Rasa panas di tubuhnya kini semakin menjadi. Elyana panik juga sangat takut. Takut jika rasa panas dan gatal di tubuhnya ini disebabkan oleh obat yang tadi pria itu berikan.
"Ah, bagaimana ini?" Bagaimana jika dirinya dimanfaatkan oleh ketiga orang itu?
"Tidak ... tidak! Ini tidak boleh terjadi." Elyana terus menggelengkan kepalanya, mengusir semua pikiran buruk yang ada di kepalanya.
"Aku harus segera melarikan diri," ucapnya dengan wajah merah, dan rambut yang sudah basah karena keringat.
Elyana mulai mencari celah untuk melarikan diri. Ada sebuah jendela yang sangat besar di kamar itu, ia segera berlari ke arah sana. Matanya memeriksa setiap sudut jendela dengan teliti.
Jendela tua itu sudah tidak memiliki kunci lagi, Elyana segera mendorongnya dengan kuat. Seketika, jendela bisa terbuka.
Ketika jendela sudah terbuka lebar, ia bingung, bagaimana dir
Pagi hari, Elyana berbaring di tempat tidur pasien dengan mata yang masih terpejam. Kondisinya masih sangat lemah, karena semalam ia baru selesai menjalani operasi di kakinya. "Siapa yang mengirim Elyana ke rumah sakit? Cepat, cari tahu keberadaannya!" teriak Yuan Louis pada asisten pribadinya. "Bisa saja orang itu yang mencelakai Elyana hingga cedera." "Maaf, Tuan! Kemarin, setelah mengirim Nona ke rumah sakit dan membayar biaya operasi, orang itu segera pergi. Pihak rumah sakit memberitahu kondisi Nona Kedua karena melihat nama belakang pada kartu identitasnya," jelas Judis dengan yakin. Karena, hampir semua orang tahu bahwa Judis adalah asisten pribadi Tuan Besar Louis. Dan di kartu identitas Elyana, tertera nama Louis, membuat para petugas rumah sakit segera memberitahu Judis tentang kondiri Nona Kedua mereka. "Aish, sial!" maki Yuan Louis, kesal. "Mengapa setelah mencelakai Elyana, oran
"Tuan Alex?" gumamnya ketika melihat nama yang tertera di layar ponsel. 'Mau apa dia menghubungiku?' Dengan enggan, ia menekan tombol hijau pada layar ponsel. "Halo, Tuan!" sapanya dengan pelan, khas para pelayan yang sedang menyapa tuannya. "Tuan, Tuan! Ini aku, Nosy!" sergahnya, membuat Elyana kaget. "Oh, Nyonya! Ada apa, Nya?" "Hey, pelayan jelek .... Untuk apa kabur dari rumah, hah? David bilang, sudah dua minggu kau kabur dari rumah. Apa kau ingin mencoreng nama baik keluarga Danu? Seorang istri kabur dari rumah, jika orang lain tahu, apa pandangan mereka pada keluargaku," sergahnya lagi dengan marah. Nosy sangat marah dan kesal, ketika menerima telepon dari David—tadi pagi, mengatakan bahwa putri mereka kabur dari rumah. Jika sampai David ingin menceraikan anak dari keluarga Danu, habislah Alex dan Nosy.
Tiba di tempat parkir rumah sakit, Elyana berpesan kepada sopir yang mengantarnya, "Pergilah! Nanti setelah selesai, aku akan menghubungimu lagi." "Baik, Nona!" Setelah memastikan sopir pergi dengan mobilnya, Elyana berjalan langkah demi langkan menuju pintu masuk rumah sakit, lalu mencari lift sambil memegang erat kedua tongkatnya. Kakinya masih terasa sakit untuk dipakai berjalan. Tapi, ia tidak punya pilihan lain selain menahannya. Elyana sudah masuk ke dalam lift, dan lift itu mulai berjalan naik ke lantai paling atas. Elyana berdiri dengan keringat yang mulai bercucuran karena menahan sakit di kakinya. Ia hampir saja kehilangan keseimbangan, ketika rasa pegal terasa di kedua tangan. "Jika bukan karena David akan mencariku ke rumah, tidak sudi aku harus susah payah menemuinya di atap gedung," ucapnya dengan kesal. Ia bersandar ke dinding untuk sejenak, menahan tubuhnya agar tetap seimban
Di pagi hari, Elyana terbangun di atas tempat tidur yang sangat empuk. Ia mulai membuka mata, merasakan ada sesuatu yang berat melingkar di perutnya. Ketika menoleh ke samping, ternyata, itu adalah David. Semalam, pria itu masih membantu dirinya pergi ke kamar mandi, lalu ... membaringkan Elyana di tempat tidur. Lalu ... mereka ... tidur di tempat tidur yang sama. Ini pertama kalinya mereka tidur bersama setelah resmi menikah. Biasanya, kalau tidak David yang tidur di sofa, berarti Elyana. 'Sekarang ....' Elyana menyibakkan selimut, bergeser sedikit untuk bangun, lalu ... tubuhnya tidak bisa bergerak. Pria itu mempererat ikatan tangannya di tubuh Elyana. "David, lepas, aku mau bangun!" bisiknya pelan, tubuhnya berbaring lagi di tempat tidur. Elyana menatap pria yang masih tertidur di sampingnya, begitu lelap dan tenang, sama sekali tidak mendengar ucapannya b
Di sofa ruang tamu, Nosy dan Isabel duduk bersama dengan David. Pria itu duduk sambil menyilangkan kaki, menatap Nosy dan Isabel dengan enggan. "Menantu, apa kami boleh bertemu dengan Eli?" tanya Nosy dengan sedikit tersenyum. "Ada sesuatu hal yang ingin kami bicarakan. Bisakah kau panggil dia kemari?" "Tentu saja boleh. Anda, kan, ibu kandungnya. Mana bisa aku melarang seorang ibu bertemu dengan anak kandungnya." Jawaban dari David membuat Isabel membulatkan mata untuk menatapnya. Apalagi mendengar kata "Ibu kandung" dari mulut David, Isabel sungguh tidak rela. David menambahkan, "Tapi sekarang, Elyana masih tidur. Aku tidak tega untuk membangunkannya." Bola mata Isabel semakin membulat, hampir saja loncat keluar. "Dasar pemalas!" bisiknya. "Aishhhh, anak itu. Tidak punya rasa malu sedikit pun. Mentang-mentang punya suami 'b
Rosyana mengemas beberapa pakaian dan barang lain ke dalam koper. Ia bersiap pergi ke kota Paris untuk mencari adiknya. "Nona, apa Anda sudah siap?" tanya Judis dari balik pintu kamar. Ia diperintah oleh Yuan Louis untuk mengantar Rosyana pergi ke bandara. "Sebentar," teriak Rosyana sambil menutup koper miliknya. Setelah semuanya selesia ia membawa kopernya berjalan menuju pintu keluar. "Aku sudah siap. Ayo kita berangkat!" Sore ini, Rosyana terbang ke kota Paris, dan segera check-in hotel melalui aplikasi yang ada di ponselnya. Untuk malam ini, ia bisa tidur di hotel, barulah keesokan harinya ia akan menghubungi Elyana dan membujuknya untuk pulang.* Di malam hari, di meja makan rumah David, Elyana duduk sambil menyantap makanannya. Sesekali ia melirik sekilas pria di depannya. David hanya duduk sambil melipat kedua tangan di perut dengan mata
Tiba di halaman rumah keluarga Danu, Elyana segera turun dari dalam mobil. Sebelum masuk ke dalam murah, ia meminta sang sopir untuk kembali pulang, tidak perlu menunggunya. "Nanti, kalau sudah selesai, aku akan menghubungimu!" "Baik, Nona!" Setelah itu, sopir pergi mengendarai mobilnya meninggalkan rumah besar keluarga Danu. Elyana menarik napas panjang, menegakkan punggung, lalu berjalan menuju pintu besar dan tinggi itu dengan percaya diri. Seketika pintu rumah terbuka lebar, ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan sedikit terpincang. Di ruang keluarga, sudah ada Nosy, Alex dan juga Isabel sedang menunggu kedatangan Elyana. Karena sebelumnya, ia sudah memberitahu mereka, bahwa dirinya akan datang ke rumah keluarga Danu. "Eli ... kau sudah datang?" sapa Alex dengan ramah. "Bagaimana kondisimu sekarang? Katanya kau sakit, y
Di sebuah kafe yang ada di pusat kota, Elyana dan Rosyana duduk di salah satu meja yang ada di pojok ruangan. Mereka sedang menyantap makanannya sambil berbincang. "El, aku sungguh minta maaf! Aku salah, tega mencelakaimu—" "Aku sudah bilang, tidak apa-apa!" potong Elyana segera. "Kita lupakan kejadian kemarin. Aku tahu, kau tidak sungguh-sungguh ingin aku celaka, kan?" Elyana menggenggam tangan kakaknya. Matanya sedikit berair, menatap Rosyana dengan perasaan bahagia. "Sejak kecil, kita selalu bersama. Ibu selalu bilang, kita jangan pernah bertengkar. Jika kita bertengkar, di Surga, ibu kita akan sedih." "Yah! Aku minta maaf!" balas Rosyana lagi. Ia tidak punya kata-kata lain selain meminta maaf pada adiknya. Perbuatannya kemarin sudah sangat keterlaluan. "Jika bukan karena ulahku, kakimu tidak mungkin cedera?" lirihnya pada Elyana. "Tidak apa-
"Apa kau menyukai kejutan dari kami?" bisik Rosyana dengan kerlingan mata penuh godaan sambil berjalan di atas karpet merah mendampingi Elyana. "Anggap saja ini sebagai hadiah dari kami atas kembalinya El setelah lima tahun menghilang!" timpal Yuan Louis dengan santai. Tidak terdengar nada keras seperti yang biasa pria tua itu katakan. Ucapan dari kakak dan kakeknya itu membuat Elyana hampir pingsan karena terkejut juga terharu. "Jadi ... ini???" "Ya, ini adalah hari pernikahanmu dan David! Kami sudah menyiapkan ini dari empat hari yang lalu. Walau terkesan mendadak, namun aku dan Daniel sudah menyiapkan pesta pernikahan ini dari empat bulan yang lalu. Jadi sekarang ... berbahagialah, ini semua untukmu dan David! " Rosyana menjawabnya tanpa ragu. Rosyana dan Daniel sepakat untuk membuat akta pernikahan tanpa ada pesta pernikahan. Mereka ingin menghadiahkan pesta ini untuk Elyana dan David. Bahkan, mereka mencetak ulang dan menyebar undangan ya
Elyana segera membenarkan emosinya. Ia berkata dengan pelan, "Kak! Sepertinya, kita sudah nyaman menjadi saudara daripada pasangan!" Elyana menutup kotak cincin di hadapannya, lalu mendorongnya ke arah Arvan lagi. "Kak! Kau pria yang baik. Kau pun harus menikah dengan wanita yang baik pula. Dan wanita baik itu bukanlah aku!" "Ya, walau selama ini aku sudah banyak berhutang budi kepadamu, namun, aku sungguh tidak pantas untuk menjadi istrimu!" lanjut Elyana, masih dengan pelan karena takut menyinggung perasaan Arvan. "Apa kau menolakku karena mantan suamimu?" tanya Arvan—tidak suka. Arvan memegang erat kotak itu dengan sekuat tenaga. Terlihat bahwa dia tidak suka dengan penolakan halus Elyana. "Bukan!" jawab Elyana dengan ragu. "Hubunganku dengan David pun sepertinya tidak ada masa depan. Kakek tidak menyukainya, dan David pun tidak pernah datang lagi ke rumahku." Bahkan, ponsel Elyana yang waktu itu diambil oleh David, sudah di
Keesokan harinya, kondisi Yuan Louis sudah sangat baik. Bahkan, lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada lagi rasa sakit yang sering ia keluhkan—membuatnya tidak mampu untuk pergi ke kantor. Sekarang, tubuhnya sudah benar-benar sehat setelah melihat cucunya kembali.Tiga hari kemudian Yuan Louis sudah bisa pergi ke kantor untuk bekerja. Ia menyelesaikan semua pekerjaan yang sempat tertunda, juga menangani masalah kerjasamanya dengan perusahaan David.Di rumah, tinggallah Rosyana dan juga Elyana, karena Alvano pergi bersama Arvan tadi pagi."El, apa kau mau ikut bersama kami ke butik?" tanya Rosyana pada adiknya. Ia merias sedikit wajahnya agar terlihat lebih segar. Sedangkan Elyana, duduk di atas tempat tidur sambil melihat kakaknya berdandan."Sepertinya tidak bisa!" Elyana segera menolaknya. "Aku sudah janjian dengan Arvan, sekalian mau menjemput Alvano.""Oh!" Rosyana memoles bibirnya dengan pewarna bibir sambil bercermin. Lalu menutup lipsti
"Elyana ... atau, lebih akrab kalian memanggilnya dengan nama Pelayan Eli, dia adalah Nona Kedua di keluarga Louis yang kabur dari rumah dan melamar menjadi pelayan di rumah kalian." David menatap pria bernama Alex Danu itu dengan penuh ancaman. Juga melihat keterkejutan dari wajah Alex Danu ketika mendengar cerita pelayannya—Eli.David melanjutkan, "Karena aku dan putrimu dijodohkan, putrimu menolak lalu kabur dari rumah bersama kekasihnya tepat di hari pernikahan! Lalu???"David menarik napas panjang sebelum dia melanjutkan ceritanya.Ada perasaan sedih ketika dirinya harus mengenang kembali nasib Elyana yang terjebak pernikahan dengannya. Itu rasanya sangat berat. Seharusnya, pertemuannya dengan sang istri haruslah pertemuan yang manis hingga akhirnya mereka jatuh cinta dan menikah. Namun, ini malah karena sandiwara Alex Danu dan istrinya hingga dirinya menikahi pelayan mereka—Elyana.David tahu cerita lengkap ini dari Daniel dan dari Elyan
Hari ini, dunia Yuan Louis terasa sangat cerah dan indah. Ia bisa melihat cucunya—Elyana—yang sudah lama menghilang. Banyak bintang-bintang bertaburan di atas kepala Yuan Louis yang perlahan menyebar ... mengisi seisi ruangan itu. Terlihat seulas senyum di wajah pria tua berusia delapan puluh taun itu sebelum akhirnya Yuan Louis memejamkan mata, lalu tubuhnya melemah dan ambruk di atas tempat tidur."Kakek!" teriak Elyana dan Rosyana secara bersamaan. Mereka sangat panik melihat sangat kakek tiba-tiba pingsan setelah melihat Elyana.Daniel dengan cepat naik ke atas tempat tidur, lalu mengangkat punggung dan kepala Yuan Louis."Cepat, cari Asisten Judis! Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" teriak Daniel pada kekasihnya—Rosyana.Elyana dan putranya hanya berdiri di samping tempat tidur sambil melihat kakeknya dipeluk oleh Daniel. Elyana begitu terkejut melihat keadaan Yuan Louis yang tiba-tiba saja pingsan.Nona pertama di
Sore hari, di Kota Lyon, di kediaman Yuan Louis, semua orang sudah berkumpul dan masuk ke dalam rumah untuk menemui sang pemilik rumah. Namun, tidak dengan Arvan. Setelah memastikan Elyana dan putranya sampai di rumah, pria tersebut malah berpamitan dan pergi dengan menggunakan taksi. Elyana yang merasa tidak enak dengan situasi ini, segera mengirim pesan singkat pada Arvan untuk memastikan pria itu baik-baik saja.["Ya, aku tidak apa-apa. Kau jangan khawatir. Nanti jam delapan malam, aku akan datang menjemput Alvano!"]Elyana terdiam sambil memegang ponselnya setelah membaca pesan dari Arvan. Perasaannya masih tidak enak.Walau bagaimanapun, Arvan sangat berjasa dalam hidupnya. Jika bukan karena lima tahun yang lalu Arvan membawanya pergi dan merawatnya di luar negeri, mungkin Elyana dan Alvano tidak akan ada di muka bumi ini lagi. Dan mungkin, dirinya akan mati sia-sia karena ulah Alex Danu yang menginginkan Elyana meninggal. Jadi sekarang, Elyana benar-benar
Satu jam telah berlalu. Di atap gedung perusahaan Demino, Elyana dan yang lainnya sudah berkumpul—bersiap untuk menaiki pesawat pribadi yang sudah disiapkan oleh David—untuk mereka kembali ke kota Lyon. Suara bising, juga angin dari baling-baling pesawat yang begitu kencang, menerpa tubuh, rambut dan pakaian mereka. Elyana berdiri di samping David sambil menatap ke depan. Ia melihat pesawat besar berwarna putih itu ada di hadapannya dan beberapa orang berpakaian hitam lengkap dengan kacamata hitam yang tersemat di hidung mereka. "Ayo naik!" ajak David pada semua orang sambil menoleh ke belakang. Lalu meraih tangan Elyana dan menariknya berjalan ke depan menuju tangga pesawat. Alvano yang masih digendong oleh Arvan, meminta pria dewasa itu untuk segera mengikuti langkah ibunya dan pria asing—pemilik pesawat tersebut—sebelum mereka benar-benar menjauh. Daniel dan yang lainnya pun mengikuti dari belakang. Di dalam pesawat yang cukup luas
"Iya, Tuan Louis! Mantan mertuamu!" jawab Daniel dengan sinis.David terdiam sesaat sebelum akhirnya dia membenarkan emosinya.Dengan sikap tenang, David berkata pada Elyana dan yang lainnya, "Aku akan meminta orangku untuk segera menyiapkan pesawat untuk kalian berangkat ke kota Lyon."Ucapan David itu membuat Arani dan Rosyana terkejut."Apa itu benar?" tanya Arani dengan sedikit ragu.Arani tidak yakin dengan ucapan David yang akan memfasilitasi kepulangan mereka ke Kota Lyon. Karena, Arani dan yang lainnya sudah tahu tentang hubungan David dengan Yuan Louis yang sedikit tidak baik. Mungkin saja David sudah tidak sudi lagi menginjakkan kakinya di rumah keluarga Louis, juga tidak sudi meminjami mereka pesawat pribadinya untuk terbang ke kota Lyon.Namun, jawaban David selanjutnya membuyarkan semua pikiran buruk Arani tentang pria itu."Tentu saja! Aku akan ikut dengan kalian ke Kota Lyon!""Hah???" Daniel pun sama terkejutnya
David yang terlihat lelah karena semalam tidak tidur dengan baik, berjalan dengan langkah pelan mendekati Elyana. Tatapan matanya sayu, namun masih bisa menatap wanita di depannya dengan antusias.Semua orang pun terdiam. Tidak ada yang berani bergerak ataupun bersuara.Di suasana tegang itu, terdengar suara anak kecil yang memecah keheningan di antara mereka, "Mami! Ayo kita pergi. Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat!""Mami?" gumam David sambil menoleh—melihat anak kecil yang terlihat sangat lucu itu dengan jaket hijau di tubuhnya.Alvano pun menatap David sekilas, lalu memalingkan muka dengan cepat setelah melihatnya. Sama sekali tidak tidak tertarik dengan kehadiran David di sana."Ayo, Mi!" Alvano menarik tangan ibunya dan melangkah maju untuk masuk ke dalam taksi.Alvano bergidik ngeri ketika melihat pria yang menurutnya seperti penculikan itu berjalan ke arah mereka. Apalagi saat ini, pria itu menghampiri ibunya. Alvano ha