Malam hari pun telah tiba, Alland dan Vindy sudah datang ke Mansion milik Allard Edbert Edric. Mereka akan makan malam bersama, sekaligus berpesta untuk penyambutan calon menantu. Saat ini mereka duduk saling berhadapan di meja makan, dengan posisi Allard, Carlina, dan Amilia duduk bersebelahan. Alland dengan Vindy duduk berhadapan dengan Alvian dan Alisya. Allard dan Carlina tampak sangat bahagia, melihat kedua putranya punya pasangan masing-masing. Para pelayan mulai berdatangan, menata makanan yang sudah di masak oleh koki khusus keluarga Allard. Alisya menatap Vindy dalam-dalam, yang tampak sangat antusias sekali dengan pertemuan malam ini sedangkan dirinya diliputi oleh ketakutan besar. Keluarga besar dihadapannya saat ini adalah Mafia berdarah dingin, yang sangat kejam terhadap musuh-musuh dan orang-orang yang berani berkhianat.Carlina dan Vindy mulai menyajikan makanan untuk pasangan tercintanya. Alisya hanya diam saja, dia bingung harus melakukan apa hingga akhirnya
Tiga hari pun berlalu setelah pertemuan terakhir dengan keluarganya, Alland menitipkan Vindy kepada Carlina. Malam ini dia akan menyaksikan kematian Draco Frederick, bersama dengan sahabat-sahabatnya. Saat ini Alland sedang berkumpul bersama, di markas khusus tempat mereka berunding. Malam itu pula mereka mengenakan setelan jas hitam formal, jubah hitam pekat, sarung tangan hitam, sepatu hitam, dan topeng hitam. Mereka tampak sempurna dengan memakai serba hitam, ketampanan delapan pria itu semakin bertambah. Alland menatap Aldo, Sean, Gerald, Albert, Jean, Lars, dan Xavierre sekilas. Mereka kompak mengangguk, sepertinya tujuh pria itu sudah siap untuk bermandikan darah musuh dan bodyguard-bodyguardnya malam ini. Alland menatap arloji hitam di tangannya, lalu tersenyum menyeringai."Sebentar lagi kita akan berangkat menuju mansion Draco Frederick. Kalian sudah menyiapkan segalanya?" tanya Alland."Tentu saja, Alland. Malam ini pasti akan menj
Mobil Lamborghini Aventador yang dikendarai oleh Alland telah memasuki halaman mansion kedua orangtuanya, di sana sudah ada para penjaga yang tampak bahagia melihat kedatangannya. Alland turun dari mobil, tak lama kemudian pintu mansion terbuka dan keluarlah gadis pujaannya yaitu Vindy Marcella Daffani. Alland terpesona dengan penampilan gadisnya malam ini, Vindy memakai setelan kemeja berwarna biru cerah, jam tangan, cincin pertunangan yang melingkar manis di jarinya, dan syal biru. Kedua tangan kekar Alland mengusap lembut rambut gadisnya, Vindy menikmati hal itu dan sekarang tangan kekar itu beralih menyentuh pipi hingga leher. Tak lama kemudian sebuah kecupan manis mendarat di leher gadisnya. Allard dan Carlina yang menyaksikan hal itu, mereka tersenyum hangat."Kamu sangat merindukan gadismu ya nak?" tanya Allard dengan senyuman tipisnya."Tentu saja. Tiga hari tidak bertemu dengannya aku benar-benar gelisah," balas Alland dengan nada lembut."Satu minggu setelah pernikahan Alvia
Beberapa hari pun berlalu dengan cepat, saat ini keluarga besar Edric merasakan kebahagiaan besar atas pernikahan Alvian dan Alisya. Kedua nya mengenakan gaun mewah, dilengkapi pernak-pernik yang sangat megah. Alvian mengenakan jas formal berwarna biru sedangkan Alisya mengenakan gaun panjang berwarna biru. Alvian sangat bahagia, berbeda halnya dengan Alisya yang tampak sedikit muram. Saat Alisya sedang asik melamun, tiba-tiba saja datang seorang wanita paruh baya. Siapa lagi kalau bukan Carlina Sofea Edric, wanita yang sangat awet muda karena cinta dari suaminya. Alisya merasa nyaman dengan pelukan hangat pada tubuhnya, dia seperti memiliki kekuatan besar untuk menghadapi hari-hari pernikahan dirinya selanjutnya."Kamu sangat cantik sekali hari ini nak," ujar Carlina."Mommy bisa saja. Mommy lebih cantik dari aku," ujar Alisya."Kamu bisa saja nak. Aku sudah tua," ujar Carlina ramah.Tak lama kemudian Allard mendatangi kedua wanita dihadapannya."Selamat atas pernikahan kalian. Daddy
Tak terasa dua Minggu pun berlalu, saat ini Alland dan Vindy telah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah. Keduanya mengenakan pakaian formal, Alland dengan setelan jas formal berwarna putih dan Vindy memakai gaun pengantin panjang yang warnanya sama seperti pakaian sang suami. Allard beserta keluarganya sangat bahagia, sementara di pihak Vindy, hanya sang kakak saja beserta neneknya yang hadir. Arfan Daffano, dialah kakak satu-satunya yang dimiliki oleh Vindy. Arfan Daffano mendekati sang adik, Alland memberikan isyarat kepada Arfan agar dia berbicara dengan adiknya. Alland tahu hari ini Vindy dengan kakaknya akan berpisah, Arfan akan pergi ke Rusia untuk menemui kliennya. "Vindy. Hari ini kakak sangat bahagia kamu menikah dengan pria yang tepat, dia sangat mencintai kamu sayang," ujar Arfan. Arfan menatap Alland, Alland mengangguk dan tersenyum. "Dia pria yang sangat baik, sekarang Alland adalah suamimu. Vindy, berjanjilah padaku, kamu akan selalu hormat dan patuh padanya. Ak
Mereka melewati malam pernikahan dengan tertidur nyenyak, keduanya terlihat sangat lelah karena ramainya para tamu undangan yang berdatangan. Malam pertama mereka sepertinya harus tertunda dahulu, karena keduanya sama-sama lelah dan merasa sangat mengantuk. Tak terasa hari sudah pagi, pagi ini Nyonya Carlina dan Alisya sedang asik memasak untuk sarapan bersama. Keduanya tampak sangat kompak dalam hal memasak, hingga tak lama kemudian Alvian dan Allard datang. Allard langsung duduk di meja makan, lalu fokus dengan ponselnya karena dia harus mengerjakan banyak sekali pekerjaan kantor. Melihat sang suami sedang sibuk, Carlina mendekati Allard dengan membawa secangkir teh hangat manis lalu memberikannya dengan lembut. "Pagi sayang. Kau harum sekali," puji Carlina. Allard tersenyum tipis, lalu mengecup bibir Carlina dengan penuh cinta. "Aku memang harum sayang, istriku juga sangat wangi. Diriku jadi ingin menerkam dirimu!" Carlina tersenyum hangat dan berjalan mendekati Alvian, Alvian se
Tak terasa sudah hampir seminggu Alland dan Vindy menikah serta tinggal di kediaman keluarga Allard Edbert Edric. Hari ini keduanya akan pergi ke Rusia untuk berbulan madu, sekaligus menemui klien pribadi Alland untuk membicarakan bisnis penting yang sangat rahasia dan tertutup. Saat ini Alland dan Vindy sedang sarapan bersama dengan keluarga besar Edric, tampak sangat indah sekali momen di pagi hari yang cerah itu. Alland dengan balutan setelan jas formal berwarna biru, Vindy dengan setelan blazer formal berwarna putih semakin membuat mereka terlihat sangat gagah dan anggun. Allard dan Carlina tersenyum hangat melihat penampilan putra dan putrinya, jelas terlihat bahwa mereka bangga dengan kekompakan Alland dan Vindy. Alvian dan Alisya juga merasa takjub dengan penampilan adik mereka, hingga berfikir untuk pergi berbulan madu ke tempat yang berbeda. "Kalian akan pergi kapan?" tanya Allard singkat, jelas, dan padat. "Nanti siang, Daddy. Jam setengah dua belas kami sudah harus sampai
~ Moskow, Rusia ~ Arkady Sachar Vasily, pria berusia 27 tahun. Pemilik Kerajaan bisnis Vasily Corporation dan ASV Corporation, yang terkenal di Rusia hingga seluruh dunia. Dia adalah pewaris Kerajaan Vasily yang terkenal dengan peraturan dan kebijakan yang ketat, putra pertama dari Erik Sachar Vasily dan A Sachar Vasily. Arkady terlihat sangat tampan dan berwibawa, dengan balutan setelan jas formal berwarna hitam pekat. Arkady dikenal sebagai sosok yang tenang, tegas, dan berwibawa terlihat dari caranya berbicara dengan banyak orang. Arkady juga terkenal akan kekejaman dan tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun terhadap musuh, baik itu laki-laki ataupun perempuan. Baginya musuh tetaplah musuh dan pengkhianat sama dengan mati. "Anda ingin makan sesuatu?" "Ya. Aku hanya ingin makan Pelmeni dan Borsch," balas Arkady dengan nada dingin. "Bagaimana dengan minuman?" "Air putih dan susu saja. Aku tidak suka Vodka," balas Arkady dengan nada tenang. Pria yang berstatus sebagai sekretaris