Sudah dua hari Cantika tidak mau makan dan mogok bicara. Bahkan gadis kexil itu juga mengurung diri di kamar dan tidak mau berbicara dengan siapapun terutama papanya.Samudra baru saja pulang dari kantor dengan wajah kusut. Jas sudah tidak lagi terpakai dengan dasi longgar dan lengan kemeja terlipat sampai siku. Pria itu tampak sedikit kurang terurus semenjak pertemuannya dengan Kiara 2 hari yang lalu. Samudra yang biasanya tidak pernah menumbuhkan jenggotnya kini sudah tampak tumbuh janggut dan jambangnya. Pria itu tampak lebih dewasa tapi dua lingkaran hitam di kelopak mata menunjukkan kalau pria itu benar-benar lelah dan kurang tidur. Dengan langkah gontai Samudra berjalan menuju tangga untuk naik ke kamarnya. Namun tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya. "Kamu sudah pulang, Sam?"Samudra membalikkan badan lalu mengangguk sebagai jawaban. "Iya, Mah. Bagaimana kondisi Cantika apakah dia sudah mau makan?"Terdengar nafas panjang dari mulut Melinda. Wanita paruh baya yang m
Untuk pertama kalinya wanita paruh baya itu mengucap kata kasar pada putranya. Mungkin karena sudah sangat gemas dengan keluguan putra yangnia besarkan itu. Sebagai pebisnis sukses, Samudra sangat pandai membuat strategi dalam memenangkan tender dan memajukan perusahaan. Namun untuk urusan hati perempuan, ternyata nol besar. Selain tidak peka juga tidak pandai meluluhkan hatinya. "Sam, kamu mau membuat kita semua celaka?" teriak Melinda karena putranya mengerem mendadak. "Maaf, Ma. Sam kaget. Mama sih kenapa ngomong gitu sama aku?" Melinda tak menjawab. Ia kembali melihat cucunya yang terus mengigau memanggil mamanya. Badannya bahkan menggigil tapi suhu tubuh tinggi. "Sudah, ayo cepat. Cantik harus segera dapat penanganan dari dokter!"Tanpa kata, Samudra kembali melajukan mobilnya. Tak berselang lama, mereka sampai di rumah sakit. Cantika langsung dibawa ke UGD. "Sam, telpon Kiara! Minta dia datang ke sini!" perintah Melinda. Samudra bergeming. Pria itu terus menatap pintu UGD
"Kok kalian berdua bisa datang bersamaan?" Rasa penasaran membuat Melinda langsung bertanya alih-alih menanyakan kabar karena sudah lama tidak bertemu menantu kesayangannya. Samudra diam-diam menunggu jawaban dua insan yang sangat ia kenal bahkan ia cintai itu. Satu orang adalah istri yang membuat dunianya jungkir balik akhir-akhir ini. Sementara satunya lagi adalah sahabat yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Dalam hati pria itu bertanya-tanya kenapa mereka tampak seperti sudah kenal lama padahal dirinya belum pernah mengenalkan mereka berdua. Bahkan Vino belum pernah tahu wajah istrinya. Vino melirik Kiara yang memasang wajah datar karena terus ditatap suaminya. Pria.itu tersenyum pada Melinda lalu menjawab, "kebetulan ketemu di depan tadi. Jadi sekalian aja bareng karena tujuannya sama."Melinda masih menatap Vino dan Kiara bergantian. Dari cara Vino menatap Kiara seperti ada sesuatu yang berbeda. Wanita paruh baya itu paham betul arti tatapan itu. Bagaimanapun dia adala
Perlahan-lahan kondisi Cantika semakin membaik. Hemoglobin dalam darahnya pun juga sudah merangkak naik berkat donor darah dari orang-orang baik yang rela menyumbangkan darahnya untuk gadis kecil itu. Selama dua hari ini Kiara tidak pernah pergi dari sisi Cantika karena gadis kecil itu benar-benar tak mau ditinggal.Kini, Cantika tengah tertidur pulas. Perlahan Kiara melepas genggaman tangan Cantika lalu melangkah ke dalam kamar mandi. Sudah waktunya shalat duhur dan dia belum melaksanakannya. Selesai berwudhu, Kiara membuka pintu kamar mandi perlahan. Namun mendadak dia harus menghentikan gerakannya karena mendengar suara ribut-ribut di luar. Terpaksa Kiara mengurungkan niat untuk keluar dari kamar mandi. Kebetulan, waktu shalat duhur masih agak panjang. "Kalau kamu nggak bisa jaga Cantika, lebih baik saya saja yang mengasuhnya. Lagipula, mana tuh istri pilihanmu itu? Nggak ada kan? Di saat Cantika sakit dia malah tidak ada di sini!" Suara seorang wanita terdengar jelas sampai ke
Vino berjengkit mendengar deheman Samudra. Pria itu mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Wajahnya memerah karena ketahuan mengagumi wanita yang sudah menjadi istri sahabatnya. "Hei, Bro! Sudah lama di sini?" tanya Samudra dengan suara beratnya."Ba-baru saja. Kamu dari mana?" Vino berjalan menuju sofa sembari mengusap wajahnya. Sungguh saat ini ia berharap bisa menghilang dari muka bumi ini. Bagaimanapun Vino masih menghargai Samudra sebagai sahabat sekaligus saudara. Tidak mungkin dia mengatakan yang sejujurnya kalau Kiara adalah sosok yang menjadi alasan baginya kembali ke tanah air setelah menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dan mendapatkan posisi jabatan yang penting di sana. "Kamar mandi." Samudra ikut duduk di sebelah Vino. "Kamu kenapa, Bro? Kayak gugup gitu?" Samudra menepuk pundak Vino. Sebenernya dia tahu kalau Vino gelisah karena tertangkap basah tengah memerhatikan Kiara yang sedang menunaikan shalat. Namun dia mencoba untuk menahan diri agar tidak bertanya ten
"Mama, Mama dimana?" Seketika Kiara menghentikan pergerakannya. Wanita itu urung naik ke ranjang dan kembali mendekati Cantika. Pada saat yang sama Samudra juga mendekati putri semata wayangnya. "Mama ada di sini, Sayang. Cantik butuh apa, hem?" "Jangan pergi dari sisi Cantik. Mama duduklah di sini saja." Cantika menepuk ranjang sebelah dia terbaring. "Sayang, Mama juga butuh istirahat. Biarkan Mama tidur dulu sebentar, ya. Papa yang akan jagain Cantik di sini." Samudra membujuk putrinya agar memberi Kiara waktu untuk istirahat. Setelah diamati dengan saksama, wajah Kiara terlihat kuyu. Lingkar hitam di kelopak mata tampak begitu jelas. Bibirnya juga tampak pucat karena tidak memakai lipstik. Rasanya tak tega membiarkan istri tercinta kelelahan menjaga anaknya. "Nggak papa, Mas. Aku bisa tidur sambil duduk." Kiara membantah. "Cantik mau apa, Sayang? Mau makan sesuatu?" tawarnya kemudian. Cantika menatap Kiara dan Samudra bergantian. Pada dasarnya bocah itu sangat penurut dan me
"Mau sampai kapan kau teruskan kegilaanmu itu? Apa dengan hancurnya karirmu itu masih kurang sampai-sampai kau rela mempertaruhkan semuanya hanya demi obsesimu itu?" Ucapan menohok seorang pria membuat Melisa mencebik.Wanita itu duduk dengan santai di single sofa lalu mengambil sebatang rokok dan menghisapnya. Ya, sebenernya Melisa bukanlah wanita baik-baik seperti apa yang nampak di entertainment. Semua yang terlihat di layar kaca selama ini hanyalah gimmick-gimmick untuk menjual namanya agar karir semakin melejit. Namun bagi sebagian orang tahu bahwa dunia entertainment tidak sebersih itu. Melisa termasuk di dalamnya. "Semuanya sudah hancur, Kak. Akan sia-sia kalau aku berhenti di sini. Apapun yang terjadi tujuanku harus tercapai," ujarnya sembari menghembuskan asap dari mulut dan hidung. Sayang sekali kecantikan wajah wanita itu tidak disertai dengan kebaikan akhlak dan budi pekertinya. Mungkin karena sejak kecil dia hidup di keluarga yang broken dan tidak pernah dikenalkan pad
Seketika perdebatan itu berhenti karena kedatangan Samudra. Kiara hanya diam saja saat sang suami bertanya. Sedangkan dua orang yang baru saja menghinanya mendadak berubah lemah lembut di hadapan Samudra. "Sam, ini loh wanita kampungan ini nggak punya sopan santun sama orang tua! Kasihan kan Cantika mendapatkan ibu seperti dia," ujar mantan mertua Samudra dengan tangan menunjuk Kiara. "Yang anda sebut wanita kampungan itu istri saya, Nyonya. Dia adalah nyonya Samudra kalau anda lupa!" jawab Samudra dingin. Rupanya peringatan samudra kemarin tidak diindahkan olehnya. Samudra masih berusaha sabar karena dia adalah nenek dari putrinya. Wanita yang dulu pernah dia hormati juga sebagai mertua. Namun jika sikapnya tak bisa ditolerir, maka Samudra tak segan untuk bertindak. "Sam, tapi dia itu nggak cocok untukmi dan Cantik-""Cukup, Nyonya! Tolong jangan melampaui batasan. Dulu saya mengormati anda karena anda mertua saya. Sekarang kalau anda bersikap seperti ini, jangan salahkan kalau s
"Mas, coba lacak lewat GPS. Tadi pagi Cantik memakai jam tangan yang sudah dipasang GPS," usul Kiara. Samudra sendiri baru sadar jika dia telah menasang alat pelacak di jam tangan dan sepatu Cantika. Karena kalut dia sampai lupa hal sepenting ini. Seketika harapannya terbit. Dengan alat pelacak itu, dia bisa menemukan posisi sang buah hati saat ini. Lelaki itu segera menyalakan smartwatch yang dipakainya. Ia membuka aplikasi untuk melacak keberadaan putrinya. Kedua alis lelaki bergelar ayah itu tertaut ketika melihat titik ordinat keberadaan putrinya. "Aku ikut, Mas!" Kiara tak bisa berdiam diri menunggu kabar sementara putri kesayangannya dalam bahaya."Sayang, kamu tunggu di rumah. Misi penyelamatan ini cukup berbahaya, Sayang." Samudra berusaha membujuk sang istri yang tetap kekeh ingin ikut. Pria yang masih memakai jas lengkap itu menatap mata sendu wanita yang ia cintai dengan tatapan yang meyakinkan. Dia tak ingin keselamatan Kiara terancam. Di saat Cantika, putri semata way
"Cantik kan sudah bilang jangan ikuti Cantik! Cantik sudah besar, sudah berani ke kamar mandi sendiri!" tolaknya.Setelah mengatakan itu langsung berlari menuju ke kamar mandi siswa yang berada di sebelah kanan gedung sekolah ini. Pengasuh dan bodyguard itu akhirnya mengalah pada nona mudanya daripada mendapat amukan sang majikan. Mereka juga berpikir ini masih di lingkungan sekolah jadi tidak mungkin ada orang asing yang bisa masuk ke area sekolah terlebih di gerbang ada penjaga. Lima menit, sepuluh menit, sampai lima belas menit Cantika tak kunjung kembali. Pengasuh dan pengawal mulai gelisah. Seharusnya kalau hanya buang air kecil Cantika sudah kembali. Tanpa dikomando, dua orang yang sama-sama dipekerjakan untuk menjaga Cantika itu bergerak cepat menuju ke kamar mandi siswa. Satu per satu bilik dibuka tapi tak ada tanda-tanda keberadaan seseorang di sana. "Non! Non Cantik!" panggil bibik panik. Namun tak ada sahutan dari sana. "Bagaimana ini, Non Cantik tidak ada di manapun!" u
Tanpa menunggu matahari terbit malam itu juga semua tim dikerahkan untuk menyisir parkiran kantor. Terdapat dipungkiri jika kehadiran Melisa kembali membuat hidup Samudra tidak tenang. Samudra hanya memantau dari rumah karena khawatir istrinya akan mencari jika tiba-tiba wanita yang dicintainya itu terbangun seperti biasa. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Samudra duduk di sofa kamarnya sambil terus memantau ponselnya. Yaitu terus berkomunikasi dengan kepala tim yang diterjunkan untuk menyisir parkiran kantor. Sudah satu setengah jam pria berhitung mancing itu menunggu kabar tapi anak buahnya belum ada satupun yang memberikan kabar padanya. Tiara merasa tiba-tiba tenggorokannya kering sehingga membuatnya terbangun untuk minum. Namun ia merasakan tempat tidur di sebelahnya. Wanita itu membuka mata lalu mencari sosok suaminya. Sepasang mata Kiara menyipit tatkala melihat siluet pria sedang duduk di sofa dalam kamarnya. Tanpa perlu menajamkan matanya pun wanita itu tahu si
Samudra menatap wajah sang istri yang tampak damai dalam tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tak heran jika Kiara sudah terlelap di peraduan setelah drama wanita misterius tadi siang. Ia merasakan lelah yang amat sangat sehingga memilih untuk tidur lebih awal. Terlebih lagi besok dia harus kembali masuk ke kantor setelah sehari mengambil cuti dadakan. Samudra menarik selimut untuk menutup istrinya. Mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin dan tidak terlalu gerah. Setelah mematikan semua kondisi nyaman untuk sang istri tidur nyenyak kalau ia mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu tidur. Setelahnya Samudra memilih untuk keluar perlahan menuju ruang kerjanya. Di depan meja yang penuh dengan tumpukan berkas Samudra menangkap kosong jendela yang belum tertutup kordennya. Taburan bintang di langit tampak begitu indah terlihat dari dalam ruang kerja Samudra. Perlahan pria itu berjalan menuju balkon ruang kerjanya lalu mengeluarkan ponsel dan terlihat mengh
Kiara berdiri lalu pamit pada para orang tua wali untuk pergi lebih dulu. Sepeda motor metic yang ditumpangi Kiara melaju dengan kecepatan sedang. Ibu dan anak itu tidak langsung pulang ke rumah melainkan mampir ke mall untuk bermain lebih dulu. "Mama, Cantik mau main itu!" tunjuk Cantika. Saat ini mereka sedang berada di time zone yang ada di lantai dasar mall ini. Kiara mengangguk lalu mengatakan pada sang buah hati kalau dirinya duduk di salah satu bangku yang tidak jauh dari tempat itu. Saat berjalan menuju ke bangku tersebut, ia merasakan bahunya ditabrak seseorang. Wanita itu mendongak saat mendengar suara yang tak asing di telinganya.Kiara menatap sosok yang tak asing di depannya. Namun ia tampak ragu karena wanita yang menabraknya segera pergi. Tak ingin membuat Cantika menunggu, Kiara segera berjalan lagi. Namun sepanjang jalan ia terus kepikiran dengan sosok yang dia kenali sebagai Melisa. Namun kenapa wajahnya berbeda."Mama, Cantik mau es krim!" Tiba-tiba Cantika sudah
Setelah mendapatkan informasi dari Excel Samudra tidak langsung pulang ke rumah melainkan mengadakan pertemuan dengan tim it untuk melacak kebenaran keberadaan Melisa. Segala kemampuan dikerahkan untuk mengetahui posisi wanita yang pernah menjadi penyebab meninggalnya calon buah hati Samudra itu. Namun tampaknya Samudra harus menelan kecewa lagi karena ternyata wanita bernama Melisa itu sudah tidak berada di tempat yang disebutkan oleh Excel sebelumnya. Seolah tahu kalau dirinya sedang menjadi buronan, maka wanita itu berpindah-pindah tempat. Hanya saja memang ada sosok yang melindunginya sehingga keberadaannya tidak mudah dilacak. Tempat pukul 12.00 malam Samudra mengakhiri rapat dengan timnya lalu memilih untuk pulang. Karena tidak mau mengganggu tidur sang istri pria itu masuk ke kamar dengan cara mengendap-endap seperti maling berharap wanita yang ia cintai itu tidak terganggu oleh kehadirannya. Dia tahu memang mereka berdua butuh bicara karena kedatangan Clara secara tiba-tiba
Seringai tipis muncul di bibir pria berambut gondrong tersebut. Jelas Samudra terkejut melihat pria yang sudah lama menghilang dari kancah dunia bisnis itu. Dulu pria itu adalah saingan terberat Samudra ketika sedang merintis bisnisnya. Pria itu beberapa kali selalu mengalahkan Samudra dalam memperoleh tender. Usut punya usut pria itu mengambil jalan curang hingga saat perusahaan pria berambut panjang itu tengah di puncak kejayaan, mendadak ada beberapa orang yang melaporkan sehingga dia harus mendekam di penjara karena perbuatannya. Entah kapan pria itu bebas. Karena sejak menghilang dari dunia bisnis, media tak pernah lagi memberitakannya. Kini mendadak dia kembali muncul dengan membawa info yang sangat dibutuhkan Samudra. Entah suami Kiara itu bisa percaya atau tidak setelah apa yang dilakukan pria tersebut dulu. Masih lekat dalam ingatan Samudra bagaimana lelaki gondrong itu menjegal setiap langkahnya. "Duduklah! Jangan memandangku seperti itu, macam melihat hantu saja." Pria
Baru saya Jek mau mengangkat panggilan itu tiba-tiba dering ponsel berhenti. Tak berselang lama sebuah pesan masuk dari nomor yang sama."Katakan pada bosmu, aku sudah bisa melacak keberadaan Melisa."Kalimat yang cukup singkat tapi sangat membawa pengaruh yang cukup besar bagi perubahan lewat wajah asisten pribadi Samudra itu. Ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu sejak satu bulan yang lalu. Setelah melalui berbagai macam cara tidak mendapatkan informasi apapun tentang wanita ini pernah mengusik rumah tangga atasannya itu, kini tiba-tiba kabar tentang keberadaannya kembali terdengar.Ucap langsung melakukan panggilan kepada lelaki tersebut. Pada dering ketiga suara bariton seorang pria langsung menyapa pendengaran Jack. "Di mana dia sekarang?" tanya Jack tanpa basa-basi. Sementara Samudra mengurungkan niatnya untuk menyusul sang istri begitu mendengar informasi yang cukup penting itu. Untuk masalah Kiara dia akan membujuknya nanti malam. Bukan karena tidak memprioritaskan kekasih h
"Ini semua berkatmu, Mas. Juga berkat bantuan Jack dalam membimbingku selama ini."Samudra mengangguk membenarkan ucapan sang istri. "Jangan terlalu sibuk. Ingat kita sedang promil."Kiara memukul lengan suaminya. "Bukankah kamu sendiri yang menjebakku dalam pekerjaan yang tidak ada habisnya ini?"Samudra terkekeh, lalu mengusap kepala sang istri dengan lembut. "Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin kita selalu bersama baik di rumah maupun di kantor."Di saat pasangan suami istri itu tengah tertawa bersama, tiba-tiba seseorang memanggil nama Samudra. "Samudra?" Spontan pasangan suami istri itu menoleh ke sumber suara. Kiara menatap sosok wanita yang berdiri dengan penampilan yang sangat mencolok. Dress ketat warna merah cabe dengan rambut blonde tergerai begitu saja. Sementara Damar hanya menatap sekilas dengan wajah datar.Tanpa permisi, wanita itu langsung duduk di hadapan Samudra. Senyumnya mengembang sempurna seolah baru saja menemukan sebongkah emas di hadapannya. Namun ada yang