tidak diinginkan Athena. Jamuan makan malam dengan Smith Group. Ingin sekali Athena tidak datang, tapi tidak mungkin dia lakukan karena mengingat dirinya adalah istri dari Justin, tentu dia tidak akan mungkin tidak menemani Justin.Athena mengatur napasnya, dia berusaha bersikap tenang. Pikirannya kembali mengingat apa yang dikatakan oleh Justin. Dirinya mendatangi jamuan makan malam sebagai Athena Afford. Dia tidak ada kepentingan untiuk harus berpura-pura menyapa Keluarga Smith.Tanpa Athena sadari, Justin berdiri diambang pintu tersu menatapnya yang kini
"Athena...." Justin berteriak dengan keras, dia melompat dari podium dan berlari menghampiri Athena. Begitun pun dengan Nathan yang melompat dari podium, dia berteriak keras memanggil nama Scarlett, dan berlari menghampirinnya.Namun, semuanya terlambat, kala mendengar suara tembakan yang telah berhasil menembus jendela. Tubuh Justin dan Nathan mematung, kala melihat sosok yang tergeletak di lantai, dengan darah yang mengalir deras di lantai. Suara teriakan semua orang di sana menjerit histeris kala melihat sosok yang tergeletak jatuh di lantai dengan berlumuran darah."Tidak, Brian!!" Irina berteriak histeris melihat Brian tergeletak dengan berlumuran darah."Dad!" Adelia pun berteriak kala mendapati Brian tergeletak di lantai dengan belumuran darah.Tubuh Athena mematung, dia menggelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca melihat Brian menyelamatkannya. Dirinya tidak mampu berkata-kata. Dia hanya menatap nanar Irina dan Adelia yang kini menangisi keadaan Brian.Disaat Jusin dan N
"Kembalikan suamiku!" Irina menangis histeris. Kepalanya mulai memberat. Tubuhnya tidak sanggup lagi berdiri. Tepat disaat tubuh Irina ambruk, Nathan yang jaraknya paling dekat dengan Irina, dia langsung membopong tubuh Irina, membawanya menuju ruang pemeriksaan.Tangis Adelia pecah, dia meraung dan menjerit histeris. Bianca dan Paula berkali-kali menenangkan Adelia, namun tetap sia-sia. Karena Adelia terus menangis, dan berteriak memanggil ayahnya.Athena menatap lirih keadaan Irina, begitu pun dengan Adelia yang terus menjerit histeris memanggil ayahnya. Sungguh, hati Athena sangat hancur melihat Irina dan Adelia. Kemuan, tatapan Athena teralih pada Sang Dokter yang hendak meninggalkan tempat itu. Dengan cepat Athena melangkah menghampiri Sang Dokter."Dokter, tunggu," Athena menghapus sisa air mata diwajahnya, dia menatap Sang Dokter dengan tatapan penuh permohonan. "Dokter, aku yakin ayahku pasti selamat. Tolong selamatkan dia. Aku mohon," ucapnya dengan terisak pelan."Athena," J
"Athena?" Justin memanggil saat melihat Athena melangkah keluar dari ruang rawat Brian Smith. Terlihat wajah Athena tampak begitu muram dengan mata yang sembab. Tepat disaat Athena melangkah keluar, Justin langsung menghampiri Athena, dan memberikan pelukan pada istrinya itu. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Athena langsung membenamkan wajahnya ke dalam pelukan Justin."Athena? Apa aku bisa melihat Dad?" Adelia melangkah mendekat ke arah Athena dengan wajah yang muram.Athena mengalihkan pandangannya, lalu dia mengangguk pelan. "Ya, Adelia. Kau bisa menemuinya. Aku juga yakin, dia membutuhkanmu."Adelia tersenyum. Kemudian, dia melangkah masuk ke dalam ruang rawat Brian. Kini Justin membawa Athena duduk di kursi. Tidak lama kemudian, anak buah Justin membawakan minuman untuk Athena. Athena pun menerima minuman itu, dan meminumnya perlahan."Justin, dimana orang tuamu serta Grandpa dan Grandma?" tanya Athena dengan suara pelan."Aku sudah meminta mereka untuk pulang. Mereka butuh isti
Athena duduk di sofa dengan pikiran yang menerawang ke depan. Dirinya baru saja kembali dari rumah sakit menjenguk keadaan Brian Smith. Sudah tiga hari, Brian masih belum juga sadar. Tidak hanya itu, tapi orang yang berada dibalik kecelakaan ini belum juga ditemukan. Tidak bisa dipungkiri, Athena selalu merasa bersalah.Namun, berkali-kali Justin selalu berusaha menenangkan dirinya. Hal yang membuat Athena bersyukur adalah orang-orang disekitarnya tidak pernah menyalahkan dirinya atas kekacauan yang terjadi. Baik dari keluarga Smith maupun Keluarga Justin sendiri, tidak ada yang menyalahkan dirinya.Selama tiga hari ini, Athena hanya selalu mendatangi rumah sakit. Dia mengabaikan pekerjaannya. Tentu, dirinya tidak akan bisa fokus dalam bekerja. Beruntung, Justin selalu berada disisinya. Justin pun memintanya untuk lebih banyak beristirahat di rumah, dan tidak memikirkan pekerjaan.Tanpa Athena sadari, sudah sejak tadi Juustin berdiri diambang pintu. Dia menatap Athena yang melamun, ke