Rosyana mengemas beberapa pakaian dan barang lain ke dalam koper. Ia bersiap pergi ke kota Paris untuk mencari adiknya.
"Nona, apa Anda sudah siap?" tanya Judis dari balik pintu kamar. Ia diperintah oleh Yuan Louis untuk mengantar Rosyana pergi ke bandara.
"Sebentar," teriak Rosyana sambil menutup koper miliknya. Setelah semuanya selesia ia membawa kopernya berjalan menuju pintu keluar.
"Aku sudah siap. Ayo kita berangkat!"
Sore ini, Rosyana terbang ke kota Paris, dan segera check-in hotel melalui aplikasi yang ada di ponselnya. Untuk malam ini, ia bisa tidur di hotel, barulah keesokan harinya ia akan menghubungi Elyana dan membujuknya untuk pulang.
*
Di malam hari, di meja makan rumah David, Elyana duduk sambil menyantap makanannya. Sesekali ia melirik sekilas pria di depannya.
David hanya duduk sambil melipat kedua tangan di perut dengan mata
Tiba di halaman rumah keluarga Danu, Elyana segera turun dari dalam mobil. Sebelum masuk ke dalam murah, ia meminta sang sopir untuk kembali pulang, tidak perlu menunggunya. "Nanti, kalau sudah selesai, aku akan menghubungimu!" "Baik, Nona!" Setelah itu, sopir pergi mengendarai mobilnya meninggalkan rumah besar keluarga Danu. Elyana menarik napas panjang, menegakkan punggung, lalu berjalan menuju pintu besar dan tinggi itu dengan percaya diri. Seketika pintu rumah terbuka lebar, ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan sedikit terpincang. Di ruang keluarga, sudah ada Nosy, Alex dan juga Isabel sedang menunggu kedatangan Elyana. Karena sebelumnya, ia sudah memberitahu mereka, bahwa dirinya akan datang ke rumah keluarga Danu. "Eli ... kau sudah datang?" sapa Alex dengan ramah. "Bagaimana kondisimu sekarang? Katanya kau sakit, y
Di sebuah kafe yang ada di pusat kota, Elyana dan Rosyana duduk di salah satu meja yang ada di pojok ruangan. Mereka sedang menyantap makanannya sambil berbincang. "El, aku sungguh minta maaf! Aku salah, tega mencelakaimu—" "Aku sudah bilang, tidak apa-apa!" potong Elyana segera. "Kita lupakan kejadian kemarin. Aku tahu, kau tidak sungguh-sungguh ingin aku celaka, kan?" Elyana menggenggam tangan kakaknya. Matanya sedikit berair, menatap Rosyana dengan perasaan bahagia. "Sejak kecil, kita selalu bersama. Ibu selalu bilang, kita jangan pernah bertengkar. Jika kita bertengkar, di Surga, ibu kita akan sedih." "Yah! Aku minta maaf!" balas Rosyana lagi. Ia tidak punya kata-kata lain selain meminta maaf pada adiknya. Perbuatannya kemarin sudah sangat keterlaluan. "Jika bukan karena ulahku, kakimu tidak mungkin cedera?" lirihnya pada Elyana. "Tidak apa-
David terus mengendarai mobilnya dengan perasaan kesal menuju rumah Alex. Ia tidak sabar ingin segera bertemu dengan Elyana dan ingin mendengar alasan Elyana melupakan janji makan malam mereka. Ini kedua kalinya Elyana melupakan janji mereka untuk makan bersama. Jika terus dibiarkan, akan ada keempat, kelima bahkan keenam kalinya kejadian seperti ini akan terulang kembali. David tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia harus memberi ketegasan pada Elyana, agar wanita itu tidak berbuat seenaknya lagi. Tiba di halaman rumah Alex, David segera memarkirkan mobilnya di depan. Ketika ia turun dari dalam mobil, terlihat Alex keluar dari dalam rumah dan berjalan menghampiri David. "Selamat malam, menantu!" sapa Alex dengan sopan. "Aku dengar dari penjaga depan, kau datang kemari. Apa kau datang karena Elyana sudah mengakui semuanya?" "Hah ... me-mengakui? Mengakui apa?" D
Tiba di rumah David, Elyana segera turun dari dalam taksi. Ia berjalan di halaman, lalu masuk ke dalam rumah dengan perasaan bersalah. "Apa yang harus aku katakan? Dia pasti marah! " Elyana begitu cemas memikirkan hal itu. Ia meremas ujung pakaiannya, menunduk sambil terus melangkah masuk. Ketika baru beberapa anak tangga ia naiki, terlihat David berdiri di ujung tangga. Tatapannya tajam menatap Elyana dengan kedua tangan dilipat ke depan. "Eh, kau... be-belum tidur?" tanyanya dengan sedikit gugup. Elyana terus berjalan dan berhenti di depannya. "Dari mana saja kau, jam segini baru pulang?" David tidak tahan jika tidak bertanya. Ia sudah empat jam menunggunya di rumah, dan ingin segera mendengar jawaban dari mulut wanita itu. "Aku dari rumah teman! Temanku baru membeli rumah, jadi, aku membantu berbenah di sana. Maaf!" Elyana menundukkan kepala, jemari tangannya teru
Jam sepuluh pagi, Elyana tiba di apartemen yang kemarin mereka beli. Ia segera membuka kunci dengan sandi yang sudah diatur ulang. Setelah masuk ke dalam rumah, ia melihat semua orang sedang berkumpul dan bersiap untuk makan. "El, kau sudah datang!" sapa Rosyana sambil meletakan piring di atas meja. Ia menatap adiknya kembali. "Kau kenapa? Apa semalam tidak tidur? Di bawah matamu ada lingkaran hitam!" "Eh!" Elyana segera tersadar. Tadi ia sempat melamun beberapa detik ketika berjalan masuk ke dalam rumah. "Ya, semalam aku mengkhawatirkanmu, jadi tidak tidur dengan baik," jawanya sedikit berbohong. Elyana menghampiri mereka, dan duduk di meja makan bermodelkan "Mini bar" yang hanya memiliki empat buah kursi duduk. "Ayo kita makan!" Arani menyimpan hidangan terakhirnya di atas meja. Meminta semuanya untuk segera mencicipi masakannya. "Wuih, kayaknya enak, nih!" Daniel
"Iya, aku tahu, aku salah!" Elyana menunduk, menyesali apa yang telah ia lakukan. "Tadinya, menyamar menjadi seorang pelayan agar orang suruhan Kakek tidak bisa menemukan aku di kota ini! Hanya itu saja!" "Lalu, bagaimana bisa kau menikah dengan David?" tanya Daniel tidak sabar. "Baru satu bulan bekerja di rumah itu, aku terpaksa menggantikan Isabel untuk menikah, karena tepat di hari pernikahan, Isabel kabur bersama dengan kekasihnya ke luar negeri." "Mengapa tidak kau tolak saja, tawaran itu! Tidak perlu kau yang gantikan," ucap Rosyana sedikit kesal. "Itu karena ...." Elyana memejamkan mata. Mengingat kembali permohonan Alex padanya untuk menyelamatkan keluarga Danu dari kemiskinan. Jika sampai pernikahan itu batal, Alex dan anggota keluarga yang lain akan jatuh miskin. Elyana tidak tega dengan ketidakberdayaan Alex pada saat itu. "Karena apa? Cepat katakan!" Arani menggoyangkan tangan Elyana. Tidak sabar ingin segera mendengar alasan Elyan
Arani dengan cepat melihat ke belakang Elyana. Benar saja, labelnya masih tergantung di sana. 'Huhhh memalukan!' "Setelah berpura-pura menjadi anak orang kaya dan menikahi David, seleramu jadi tinggi, ya! Membeli pakaian mahal, sepatu mahal. Apa uangmu cukup untuk membeli semua itu?" tanya Isabel penuh penghinaan. Ia berjalan ke depan Elyana. "Oops, aku lupa!" Isabel menutup mulutnya sendiri. "Kau memperalat David untuk mendapatkan uang satu juta dolar, aku lupa tentang hal itu! Dengan uang sebanyak itu, tentu saja kau bisa membeli pakaian mahal!" "Hey, jaga ucapanmu!" teriak Rosyana, tidak tahan. Ia berjalan menghampiri Isabel. "Aku dengar, kau kabur dari pernikahan, dan ayahmu berlutut di depan El, memohon untuk menggantikanmu menikah. Jika El tidak bersedia ... keluarga kalian akan tamat!" Rosyana bisa menebak dari cara wanita itu berbicara, bahwa dia adalah Isabel, wanita yang Elyana ceritakan kemarin. "Lebih hina mana kelurgamu deng
Hari-hari berlalu begitu cepat. Elyana memutuskan untuk segera kembali ke kota Lyon bersama dengan Rosyana, meninggalkan Arani sendiri di apartemen itu."Bulan depan, ketika gaji pertamaku sudah turun, aku akan membayar uang sewa rumah ini," ucap Arani pada Elyana dan Rosyana. "Aku tidak enak, jika harus numpang di rumah ini tanpa membayar uang sewa. Sedangkan kalian tidak ikut tinggal di sini.""Tidak perlu!" Rosyana memegang kedua bahu Arani, menatapnya dengan lembut. "Tinggal dan rawatlah rumah ini, anggaplah seperti rumah kamu sendiri. Mungin, beberapa bulan lagi aku dan El akan kembali ke kota ini setelah mendapat izin dari Kakek!""Benarkah?" tanya Arani sedikit bingung. Pasalnya, Elyana dan Rosyana punya rumah dan keluarga di kota Lyon. Tidak perlu kembali dan tinggal di kota ini lagi jika hanya tidur, makan dan minum saja.Itu terlalu membuang-buang waktu."Iya, tunggu saja kami kembali! Yang pasti, ketika kami kembali, rumah ini harus suda
"Apa kau menyukai kejutan dari kami?" bisik Rosyana dengan kerlingan mata penuh godaan sambil berjalan di atas karpet merah mendampingi Elyana. "Anggap saja ini sebagai hadiah dari kami atas kembalinya El setelah lima tahun menghilang!" timpal Yuan Louis dengan santai. Tidak terdengar nada keras seperti yang biasa pria tua itu katakan. Ucapan dari kakak dan kakeknya itu membuat Elyana hampir pingsan karena terkejut juga terharu. "Jadi ... ini???" "Ya, ini adalah hari pernikahanmu dan David! Kami sudah menyiapkan ini dari empat hari yang lalu. Walau terkesan mendadak, namun aku dan Daniel sudah menyiapkan pesta pernikahan ini dari empat bulan yang lalu. Jadi sekarang ... berbahagialah, ini semua untukmu dan David! " Rosyana menjawabnya tanpa ragu. Rosyana dan Daniel sepakat untuk membuat akta pernikahan tanpa ada pesta pernikahan. Mereka ingin menghadiahkan pesta ini untuk Elyana dan David. Bahkan, mereka mencetak ulang dan menyebar undangan ya
Elyana segera membenarkan emosinya. Ia berkata dengan pelan, "Kak! Sepertinya, kita sudah nyaman menjadi saudara daripada pasangan!" Elyana menutup kotak cincin di hadapannya, lalu mendorongnya ke arah Arvan lagi. "Kak! Kau pria yang baik. Kau pun harus menikah dengan wanita yang baik pula. Dan wanita baik itu bukanlah aku!" "Ya, walau selama ini aku sudah banyak berhutang budi kepadamu, namun, aku sungguh tidak pantas untuk menjadi istrimu!" lanjut Elyana, masih dengan pelan karena takut menyinggung perasaan Arvan. "Apa kau menolakku karena mantan suamimu?" tanya Arvan—tidak suka. Arvan memegang erat kotak itu dengan sekuat tenaga. Terlihat bahwa dia tidak suka dengan penolakan halus Elyana. "Bukan!" jawab Elyana dengan ragu. "Hubunganku dengan David pun sepertinya tidak ada masa depan. Kakek tidak menyukainya, dan David pun tidak pernah datang lagi ke rumahku." Bahkan, ponsel Elyana yang waktu itu diambil oleh David, sudah di
Keesokan harinya, kondisi Yuan Louis sudah sangat baik. Bahkan, lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada lagi rasa sakit yang sering ia keluhkan—membuatnya tidak mampu untuk pergi ke kantor. Sekarang, tubuhnya sudah benar-benar sehat setelah melihat cucunya kembali.Tiga hari kemudian Yuan Louis sudah bisa pergi ke kantor untuk bekerja. Ia menyelesaikan semua pekerjaan yang sempat tertunda, juga menangani masalah kerjasamanya dengan perusahaan David.Di rumah, tinggallah Rosyana dan juga Elyana, karena Alvano pergi bersama Arvan tadi pagi."El, apa kau mau ikut bersama kami ke butik?" tanya Rosyana pada adiknya. Ia merias sedikit wajahnya agar terlihat lebih segar. Sedangkan Elyana, duduk di atas tempat tidur sambil melihat kakaknya berdandan."Sepertinya tidak bisa!" Elyana segera menolaknya. "Aku sudah janjian dengan Arvan, sekalian mau menjemput Alvano.""Oh!" Rosyana memoles bibirnya dengan pewarna bibir sambil bercermin. Lalu menutup lipsti
"Elyana ... atau, lebih akrab kalian memanggilnya dengan nama Pelayan Eli, dia adalah Nona Kedua di keluarga Louis yang kabur dari rumah dan melamar menjadi pelayan di rumah kalian." David menatap pria bernama Alex Danu itu dengan penuh ancaman. Juga melihat keterkejutan dari wajah Alex Danu ketika mendengar cerita pelayannya—Eli.David melanjutkan, "Karena aku dan putrimu dijodohkan, putrimu menolak lalu kabur dari rumah bersama kekasihnya tepat di hari pernikahan! Lalu???"David menarik napas panjang sebelum dia melanjutkan ceritanya.Ada perasaan sedih ketika dirinya harus mengenang kembali nasib Elyana yang terjebak pernikahan dengannya. Itu rasanya sangat berat. Seharusnya, pertemuannya dengan sang istri haruslah pertemuan yang manis hingga akhirnya mereka jatuh cinta dan menikah. Namun, ini malah karena sandiwara Alex Danu dan istrinya hingga dirinya menikahi pelayan mereka—Elyana.David tahu cerita lengkap ini dari Daniel dan dari Elyan
Hari ini, dunia Yuan Louis terasa sangat cerah dan indah. Ia bisa melihat cucunya—Elyana—yang sudah lama menghilang. Banyak bintang-bintang bertaburan di atas kepala Yuan Louis yang perlahan menyebar ... mengisi seisi ruangan itu. Terlihat seulas senyum di wajah pria tua berusia delapan puluh taun itu sebelum akhirnya Yuan Louis memejamkan mata, lalu tubuhnya melemah dan ambruk di atas tempat tidur."Kakek!" teriak Elyana dan Rosyana secara bersamaan. Mereka sangat panik melihat sangat kakek tiba-tiba pingsan setelah melihat Elyana.Daniel dengan cepat naik ke atas tempat tidur, lalu mengangkat punggung dan kepala Yuan Louis."Cepat, cari Asisten Judis! Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" teriak Daniel pada kekasihnya—Rosyana.Elyana dan putranya hanya berdiri di samping tempat tidur sambil melihat kakeknya dipeluk oleh Daniel. Elyana begitu terkejut melihat keadaan Yuan Louis yang tiba-tiba saja pingsan.Nona pertama di
Sore hari, di Kota Lyon, di kediaman Yuan Louis, semua orang sudah berkumpul dan masuk ke dalam rumah untuk menemui sang pemilik rumah. Namun, tidak dengan Arvan. Setelah memastikan Elyana dan putranya sampai di rumah, pria tersebut malah berpamitan dan pergi dengan menggunakan taksi. Elyana yang merasa tidak enak dengan situasi ini, segera mengirim pesan singkat pada Arvan untuk memastikan pria itu baik-baik saja.["Ya, aku tidak apa-apa. Kau jangan khawatir. Nanti jam delapan malam, aku akan datang menjemput Alvano!"]Elyana terdiam sambil memegang ponselnya setelah membaca pesan dari Arvan. Perasaannya masih tidak enak.Walau bagaimanapun, Arvan sangat berjasa dalam hidupnya. Jika bukan karena lima tahun yang lalu Arvan membawanya pergi dan merawatnya di luar negeri, mungkin Elyana dan Alvano tidak akan ada di muka bumi ini lagi. Dan mungkin, dirinya akan mati sia-sia karena ulah Alex Danu yang menginginkan Elyana meninggal. Jadi sekarang, Elyana benar-benar
Satu jam telah berlalu. Di atap gedung perusahaan Demino, Elyana dan yang lainnya sudah berkumpul—bersiap untuk menaiki pesawat pribadi yang sudah disiapkan oleh David—untuk mereka kembali ke kota Lyon. Suara bising, juga angin dari baling-baling pesawat yang begitu kencang, menerpa tubuh, rambut dan pakaian mereka. Elyana berdiri di samping David sambil menatap ke depan. Ia melihat pesawat besar berwarna putih itu ada di hadapannya dan beberapa orang berpakaian hitam lengkap dengan kacamata hitam yang tersemat di hidung mereka. "Ayo naik!" ajak David pada semua orang sambil menoleh ke belakang. Lalu meraih tangan Elyana dan menariknya berjalan ke depan menuju tangga pesawat. Alvano yang masih digendong oleh Arvan, meminta pria dewasa itu untuk segera mengikuti langkah ibunya dan pria asing—pemilik pesawat tersebut—sebelum mereka benar-benar menjauh. Daniel dan yang lainnya pun mengikuti dari belakang. Di dalam pesawat yang cukup luas
"Iya, Tuan Louis! Mantan mertuamu!" jawab Daniel dengan sinis.David terdiam sesaat sebelum akhirnya dia membenarkan emosinya.Dengan sikap tenang, David berkata pada Elyana dan yang lainnya, "Aku akan meminta orangku untuk segera menyiapkan pesawat untuk kalian berangkat ke kota Lyon."Ucapan David itu membuat Arani dan Rosyana terkejut."Apa itu benar?" tanya Arani dengan sedikit ragu.Arani tidak yakin dengan ucapan David yang akan memfasilitasi kepulangan mereka ke Kota Lyon. Karena, Arani dan yang lainnya sudah tahu tentang hubungan David dengan Yuan Louis yang sedikit tidak baik. Mungkin saja David sudah tidak sudi lagi menginjakkan kakinya di rumah keluarga Louis, juga tidak sudi meminjami mereka pesawat pribadinya untuk terbang ke kota Lyon.Namun, jawaban David selanjutnya membuyarkan semua pikiran buruk Arani tentang pria itu."Tentu saja! Aku akan ikut dengan kalian ke Kota Lyon!""Hah???" Daniel pun sama terkejutnya
David yang terlihat lelah karena semalam tidak tidur dengan baik, berjalan dengan langkah pelan mendekati Elyana. Tatapan matanya sayu, namun masih bisa menatap wanita di depannya dengan antusias.Semua orang pun terdiam. Tidak ada yang berani bergerak ataupun bersuara.Di suasana tegang itu, terdengar suara anak kecil yang memecah keheningan di antara mereka, "Mami! Ayo kita pergi. Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat!""Mami?" gumam David sambil menoleh—melihat anak kecil yang terlihat sangat lucu itu dengan jaket hijau di tubuhnya.Alvano pun menatap David sekilas, lalu memalingkan muka dengan cepat setelah melihatnya. Sama sekali tidak tidak tertarik dengan kehadiran David di sana."Ayo, Mi!" Alvano menarik tangan ibunya dan melangkah maju untuk masuk ke dalam taksi.Alvano bergidik ngeri ketika melihat pria yang menurutnya seperti penculikan itu berjalan ke arah mereka. Apalagi saat ini, pria itu menghampiri ibunya. Alvano ha