Prolog
Nia-Roda kehidupan memang benar adanya, dan aku mengalaminya sekarang. Berada di titik paling bawah saat ini.Dan baru satu minggu kami tinggal disini, setelah tiga kali pindah tempat, dan sekaligus ini pertama kalinya aku tinggal kontrakan agak lebih besar di banding kemarin,Aku masih benci sama papa, karena kesalahannya menjadi kami seperti ini. Alasannya tak mau aku ungkap sekarang karena aku masih belum terbiasa seperti ini, walau sudah berjalan enam bulan lamanya.Tapi saat ini papa bekerja di teman lamanya sebagai driver juga selama enam bulan ini, terkadang mama juga ikut.“Sarapan san..,” ucap mama“Nanti ma, aku udah telat” aku bohong ke mama, karena di meja cuman ada satu piring, aku sengaja gak makan itu karena buat mama, pasti dia belum sarapan.“Kamu mau kemana?”“ada panggilan kerja, “ kataku dengan wajah datar karena aku mendapat lowongan kerja dari temannya papa juga. Gak ada salahnya aku coba.“Ya udah, jangan lupa makan yahh” aku senyum ke mama, karena itu jawaban terbaik saat ini. Dan langsung sarapan di luar, yaitu bubur ayam.Bubur ayam yang selalu ada di pinggiran gang. Aku suka makan bubur sekarang, selain murah itu bikin kenyang. Perutku mulai agak terbiasa makan makanan murah seperti ini.“Bang satuuu”“yah neng, habiss.. “ jawab abang buburnya,“ohhhh, “ aku harap di depan selama perjalanan ada makanan yang membuat kenyang seharga lima ribu.“Bang, buburnya lebih satu” ucap cowok di sebelahku,“Buat kamu aja, bayarin” lanjutnya, hal itu membuat aku menoleh, perawakannya tinggi, rambutnya panjang, kumis tipis dan kulit sawo matang atau tepatnya lengannya agak belang, tampilannya seperti kuli pada umumnya.“seriusan?” angguknya kasih plastiknya, dia langsung pergi gitu aja, dan aku langsung makan bubur dalam sekejap habis. Jujur aku menahan lapar sejak malam.Yang jelas hari ini aku gak akan hilangin kesempatan buat interview di salah satu perusahaan besar. Aku akuin ini karena bantuan papa juga. Katanya ini perusahaan temannya,Aku memang belum pernah interview, karena memang baru saja lulus dari universitas di Australia. Terdengarnya memang keren, tapi kenyataan tak seperti ini.***Salah duga, aku kira perjalanan akan lancar saat berangkat pagi. Macet ada dimana-mana, aku telat karena sekarang sudah jam delapan. Dan interview jam segitu juga.Dengan sedikit panic aku langsung Tanya tempat interview berada. Tapi tak hanya sampai situ, karena gedung ini sangat luas.Terdapaat empat gedung dengan sepuluh lantai setiap gedung, itu kurang lebih. Dan sekarang aku di lantai dua.Sesampainya ada empat orang itu pun sudah keluar dari ruangan, tapi tak ada panggilan dengan namaku, gak mungkin kalau salah hari, karena memang isi emailnya hari ini.“Bu maaf” kata aku saat ada perempuan keluar dari ruangan itu,“Iah?”“Saya ada panggilan interview, tapi nama saya tidak ada yah?”“nama?”“santi ” jawabku, dia langsung lihat berkas yang di bawahnya.“Tidak ada, adanya nama Nia putri” ucapnya langsung kasih tunjuk CV, itu benar CV yang aku kirim tapi namanya beda.“Tapi ini cv saya bu, ini sesuai KTP,” aku kasih tunjuk, tapi namaku berbubah menjadi Nia. Sejak kapan berubah,“Haaaa” lenguh panjang perempuan itu,“Bilang aja kalau kamu telat, sayangnya saya gak bisa interview kamu, karena posisi yang kosong sudah ada.” senyumnya melangkah pergi.“Bu , mba, please, Saya lulusan salah satu universitas di Australia, lihat aja CV nya” kataku gak mau kehilangan kesempatan ini, dan itu pun berhasil. Dia langsung cek kembali CV ku,“Yakin?” ucapnya saat aku mendekatinya.“Lulusan SMA, bilang lulusan luar negeri?” tunjuknya ke bagian riwayat pendidikan, dan kembali benar. Hanya lulusan SMA. Apa ini karena papa, dia yang mengubah semua indentitas aku.“kamu pikir, berbohong soal sekecil itu bisa dapat pekerjaan?” lanjutnya.“Tapi saya butuh perkejaan bu, berikan kesempatan sekali ini” kataku memaksa, tapi memang harus dapat hari ini. Karena aku buktiin aku bisa dapat kerja.“Ada, untuk sekarang, sebagai Office Girl, barusan aja ada resign, kalau mau hari ini saya terima kerja,” ucapnya sedikit jengkel.“Untuk gajinya?”“UMR, dua juta rupiah” aku terkejut gajinya, seperti uang jajan aku harian, tapi itu dulu. Sekarang sangat berbeda.“Saya mau, “ kataku pelan, karena kemungkinan dengan CV yang udah di ubah papa atau siapa itu, gak mungkin bisa setara ijazah kuliah aku.“Baik, ikut saya “ perempuan itu masuk kembali keruangannya,“Ini seragamnya, jam tujuh tepat harus ada di kantor.”“Iah baik, “ kataku langsung buka seragamnya yang kekecilan.“Maaf bu ayu, gak ada yang lebih besar?” kataku udah tau namanya karena di mejanya ada tag name dia.“Itu paling besar, kenapa?”“ini saya pasti agak sesak” tunjuk aku kearah buah dada aku sendiri, tapi memang benar kalau pakai ini seragam pasti terlalu ketat dan menonjol.“Jahit sendiri, kalau mau sesuai ukuran kamu” ucapnya sambal senyum sinis, aku cuman bisa menghela nafas. Aku sadar aku sekarang bukan apa-apa.Aku langsung keluar membawa seragam yang udah di masukan ke kantong plastic hitam, karena aku malu kalau orang melihat aku bawa seragam ini.***Selama perjalanan pulang aku terus berpikir, apa yang aku lakuin salah ambil keputusan. Di lain sisi aku sangat butuh perkejaan.Rasanya malas pulang ke rumah, sesekali aku lihat gedung ini. Rasanya berbeda jauh dari namanya dengan gaji yang aku akan terima.Aku memilih jalan terlebih dahulu, karena ongkos cuman cukup naik angkutan umum ke arah rumah, mau gak mau harus aku lakuin.Arah pulang memang melewati pasar tradisional, pergi pun lewatin tapi berbeda gang saja. Dari jauh pun sudah tercium bau yang tak sedap,Aku terpaksa lewat sini karena angkutan yang aku naikin mau putar balik, aku hanya bayar setengah harga untuk itu, jadinya aku mau aja di turunin disini.Jalan perlahan melewati samping pasar, becek dan bau. Air genangan yang menghitam, di tambah banyak abang-abang yang bolak balik membawa barang.“ahh” jerit aku saat aku melangkah ke tempat yang basah, jeritan aku membuat orang sekitar melihatku aneh, terpaksa aku jalan dengan sepatu aku yang agak basah. Melangkah secepat mungkin.Lebih cepat dari lewat gang sebelumnya, tapi bau nya aku gak tahan. Di halaman rumah ada sebuah mobil sedan mercy, gak mungkin itu punya papa.“Aku pulang” kataku langsung buka sepatu yang agak basah.“Bagaimana hasilnya?” Tanya mama yang bersama papa di ruangan tamu, melihat papa rasanya kesal.“Udah keterima, “ jawabku agak ketus karena melihat papa dan aku melangkah masuk kamar.Tak lama suara ketukan pelan di ikuti suara papa panggil namaku, aku gak jawab. “san” ucap papa lagi.“aku capek mau tidur!” aku langsung rebahin ke Kasur yang lumayan empuk, aku masih kesal pasti ini kerjaan papa mengubah semua identitas aku.Suara pintu terbuka, aku langsung menutup wajahku dengan bantal, seolah aku benar-benar tertidur. “san,” ternyata suara mama, tapi aku terus pura-pura tidur.“Kamu bohong soal udah terima kerja?” Tanya papa,“gak kok,” jawabku dengan wajah tertutup bantal.“Kamu harus tau papa lakuin ini demi mama, kamu dan albert. Papa sengaja membuat indentitas baru buat kamu dan albert, maaf untuk itu” suara papa.“Papa gak mau, mama, kamu dan albert ke seret masalah yang papa kamu hadapi” lanjut mama buat aku mau nangis. Nangis kesal karena kenapa harus seperti ini, tapi aku bisa tahan.“Aku udah kerja kok, besok udah masuk kerja” potong aku yang masih tutupin wajah dengan bantal sampai suasana hati aku membaik.Setelah mama keluar kamar, aku langsung buka seragam tadi, seragam berwarna biru dengan logo perusahaan yang papa kasih tau. Andai tidak macet mungkin aku tak terpaksa mengambil perkejaan seperti ini.Aku langsung pakai, dugaan aku benar. Terlalu ketat sampai buah dadaku sangat menonjol. Tapi mau bagaimana lagi, dari cetakan sananya aku seperti ini.Walau aku tak tinggi dan berisi, tapi isinya bukan lemak. Memang tubuh aku sekal seperti ini, karena keturunan dari mama juga mempunyai tubuh sekal seperti itu.Aku langsung lepas lagi dan sembunyiin di bawah tempat tidur, ini tempat aman kalau mama beresin kamar aku.Dari luar pembicaraan mama sama papa, soal papa akan pulangnya gak tentu karena rumah teman papa memang jauh dari sini, tepatnya beda kota.Besok paginya, aku bangun lebih awal. Aku langsung masukin seragam ke tas yang agak lebih besar. Mama gak curiga hal itu, karena aku pakai tas adikku sendiri.Gak lupa aku beli bubur ayam disana, tapi kali ini aku gak kehabisan, dalam waktu kurang lima menit bubur sudah habis.“cowok itu kan” gumamku melihat cowok yang memberikan bubur lagi, tapi gak sempat untuk berterima kasih karena mengejar waktu.Kalau tak macet seperti rasanya bahagia, sudah di kantor tepat waktu. Aku langsung ke arah ruangan khusus OB,Tempatnya belakang kantor, tempatnya tak terlalu luas. Dan di bagi dua ruangan cewek, cowok. Banyak yang melihat“Anak baru?” suara cewek pas aku masuk untuk ganti pakaian.“iah”“Wah.. liat penampilannya, kayak orang kantoran hahaa” tawa salah satu dari mereka lagi. Tapi kali ini yang datang. Wajahnya seperti udah lama disini, karena kebanyakan memang tak pakai make up seperti aku.“Masuk aja, ganti pakaian” kata salah satu, tapi bedanya dia lebih lembut, aku langsung masuk ke kamar ganti.Selesai, cewek itu ada di depanku, “anak baru?” tanyanya pelan, aku angguk pelan.“Sherly, kamu?”“santy, panggil aja sansan, maksudnya nia hehe” kataku jabat tangannya,“Heeee! anak baru, gedung empat sana!!,” pekik salah satu lagi, atau tepatnya orang yang sama meledek aku tadi.“Dia siapa?” tanyaku ikutin sherly ke gedung yang sama denganku.“Dia itu ajeng, kepala OB disini, dia gak suka karena ada yang saingin dia kalau soal make up” kata shrely.“hehe, maaf” kataku senyum.“Lebih baik gak usah make up, percuma bakalan hilang kena keringat nanti” lanjutnya sesekali menoleh ke belakang, ajeng juga di gedung ini.***Ucapan Sherly benar, aku harus tampil seperti biasa. Tapi bukan aku tak mau, rasanya beda kalau tak make up. Tepatnya tak percaya diriAku berangkat dengan pakaian biasa, pekerjaan kemarin lumayan untuk aku lakukan. Karena hampir sama seperti pekerjaan di pembantu di rumah.Ada satu yang aneh di kantor gedung empat ini, semua yang bersih-bersih harus cewek semua, tak ada cowok pun di gedung ini. Termasuk ajeng.Selain itu itu, aku harus terbiasa orang lihatin ke arah dada saat mereka melihat ke arahku, kalau sudah gajian aku buat pakaian yang agak besar.“Anak baru, bersihin lantai delapan sana!” ucap ajeng, saat aku baru saja selesai membersihkan lantai tiga.“Tapi saya baru selesai” kataku,“Gak ada orang lagi, kaki gue lagi sakit” ucapnya“iah,” aku langsung turutin permintaannya, karena aku gak mau buat masalah. Dengan perlengkapan lengkap aku langsung naik ke lantai delapan.Ruangannya berbeda dengan lainnya, hanya ada satu ruangan di tengah-tengah. Dengan bagian kaca sebagai dindingnya.Aku gak bisa lihat karena sepertinya ini kaca tak tembus pandang, dan yang jelas disini sepi sekaligus dingin.Dari pinggiran ruangan aku langsung bersihin, karena sudah waktu makan siang. Kini tinggal sekitar ruangan itu.Pintunya tak tertutup rapat, aku mencoba menutupnya. Tetapi aku tak sengaja melihat seseorang berdiri jendela sambil memainkan penisnya ke arah luar.“pletakk” ujung sapu terbentur pinggiran pintu, aku langsung segera turun ke bawah. Aku gak tau dia siapa, yang jelas aku panik sekarang.“Nia, heeii kenapa?” terpukan pundak sherly saat aku duduk terdiam di depan ruangan ganti. Aku gak mungkin bilang ke sherly soal tadi, karena aku masih takut kalau ini akan menjadi masalah.“Ruangan paling atas ruangan siapa yah?” Tanyaku.“Lantai delapan?” anggukan aku pelan.“Boss kita, anak yang punya perusahaan ini, kenapa?”“Kamu gak suruh bersihin lantai atas kan?” pertanyaan sherly buat aku terdiam.“Ajeng suruh aku bersihin lantai itu heheehe, ternyata masih ada orangnya” kataku pelan, sherly langsung melotot saat aku bilang seperti itu. Seolah ini masalah akan besar.“Serius?, Boss harsa paling gak suka kalau di ruangannya ada orang kecuali memang suruh bersih-bersih!” dan aku tahu ajeng sengaja membuat aku dalam masalah.“Terus gimana?” sherly cuman menggelengkan kepala, rasanya benar-benar ini masalah besar. Gak lucu kalau aku di pecat gara-gara tak sengaja melihat dirinya sedang seperti itu. apa lagi ini belum satu minggu aku masuk kerja,BersambungHarsa-Ada tikus yang tak tau aturan masuk dalam kantor, “Panggil Kepala HRD kesini!!” teriakku kesal saat menelpon bagian HRD, ada seseorang yang masuk keruanganku tanpa izin,“Itu pak, ibu ayu” ucap salah seorang bawahanku,“Kumpulin semua Office Boy di tempatnya, sekarang!!” pintaku sedikit geram, apa mungkin itu orang yang aku pecat kemarin, dia mau balas dendam karena itu. Office Boy yang mencoba menguntitku untuk mencari aib dari diriku.“Sudah semua pak,” kata Ibu Ayu, aku langsung menuju ke ruangan tempat para Office Boy berada,Mereka semua langsung berdiri saat aku datang, memang harus seperti itu seharusnya, mereka juga berjajar rapih seperti mau upacara.Aku tak masuk ke dalam karena sirkulasi udaranya tak bagus untuk di hirup, dan membiarkan ibu Ayu yang mengurusnya, aku ingin melihat orangnya pasti ada salah satu dari mereka.“Siapa yang tadi bertugas membersihkan gedung empat silahkan maju ke depan” ada sepuluh orang yang maju ke depan.Aku langsung melirik ke salah satu
NiaSampai rumah juga, untung ada tukang ojek. Jadinya gak terlalu malam, pasti mama udah tungguin.“Aku pulang” ucapku“Ma… aku bawa makanan” kataku, pas mama lagi buka kulkas.“Apa itu?”“Nasi goreng, sama sate, aku dapat tips karena kerjaan aku” kataku setengah berbohong, karena uang aku terima berasal dari boss aku.Dia bilang itu uang ganti rugi, dan nilainya cukup besar. Hampir dua juta rupih, karena lima ratus ribunya di potong sama bu ayu.“albert pulang hari ini ma?” Tanya gue selesai makan malam, tapi belum mandi.“Iah, dia lagi di jalan, dia lagi libur semester” aku angguk pelan aja, karena albert lebih mandiri dari aku, jadi gak kwahtir dia kesasar pulang kesini.Hawanya memang beda dari rumah, hawa panas masih menyengat kalau udah malam hari. Karena gak ada AC sekarang, cuman kipas angin.Dan papa pulang satu minggu satu kali, bahkan lebih.Selesai mandi aku langsung ke kamar, kamar aku tak terlalu luas cukup taruh lemari, meja kecil, dan satu tempat tidur susun. Albert ti
Harsa-Benar kata budi, kalau begini terus dorongan seksual aku semakin gak kendali. Dan bodohnya taruh hasil check up di meja. cewek itu kembali melihat apa yang gak harusnya dia lihat. ini cukup buat aku tertekan.“Sorry gue telat harsa.. macet banget di jalan” suara budi masuk ke kantorku, memang aku sengaja panggil dia kesini.“oke no problem” jawabku yang mondar mandir di ruangan. memikirkan kalau ada mata-mata dari perusahaan lain, sepertinya aku memikirkan berlebihan karena mata-mata perusahaan biasanya ada di film film sana.“Gak bisa besok? Apa, udah sore pula” budi langsung kasih amplop coklat, dan pasti isinya hasil yang kemarin.“Gue mau kasih tau hal penting, bud..” kataku..“Itu cewek lihat berkas gue checkup ke psikiater” lanjutku, budi langsung noleh dengan wajah yang terkejut.“Maksud lo Office Girl itu?” aku cuman angguk pelan.“gila, kenapa gak lo langsung pecat?, kalau dia kasih tau tentang lo, bisa jadi scandal besar di perusahaan lo sendiri harsa!”“Gue tau bud…
Nia-Antara senang, takut, kaget, semua menjadi satu. Tepatnya aku bingung kenapa aku mau menerimanya, apa mungkin karena gajinya akan terus bertambah.“Aku pulanggg”“Kamu bawa apa lagi?, mama masak hari ini, papa kamu pulang tadi siang, kasih uang buat makan kita satu bulan ke depan” ucap mama,“Aku udah kerja kok ma, jadi papa juga gak perlu bolak balik kesini” kataku“San,, kamu jangan gitu terus dong”“Aku nia disini ma, bukan santi” kataku sedikit emosi, rasanya aku gak mau cerita kerjaan aku. Dan aku putusin ceritanya nanti kalau suasana lebih tenang,Aku gak akan cerita tentang perjanjian itu, aku cerita soal jadi seketaris aja gak lebih dari itu.Selesai mandi, di meja makan masih ada masakan mama, aku gak tega juga rasanya kalau gak makan buatan mama,Sepertinya cuman aku yang belum makan, albert juga belum pulang, aku pilih masakan mama yaitu capcay,Makanan yang paling aku suka dari kecil sampai sekarang, aku langsung habisin tanpa sisa. Nasi uduk yang aku beli, aku pisah
HarsaHari ini aku sengaja langsung bertemu papa budi, sekaligus di temanin budi juga, ada hal lain selain check up yaitu mau lebih tau lebih dalam tentang nia dari test kepribadian yang di lakukannya kemarin.,“ini hasil tentang partner kamu” ucap papa budi kasih lembaran berkas.“dan ada kabari baik untuk kondisi kamu,”“saya nyatakan gak perlu obat penurun hormon,.”“serius om??” angguk senyum, kabar baik yang aku tunggu-tunggu.“jadinya harus perlu treathment lagi?”“Kalau di bilang butuh, masih butuh, kalau di bilang gak perlu yang bisa juga”“kalau tidak mau threatment lagi, harus banyakin kegiatan di luar kantor, jalan-jalan, atau sejeninsnya. yang penting ”“oh ia, ada penyebab libido kamu selain genetic, yaitu tekanan psikis kamu, mungkin jabatan yang kamu emban sekarang membuat kamu tertekan” ucapan papanya budi benar-benar tepat adanya.“jadi selama kamu bisa lepasin beban itu, dan s
Harsa-Beberapa Hari ini yang membuat pikiran aku campur aduk, Antara takut, bingung karena apa yang aku ambil sekarang keputusan bena atau tidak menjadikan nia partner.Tak ada yang tau masalahku, kalau aku kasih tau masalah yang aku hadapi sekarang bisa-bisa mereka akan berpikir macam-macam,“lo bengong pikiran apa?” tanya budi.“Campur aduk,”“Pasti horny lo ya liat buah dadanya si nia pas kemarin di kantor bokap gue?” aku langsung noleh, tapi ucapannya betul, itu terlintas di pikirannku saat ini.“ia” jawab gue karena memang kepikiran buah dadanya yang terlabut tangktop putih saat putih, apa lagi gak sengaja aku memegangnya saat itu,.“gue penasaran ukuran berapa ya itu buahdada nya, gue rasa 36D, tangktopnya aja kayak gak muat” gue setuju sama budi,Tapi daya tarik nia bukan dari situ saja tapi pinggulnya juga, walau lebih berisi dari wanita lain, tapi dia masih bisa di bilang langsing. Karena pinggangnya t
NiaRasanya masih ada yang menganjal di tenggorkanku, Pertama kalinya aku menelan sperma.“san kamu kenapa,? tanya mama pas aku habisin satu jus jambu karena untuk membuang rasa yang aneh di tenggorokanku.“hehe iah mah, panas dalam“ kataku tutup kulkas.“gimana hari ini?”“lancar ko mah, tapi aku belum terbiasa aja kali yah,”“tapi mama jangan kwahtirin aku yah, aku udah kerja dan semoga aku betah dengan pekerjaan aku sekarang” lanjutku.“iah, makan dulu, mama tadi belanja ke pasar buat irit jangan beli makanan terus” aku cuman senyum aja,‘kamu beli apa lagi?’“pecel ayam, hehe katanya enak’‘beli empat?’‘iah, buat mama albert aku,’ kataku‘papa?’‘kan gak pulang, jadinya aku makan dua’ awal sih ia, tapi seperti keadaan belum bisa memperbaiki hubungan aku sama papa saat ini.Aku langsung menuju kamar buat mandi, albert sedang di kamar juga karena baru sele
Harsa-Semalaman aku benar-benar tak bisa tidur, bukan karena libido aku naik lagi tetapi, pertama kalinya aku merasakan sakit perut seperti ini. Hampir 2 jam sekali buang air besar. Rasanya badanku terasa lemas hari ini,Dan sianganya aku langsung info ke nia kalau aku tak kantor, membatalkan meeting termasuk janji sama client dan dia boleh masuk apa tidak. Aku memilih menunggu budi di sini sambil membawa obat sakit perut.Aku harap nia bisa membantu karena kembali mengundur jadwalnya,Hampir satu jam, budi akhirnya datang, aku hanya tergeletak lemas sambil pegang perut.“gue periksa dulu har…” aku cuman meringis pasrah.“keracunan makanan lo ini, makan dimana?”“makan makanan sushi gitu’ jawabku.“bisa jadi itu penyebabnya, dan lo minum ini, jangan minum obat treatment dulu selama sakit perut lo sembuh.”“kalau belum membaik, gue panggil ambulans dan harus di rawat inap”“seserius itu kah?”
Pagi pagi sekali aku dibangunkan oleh bik Sri. Mataku perlahan mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ku lihat bikbsri yang tersenyum di hadapanku dengan wajah berbinar."Bangun den, udah pagi." Katanya lagi.Ku lihat sebentar penampilan bik Sri yang masih seperti malam tadi. Tanpa busana dan masih sedikit bekas seperma dari beberapa pria yang menjamah dirinya malam tadi.Melihat itu tentu saja nafsuku langsung bangkit, hingga aku lupa jika pagi itu aku juga sama seperti mereka, telanjang tanpa busana yang membuat penisku jelas terlihat menegang.Bik Sri yang menyadari hal itu langsung tersenyum manis. "Masih bisa bangun toh den. Kirain udah loyo setelah di kuras habis isinya tadi malam." Ujar bik Sri.Aku tak bisa menjawab, selain karena baru bangun tidur, aku juga masih belum bisa mengontrol diriku sendiri.Melihat aku diam saja, tangan bik Sri dengan jahil merambat ke arah penisku. Di usap pelan kepala penisku yang su
Setelah giliran ku selesaikan, kini tiga orang pria naik ke atas panggung, tidak seperti aku yang langsung mendapat pelayanan dari tiga wanita itu sekaligus, mereka hanya bisa mendapat satu wanita yang bisa mereka gilir bergantian, yah bisa dibilang mereka mendapat 3 wanita itu juga, tapi secara bergantian, tidak secara langsung seperti aku tadi.Dan dari posisi aku duduk inilah aku bisa melihat semua hal yang ada di sana.Mulai dari pak Supri yang tengah asik menggenjot seorang wanita paruh baya. Lalu Joni yang menggenjot wanita tanggung, dan juga bapak Dinda yang jugaemberikan pelayan pada wanita paruh baya lainnya.Abaikan mereka, karena jujur saja aku melihat mereka bertiga ada rasa iri di dalam hati, terlebih melihat penis mereka yang ukurannya bisa dibilang besar, yah walau milikku lebih besar dari pada milik mereka, tapi tetap saja melihat seorang pria bermain rasanya agak aneh. Terlebih tidak ada yang menarik dari pasangan tiga orang itu. Wanita ya
Sabtu pagi tepat pukul 7 aku dan kedua temanku sudah berkumpul di meja makan dan tengah menikmati sarapan, hanya aku dan rudi. Karena Adi masih sibuk dengan laptop.Pagi itu kami dibuatkan sarapan oleh Jumirah. Karena bik Sri tidak bisa hadir lantaran malam nanti Joni akan lamaran dengan gadis desa sebelah. Dan sepetinya akan ada pesta nanti malam. Jika infomasi dari Jumirah benar, maka akan ada acara suku yang dinamakan lelang, bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk membantu pihak mempelai.Jujur aku baru mendengar acara seperti itu di tempat ini, ya maklum aku belum lama tinggal di tempat ini jadi belum terlalu paham dengan banyaknya adat di ini."Jadi sistem acara nanti malam itu gimana Jum?" Tanya Rudi yang tengah asik menyantap ikan gabus goreng.Jumirah yang masih sibuk mengulum penisku mendongak dan menjawab. "Sistemnya ya gitu pak. Nanti pihak mempelai bakal kasih sajian yang bakal di lelang. Dan undangan khusus akan menawar harga untuk m
Cukup lama nur memainkan kedua penis itu dengan tangan dan juga mulutnya, jilatan serta hisapan dia kerahkan untuk memberikan kenikmatan bagi dia batang yang sebentar lagi akan mengobok-obok lubang peranakannya itu.Dan benar saja, Rudi yang saat itu tengah mendapat kocokan dari tangan lembut nur langsung menjauh. Rudi yang mulai bosan dan sudah tidak sabar untuk mengobok-obok vagina nur langsung menarik diri dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh nur. Segera dia tarik tubuh nur dan dia tuntun agar naik ke atas tubuhnya.Kini Rudi telentang sedangkan nur masih sibuk mengulum penis joko.Rudi dengan santainya menggerakkan penisnya, mencari-cari lubang vagina nur. Namun dengan ukuran penis yang besar membuat dia sedikit kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam sana.Merasa Rudi kesulitan, nur mencoba membimbing penis Rudi dengan tangannya. Hingga saat dirasa pas pada posisi nur mulai menurunkan tubuhnya.Tepat saat itu. Mata nur langs
Siang hari dipertengahan perkebunan sawit itu terlihat ada beberapa orang yang tengah berkumpul dan beradu peluh satu sama lain. Mereka terlihat asik menikmati suasana dan alur dari permainan yang diciptakan oleh Adit.Adit yang baru saja mencapai puncak orgasmenya kini tengah terlentang bersamaan dengan Pariyem yang tergeletak di atas dadanya. Tubuh mereka menempel bagaiman cicak. Peluh membasahi tubuh keduanya. kelamin keduanya masih menyatu satu sama lain, menyusahkan lendir putih yang keluar dari kemaluan Pariyem. Dia baru saja selesai untuk satu wanita.Di sisi lain pak Supri tengah asik mendoggy seorang ibu dengan tubuh paling gempal bernama Suryati, atau kerap di sapa Yati. Di hadapan Yati satu batang penis tengah asik keluar masuk di dalam mulutnya."Shhhh ohhh yatii sepongan mu memang luar biasa!" Lenguh pria itu saat penisnya dengan asik di hisap oleh Yati. Namanya Badarudin atau sering di sapa Udin. Matanya merem melek menikmati sepongan Yati. T
Hingga menampakkan paha montok yang terlihat kenyal dan bergelambir itu.Aku mengintip dari belakang pundaknya. Menantikan apa yang akan lakukan selanjutnya. Dan siapa sangka, sifat binal Pariyem sungguh diluar prediksi ku. Dengan sengaja dia mengarahkan batang penisku dan dia gesekkan pelan di belahan vaginanya, perlahan tapi pasti aku merasakan kepala penisku menembus daging sempit itu, daging yang seolah memijat kepala penisku dengan ramah dan lembut.Tak sampai 10 detik penisku luruh sepenuhnya. Pariyem sengaja mendiamkan penisku untuk beberapa saat. Lalu di menoleh ke arahku dan berbisik. "Kontol pak Adit besar banget! Memek aku penuhhh!" Lenguhnya sembari tersenyum puas.Mendapatkan pujian seperti itu membuatku seakan terbang, aku segera mengecup lehernya meremas kedua payudaranya sembari sesekali ku pelintir putingnya."Shhhh.... Ennakkkkk pakk...."Dalam posisi duduk ini. Pariyem mulai memaju mundurkan pinggulnya. Maju mundur yang
Setelah kembali dari kota, aku segera kembali ke rumah sedangkan Bu Isti yang kelelahan karena sepanjang jalan melayani kami berdua secara bergantian langsung diantar oleh pak Supri ke rumahnya.Sedangkan aku langsung disambut oleh bik Sri yang saat itu hanya mengenakan apron tipis tanpa selembar kain lagi di baliknya, aku tersenyum lantas mendekatinya dan segera ku peluk tubuhnya. Ku tarik tubuh itu agar lebih merapat ke tubuhku dan segera ku kecup bibirnya."Kangen bibik!" Kataku lembut.!Halah! Padahal di sana asik-asik sama Bu Isti, sok-sokan kangen sama bibik!" Ujar bibik sembari menyubit pinggang ku."Hehe ya gimana ya bik, punya Bu isti nggak sebesar punya bibik. Jadi nggak enak!""Jadi punya bibik masih yang paling enak dong!""Iya jelas dong, punya bibi tuh paling juara!" Jawabku lagi sembari meremas gundukan payudara besar itu.Bi Sri langsung terkekeh kecil seraya mendesah tatkala remasan ku semakin brutal.
Di tengah cahaya remang dan juga suara bising dari film yang di putar, Bu Isti tengah asik menggoyangkan pinggulnya dengan posisi sedikit membungkuk. Dia berusaha memberikan kenikmatan yang aku cari sedari tadi, otot vaginanya mencengkram penisku sesekali. Lalu pantatnya bergoyang dengan indah bak di dalam film porno yang dulu sering aku tonton. Goyangan indah yang membuat gairahku semakin membumbung tinggi. Membuat kebahagiaan dalam diri seolah membuncah. Aku tidak pernah berpikir akan melakukan hubungan intim di tengah keramaian seperti ini. Apalagi di dalam bioskop yang katanya kursi paling pojok adalah tempat orang sering berbuat mesum. Yah... Karena itulah aku memilih tempat paling pojok agar mengikuti tradisi yang ada. Aku melirik ke kiri di mana seorang bapak duduk sembari kepalanya fokus ke arah layar. Tapi aku yakin sesekali dia melirik ke arah kami. Apalagi dengan posisi yang begitu dekat itu dia pasti sadar dan mendengar apa yang kami lakukan
"pak! Apa ini nggak terlalu ketat, saya malu kalo harus pake pakaian ini untuk pergi!" Ujar Bu Isti yang tengah protes karena aku menyuruhnya memakai legging panjang yang sangat ketat hingga pres bodi. Yang membuat pantat bulatnya itu terbentuk dengan sempurna, belum lagi bagian atas yang hanya mengenakan kaos lengan panjang yang begitu ketat dengan atasan hijab.Dia terlihat tidak nyaman dan berusaha menutupi bagian intim seperti selangkangan dan juga buah dadanya.Aku terkekeh pelan lalu berjalan menghampirinya. "Nggak papa Bu! Ibu cantik pake baju kayak gini.""Tapi ini terlalu ketat! Saya malu pak!""Kenapa harus malu Bu? Badan ibu bagus. Wajah ibu cantik. Pasti orang akan suka melihat kecantikan ibu, apalagi ibu sangat cantik ketika mengenakan pakaian ini."Dia memandangi wajahku lekat lalu berkata lirih. "Baju ini sama sekali nggak menutupi tubuhku pak, malah terlihat seperti telanjang!"Aku terkekeh pelan. "Nggak papa Bu.