Bagaimana, penasaran dengan kelanjutannya?
Di dalam ruangan yang gelap dan minim penerangan, terlihat jelas delapan pria mengenakan jas formal berwarna hitam, dengan jubah khusus yang dicat dengan api dan darah. Mereka kompak mengenakan kacamata hitam, sarung tangan hitam tebal, sepatu hitam, dan masker hitam. Hari ini mereka akan membicarakan sesuatu yang sangat penting, tak ada ekspresi lain yang mereka tunjukkan, selain tatapan datar dan menyeramkan. Alland menatap ketujuh temannya, tatapannya dingin, tenang, dan penuh wibawa. Tak lama kemudian, laki-laki itu bangkit, mengambil koper berisi jenazah lelaki tua yang menyebabkan orang tua gadis itu terbunuh. Aldo dan Sean saling berpandangan, begitu pula Jean, Albert, Lars
Alland, Aldo, dan Sean saling menatap satu sama lain. Albert, Jean, Gerald, Lars, dan Xavierre menunggu jawaban dari ketiga sahabat itu."Jadi kesimpulannya adalah ...."Alland menatap Albert, Jean, Gerald, Lars, dan Xavierre."Kita akan memulai penyerangan kepada Draco di malam Jum'at nanti. Aku, Aldo, Sean akan menyerang dari arah timur. Kami akan membawa masing-masing dua ratus pasukan dengan senjata api yang lengkap!" tegas Alland.Aldo dan Sean mengangguk, mereka paham dengan penjelasan yang dipaparkan oleh Alland."Albert, Jean. Kalian menyerang kearah barat!" tegas Aldo.Albert dan Jean mengangguk dan tersenyum tipis."Kami juga akan membawa dua ratus pasukan khusus," ujar Albert dan Jean."Aku dan Lars akan ke menyerang dari arah selatan. Kami akan membawa tiga ratus pasukan khusus," sahut Gerald.Alland mengangguk tanda dia setuju dengan Lars dan Gerald."Silahkan bawa pasukan sebanyak apapun. Perang kali ini sepertinya akan spesial karena kita akan menyaksikan aksi Bryan per
Malam hari pun telah tiba, Alland dan Vindy sudah datang ke Mansion milik Allard Edbert Edric. Mereka akan makan malam bersama, sekaligus berpesta untuk penyambutan calon menantu. Saat ini mereka duduk saling berhadapan di meja makan, dengan posisi Allard, Carlina, dan Amilia duduk bersebelahan. Alland dengan Vindy duduk berhadapan dengan Alvian dan Alisya. Allard dan Carlina tampak sangat bahagia, melihat kedua putranya punya pasangan masing-masing. Para pelayan mulai berdatangan, menata makanan yang sudah di masak oleh koki khusus keluarga Allard. Alisya menatap Vindy dalam-dalam, yang tampak sangat antusias sekali dengan pertemuan malam ini sedangkan dirinya diliputi oleh ketakutan besar. Keluarga besar dihadapannya saat ini adalah Mafia berdarah dingin, yang sangat kejam terhadap musuh-musuh dan orang-orang yang berani berkhianat.Carlina dan Vindy mulai menyajikan makanan untuk pasangan tercintanya. Alisya hanya diam saja, dia bingung harus melakukan apa hingga akhirnya
Tiga hari pun berlalu setelah pertemuan terakhir dengan keluarganya, Alland menitipkan Vindy kepada Carlina. Malam ini dia akan menyaksikan kematian Draco Frederick, bersama dengan sahabat-sahabatnya. Saat ini Alland sedang berkumpul bersama, di markas khusus tempat mereka berunding. Malam itu pula mereka mengenakan setelan jas hitam formal, jubah hitam pekat, sarung tangan hitam, sepatu hitam, dan topeng hitam. Mereka tampak sempurna dengan memakai serba hitam, ketampanan delapan pria itu semakin bertambah. Alland menatap Aldo, Sean, Gerald, Albert, Jean, Lars, dan Xavierre sekilas. Mereka kompak mengangguk, sepertinya tujuh pria itu sudah siap untuk bermandikan darah musuh dan bodyguard-bodyguardnya malam ini. Alland menatap arloji hitam di tangannya, lalu tersenyum menyeringai."Sebentar lagi kita akan berangkat menuju mansion Draco Frederick. Kalian sudah menyiapkan segalanya?" tanya Alland."Tentu saja, Alland. Malam ini pasti akan menj
Mobil Lamborghini Aventador yang dikendarai oleh Alland telah memasuki halaman mansion kedua orangtuanya, di sana sudah ada para penjaga yang tampak bahagia melihat kedatangannya. Alland turun dari mobil, tak lama kemudian pintu mansion terbuka dan keluarlah gadis pujaannya yaitu Vindy Marcella Daffani. Alland terpesona dengan penampilan gadisnya malam ini, Vindy memakai setelan kemeja berwarna biru cerah, jam tangan, cincin pertunangan yang melingkar manis di jarinya, dan syal biru. Kedua tangan kekar Alland mengusap lembut rambut gadisnya, Vindy menikmati hal itu dan sekarang tangan kekar itu beralih menyentuh pipi hingga leher. Tak lama kemudian sebuah kecupan manis mendarat di leher gadisnya. Allard dan Carlina yang menyaksikan hal itu, mereka tersenyum hangat."Kamu sangat merindukan gadismu ya nak?" tanya Allard dengan senyuman tipisnya."Tentu saja. Tiga hari tidak bertemu dengannya aku benar-benar gelisah," balas Alland dengan nada lembut."Satu minggu setelah pernikahan Alvia
Beberapa hari pun berlalu dengan cepat, saat ini keluarga besar Edric merasakan kebahagiaan besar atas pernikahan Alvian dan Alisya. Kedua nya mengenakan gaun mewah, dilengkapi pernak-pernik yang sangat megah. Alvian mengenakan jas formal berwarna biru sedangkan Alisya mengenakan gaun panjang berwarna biru. Alvian sangat bahagia, berbeda halnya dengan Alisya yang tampak sedikit muram. Saat Alisya sedang asik melamun, tiba-tiba saja datang seorang wanita paruh baya. Siapa lagi kalau bukan Carlina Sofea Edric, wanita yang sangat awet muda karena cinta dari suaminya. Alisya merasa nyaman dengan pelukan hangat pada tubuhnya, dia seperti memiliki kekuatan besar untuk menghadapi hari-hari pernikahan dirinya selanjutnya."Kamu sangat cantik sekali hari ini nak," ujar Carlina."Mommy bisa saja. Mommy lebih cantik dari aku," ujar Alisya."Kamu bisa saja nak. Aku sudah tua," ujar Carlina ramah.Tak lama kemudian Allard mendatangi kedua wanita dihadapannya."Selamat atas pernikahan kalian. Daddy
Tak terasa dua Minggu pun berlalu, saat ini Alland dan Vindy telah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah. Keduanya mengenakan pakaian formal, Alland dengan setelan jas formal berwarna putih dan Vindy memakai gaun pengantin panjang yang warnanya sama seperti pakaian sang suami. Allard beserta keluarganya sangat bahagia, sementara di pihak Vindy, hanya sang kakak saja beserta neneknya yang hadir. Arfan Daffano, dialah kakak satu-satunya yang dimiliki oleh Vindy. Arfan Daffano mendekati sang adik, Alland memberikan isyarat kepada Arfan agar dia berbicara dengan adiknya. Alland tahu hari ini Vindy dengan kakaknya akan berpisah, Arfan akan pergi ke Rusia untuk menemui kliennya. "Vindy. Hari ini kakak sangat bahagia kamu menikah dengan pria yang tepat, dia sangat mencintai kamu sayang," ujar Arfan. Arfan menatap Alland, Alland mengangguk dan tersenyum. "Dia pria yang sangat baik, sekarang Alland adalah suamimu. Vindy, berjanjilah padaku, kamu akan selalu hormat dan patuh padanya. Ak
Mereka melewati malam pernikahan dengan tertidur nyenyak, keduanya terlihat sangat lelah karena ramainya para tamu undangan yang berdatangan. Malam pertama mereka sepertinya harus tertunda dahulu, karena keduanya sama-sama lelah dan merasa sangat mengantuk. Tak terasa hari sudah pagi, pagi ini Nyonya Carlina dan Alisya sedang asik memasak untuk sarapan bersama. Keduanya tampak sangat kompak dalam hal memasak, hingga tak lama kemudian Alvian dan Allard datang. Allard langsung duduk di meja makan, lalu fokus dengan ponselnya karena dia harus mengerjakan banyak sekali pekerjaan kantor. Melihat sang suami sedang sibuk, Carlina mendekati Allard dengan membawa secangkir teh hangat manis lalu memberikannya dengan lembut. "Pagi sayang. Kau harum sekali," puji Carlina. Allard tersenyum tipis, lalu mengecup bibir Carlina dengan penuh cinta. "Aku memang harum sayang, istriku juga sangat wangi. Diriku jadi ingin menerkam dirimu!" Carlina tersenyum hangat dan berjalan mendekati Alvian, Alvian se
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, berbulan-bulan telah dilewati oleh Alland dan Vindy. Mereka merasa sangat bahagia, dalam kedamaian dan ketenangan kehidupan mereka. Malam ini tampak sangat cerah, karena diterangi oleh sinar bulan purnama. Alland dan Vindy sedang menikmati suasana malam, yang terlihat sangat romantis. Keduanya menikmati susu jahe dan kue jahe, Alland mengusap lembut kedua tangan lalu menciumnya.Tatapan mata keduanya terlihat saling mengikat satu sama lain, debaran jantung mereka berdetak seirama. Tatapan Alland beralih pada perut Vindy yang semakin besar, tidak akan lama lagi anak kembarnya akan segera terlahir ke dunia ini dan membuat suasana semakin ramai dengan tangisan bayi."Sayang. Pada akhirnya semua berjalan dengan baik, tidak ada lagi penghalang atau musuh yang akan menganggu hubungan kita. Terimakasih telah mendampingi diriku dan selalu bersabar dengan sikap dan sifat yang ku miliki," ujar Alland."Sayang. Pada dasarnya aku pun memiliki banyak kekur
"Mereka sudah masuk dalam jebakan kita, Alland. Kakak Alvian kau sudah siap menyambut mereka bukan?" tanya Jack."Tenang saja Jack. Aku sudah siap dengan senjataku dan menyambut mereka," balas Alvian.Alland melihat musuh sudah masuk ke dalam Mansion, mereka tampak tertawa terbahak-bahak."Lihatlah teman-teman. Keluarga Edric sangat bodoh sekali, mereka bahkan tidak menjaga Mansion nya dengan pengawalan. Kesempatan bagi kita untuk mencabut nyawa mereka!"Alland tersenyum menyeringai dan menatap musuh dengan tatapan tajam."Mereka sombong sekali!" tegas Alland."Kesombongan adalah awal dari kehancuran, Alland. Mereka akan hancur dengan sifat mereka!" tegas Jack."Aku akan bergerak mendekat tanpa disadari oleh mereka!" tegas Alvian."Hati-hati Kakak Alvian. Tetaplah waspada!" tegas Jack dan Alland."Aku akan baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir!" tegas Alvian.Alvian pun bergerak perlahan mendekati musuh, pria berambut pirang itu menodong pistol pada pria tua berkepala botak."Kakek t
Pesta untuk merayakan kehadiran pewaris keluarga Edric, berlangsung dengan sangat meriah. Alland mengundang teman-teman dan klien bisnisnya, Allard pun mengundang seluruh anggota mafia yang bersahabat dengannya. Jack Archer mendekati Alland, lalu membisikkan sesuatu hal penting. Alland hanya mengangguk saja, mempertajam pandangan dan pendengaran. Alland menatap anak buahnya, tatapan itu dimengerti oleh para penjaga nya, mereka langsung menyebar ke seluruh Mansion.Para tamu mulai mendatangi Vindy, bersalaman dan memberikan ucapan selamat. Vindy merasa sangat bahagia, dia telah memberikan yang terbaik untuk keluarga besarnya. Alland tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah istrinya, mereka akan segera menjadi orang beberapa bulan lagi dan hal itu semakin membuatnya menjadi pria yang sangat ketat.Malam ini Alland mengenakan jas formal berwarna biru, yang senada dengan gaun pesta milik istrinya."Kamu sangat cantik hari ini sayang," bisik Alland."Kamu juga terlihat lebih
Alland Edbert Edric dan Jack Archer kini saling berhadapan, dua mafia terkenal di Kota New York Amerika Serikat itu saling berjabat tangan karena hari ini adalah pertemuan pertama mereka, setelah sekian lama tidak bertemu. Kedua nya di dampingi oleh pasangan masing-masing, berbeda dengan anggota mereka yang hanya datang sendirian tanpa ada yang menemani.Vindy tersenyum melihat gadis yang lebih muda dihadapannya."Kita bertemu lagi, Alland. Sudah berapa lama kita tidak bertemu?" tanya Jack dengan nada tenang, akan tetapi sangat waspada."Sepertinya sudah dua belas tahun kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu sahabatku?" tanya Alland."Pelayan," ujar Jack.Tak lama kemudian pelayan pun datang, mereka menundukkan kepalanya sebagai tanda menghormati."Bawakan makanan serta minuman untuk sahabatku ini. Katakan pada para pengawal untuk selalu memperketat penjagaan!" tegas Jack."Baik, Tuan."Para pelayan pun pergi meninggalkan Jack Archer."Jack. Kenalkan dia adalah istriku tersayang, Vindy
Satu minggu pun berlalu, saat ini Alland dan Vindy telah sampai di Mansion keluarga Edric. Mereka berdua di sambut hangat, oleh kedua orang tua mereka. Carlina yang sangat antusias melihat kedatangan putra-putrinya, langsung memeluk keduanya.Carlina menatap perut Vindy yang mulai membesar, wanita paruh baya itu mengusapnya dengan penuh kasih sayang."Selamat datang cucuku," ujar Carlina.Vindy tersenyum dan mencium tangan Carlina dengan penuh kebahagiaan."Akhirnya kalian datang juga," ujar Allard.Allard memandangi kedua anak-anaknya, dengan penuh kelembutan dia sangat senang dengan kehamilan Vindy. Keluarga Edric akan segera memiliki cucu, Mansion ini akan sangat ramai."Daddy sangat senang mendengar kabar kehamilan mu nak. Kami akan punya cucu," ujar Allard."Terimakasih, Daddy. Aku sangat senang bisa memberikan hadiah terindah untuk keluarga ini," ujar Vindy."Daddy, Mommy. Kita bicara di dalam saja karena aku khawatir ada mata-mata musuh yang mendengarnya," ujar Alvian."Kamu be
Alland dan Vindy membungkuk hormat, menghormati wanita yang statusnya sebagai Grand Duchees di Negara Rusia."Selamat datang, Grand Duke dan Grand Duchees. Kami sangat senang melihat anda berdua datang kemari," ujar pemilik restoran tersebut.Erik dan istrinya hanya mengangguk, sebagai jawaban dari sambutan tersebut.Pemilik Restoran itu bahkan sudah menyiapkan tempat yang khusus, untuk tamu kehormatan mereka yang berasal dari keluarga bangsawan."Terimakasih atas ucapannya, Grand Duke dan Grand Duchees. Kami merasa sangat senang," ujar Alland dan Vindy.Alland dan Vindy saling memandang, sepertinya mereka harus berpamitan hari ini untuk kembali ke New York besok."Kami juga ingin berpamitan kepada anda berdua, karena besok akan kembali ke Amerika lagi," ujar Alland dan Vindy."Kenapa cepat sekali?" tanya Erik."Kedua orangtua kami sudah sangat rindu," balas Vindy cepat.Erik mengangguk dan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Vindy."Baiklah nak. Kami mengerti hal itu dan kapan-kap
Alland menghubungi keluarganya memberikan kabar baik tentang kehamilan istrinya. Kedua keluarga besarnya tampak sangat bahagia sekali, mendapat kabar dari putra dan putri mereka. Vindy sudah tidak lagi mengalami mual, dia hanya akan muntah di pagi hari saja dan Alland akan selalu siap siaga untuk hal itu. Dia rela tidak tidur dengan nyenyak, agar istrinya selalu mendapatkan perhatian besar darinya. Alland merasa hari-harinya akan sangat membahagiakan, apalagi dia akan menjadi orang tua saat anak-anaknya lahir ke dunia ini. Anak-anaknya nanti akan mewarisi kekayaannya, salah satu dari mereka akan menjadi pemimpin mafia menggantikan dirinya.Vindy menatap lembut wajah tampan suaminya, lalu mengecupnya dengan penuh cinta. "Kapan kita akan kembali ke New York?"Alland tersenyum hangat dan memeluk tubuh mungil itu. "Kita harus menunggu perintah dari Duke Arkady, dia yang berkuasa di Negara ini."Vindy mengangguk paham, dia sangat memahami di mana dirinya dan Alland saat ini."Sayang. Kamu
Beberapa dokter yang bertugas memeriksa keadaan Vindy, saling menatap satu sama lain. Alland menatap Arkady, yang ditatap hanya diam memperhatikan Vindy. Mereka tampak sedang berbincang-bincang, dalam bahasa Rusia yang Alland sendiri tidak tahu apa artinya. Salah satu dokter itu mendekat kepada Arkady, Alland menghela nafas panjang saat Arkady dan dokter itu berbicara dengan bahasa Negara mereka.Arkady mengangguk tanda dia mengerti dan paham apa yang di maksud, oleh dokter-dokter khusus tersebut. Salah satu dari dokter itu memutuskan untuk pergi, Arkady langsung mendekati Alland. Alland tampak tegang, menunggu apa yang akan dikatakan oleh sang Duke atau calon Grand Duke tersebut.Arkady menghela nafas panjang. "Mereka akan membawa salah satu dokter khusus lain, Vindy harus diperiksa oleh dokter kandungan."Alland yang tadi tegang, berubah menjadi lebih tenang."Bagaimana rasanya menjadi seorang suami?" tanya Arkady."Kamu kan sudah menikah. Mengapa masih bertanya lagi?" tanya Alland
Setelah dua bulan lamanya bulan madu di Rusia dan menyelesaikan perjalanan bisnis di Swedia, Alland bersama istrinya kembali ke New York, Amerika Serikat menggunakan pesawat pribadi milik Alland. Alland memandangi wajah istrinya, Vindy terlihat sangat nyaman dalam tidurnya. Perlahan namun pasti, tangan kekarnya membawa sang istri ke dalam pelukannya. Alland sudah merencanakan makan malam romantis di dalam pesawat, serta melakukan hal-hal yang menyenangkan lainnya. Alland menatap jam tangan mewah miliknya, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh pagi. Vindy belum makan dari semalam, karena percintaan panas mereka yang sangat mengasyikkan. Alland membangunkan istrinya, mereka akan sarapan bersama untuk mengisi tenaga.Alland mengusap lembut rambut istrinya, lalu berbisik dengan lembut. "Sayang bangun dulu ya. Kita sarapan dulu karena kamu belum makan dari semalam!"Alland tersenyum melihat istrinya yang mulai membuka matanya. "Selamat pagi cintaku."Vindy tersenyum dan me