"Iya, aku tahu, aku salah!" Elyana menunduk, menyesali apa yang telah ia lakukan. "Tadinya, menyamar menjadi seorang pelayan agar orang suruhan Kakek tidak bisa menemukan aku di kota ini! Hanya itu saja!"
"Lalu, bagaimana bisa kau menikah dengan David?" tanya Daniel tidak sabar.
"Baru satu bulan bekerja di rumah itu, aku terpaksa menggantikan Isabel untuk menikah, karena tepat di hari pernikahan, Isabel kabur bersama dengan kekasihnya ke luar negeri."
"Mengapa tidak kau tolak saja, tawaran itu! Tidak perlu kau yang gantikan," ucap Rosyana sedikit kesal.
"Itu karena ...." Elyana memejamkan mata. Mengingat kembali permohonan Alex padanya untuk menyelamatkan keluarga Danu dari kemiskinan. Jika sampai pernikahan itu batal, Alex dan anggota keluarga yang lain akan jatuh miskin. Elyana tidak tega dengan ketidakberdayaan Alex pada saat itu.
"Karena apa? Cepat katakan!" Arani menggoyangkan tangan Elyana. Tidak sabar ingin segera mendengar alasan Elyan
Maaf, kemarin-kemarin, author sedang berduka, jadi upnya agak lama. maaf, ya! Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian dengan komentar yg positif, rating bintang lima, gems juga, kalau enggak keberatan. Hehe. Makasih.
Arani dengan cepat melihat ke belakang Elyana. Benar saja, labelnya masih tergantung di sana. 'Huhhh memalukan!' "Setelah berpura-pura menjadi anak orang kaya dan menikahi David, seleramu jadi tinggi, ya! Membeli pakaian mahal, sepatu mahal. Apa uangmu cukup untuk membeli semua itu?" tanya Isabel penuh penghinaan. Ia berjalan ke depan Elyana. "Oops, aku lupa!" Isabel menutup mulutnya sendiri. "Kau memperalat David untuk mendapatkan uang satu juta dolar, aku lupa tentang hal itu! Dengan uang sebanyak itu, tentu saja kau bisa membeli pakaian mahal!" "Hey, jaga ucapanmu!" teriak Rosyana, tidak tahan. Ia berjalan menghampiri Isabel. "Aku dengar, kau kabur dari pernikahan, dan ayahmu berlutut di depan El, memohon untuk menggantikanmu menikah. Jika El tidak bersedia ... keluarga kalian akan tamat!" Rosyana bisa menebak dari cara wanita itu berbicara, bahwa dia adalah Isabel, wanita yang Elyana ceritakan kemarin. "Lebih hina mana kelurgamu deng
Hari-hari berlalu begitu cepat. Elyana memutuskan untuk segera kembali ke kota Lyon bersama dengan Rosyana, meninggalkan Arani sendiri di apartemen itu."Bulan depan, ketika gaji pertamaku sudah turun, aku akan membayar uang sewa rumah ini," ucap Arani pada Elyana dan Rosyana. "Aku tidak enak, jika harus numpang di rumah ini tanpa membayar uang sewa. Sedangkan kalian tidak ikut tinggal di sini.""Tidak perlu!" Rosyana memegang kedua bahu Arani, menatapnya dengan lembut. "Tinggal dan rawatlah rumah ini, anggaplah seperti rumah kamu sendiri. Mungin, beberapa bulan lagi aku dan El akan kembali ke kota ini setelah mendapat izin dari Kakek!""Benarkah?" tanya Arani sedikit bingung. Pasalnya, Elyana dan Rosyana punya rumah dan keluarga di kota Lyon. Tidak perlu kembali dan tinggal di kota ini lagi jika hanya tidur, makan dan minum saja.Itu terlalu membuang-buang waktu."Iya, tunggu saja kami kembali! Yang pasti, ketika kami kembali, rumah ini harus suda
Di kota Lyon, Tuan Louis begitu senang melihat kedua cucunya sudah kembali. Ia sengaja pulang lebih awal dari kantor karena ingin menyambut kedatangan cucunya. "Bagaimana dengan kakimu sekarang? Apa sudah tidak sakit lagi?" tanya Yuan Louis yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama dengan Elyana dan Rosyana. "Tidak, Kek! Sekarang kakiku sudah sembuh, sudah tidak sakit lagi!" jawab Elyana dengan pelan. Ia terdiam dengan tatapan kosong. Teringat kembali tentang orang yang selalu mengobati lukanya. Setiap hari, Dokter Felix harus datang ke rumah hanya untuk memeriksa kaki Elyana atas perintah David. Suaminya itu selalu menjaganya dengan sangat baik. 'Tapi sekarang ... semuanya sudah berakhir. Aku dan David tidak akan bersama lagi!' "El, apa yang kau pikirkan?" tanya Yuan Louis ketika melihat cucunya melamun. "Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" "Ah!" Elyana segera tersadar. "Tida—" "Ada, Kek!" potong Rosyana tiba-tib
Di kota Lyon, Tuan Louis begitu senang melihat kedua cucunya sudah kembali. Ia sengaja pulang lebih awal dari kantor karena ingin menyambut kedatangan cucunya. "Bagaimana dengan kakimu sekarang? Apa sudah tidak sakit lagi?" tanya Yuan Louis yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama dengan Elyana dan Rosyana. "Tidak, Kek! Sekarang kakiku sudah sembuh, sudah tidak sakit lagi!" jawab Elyana dengan pelan. Ia terdiam dengan tatapan kosong. Teringat kembali tentang orang yang selalu mengobati lukanya. Setiap hari, Dokter Felix harus datang ke rumah hanya untuk memeriksa kaki Elyana atas perintah David. Suaminya itu selalu menjaganya dengan sangat baik. 'Tapi sekarang ... semuanya sudah berakhir. Aku dan David tidak akan bersama lagi!' "El, apa yang kau pikirkan?" tanya Yuan Louis ketika melihat cucunya melamun. "Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" "Ah!" Elyana segera tersadar. "Tida—" "Ada, Kek!" potong Rosyana tiba-tib
Sore hari, Elyana duduk sendiri di kursi sebuah kafe. Ia memandang keluar jendela, melihat lalu-lalang orang yang berjalan di trotoar dengan ceria. Ada sepasang kekasih berjalan sambil bergandengan tangan, sesekali si wanita tertawa, lalu dipeluk oleh si pria, sepertinya mereka sedang bercanda. Tindakan seperti itu terlihat sangat manis di mata Elyana."Bagaimana bisa aku merayu David lagi? Waktu itu, sudah kukatakan dengan jelas pada David, bahwa aku ingin bercerai. Tidak mungkin sekarang aku menghubunginya lagi, dan berkata ingin kembali!" ucap Elyana dengan pelan. Ia berbicara sendiri, karena memikirkan ide Rosyana."David pun sudah tidak ingin bersamaku lagi. Sekarang, dia sudah bersama dengan Isabel.""Kami bercinta untuk yang terakhir kali, David hanya menganggapku sebagai jalang yang dibayar dengan harga satu juta dolar. Dia sudah menganggapku sebagai wanita matre yang menjadikannya alat untuk mendapatkan uang! Sekarang ... bagaimana aku bisa memohon pada
Di rumah besar keluarga Louis, Elyana begitu sibuk mempersiapkan ini dan itu. Ia memberitahu beberapa pelayan untuk mengikuti permainannya. Walau para pelayan tidak mengerti dengan permainan yang akan dimainkan oleh Elyana, tapi mereka mencoba untuk menurut. Ketika Elyana masih berada di belakang rumah untuk memastikan sesuatu, tepatnya di tempat para pelayan itu tinggal, terlihat seorang penjaga berlari ke arahnya. Dia berkata dengan tergesa-gesa, "Nona, di depan, ada seseorang yang mencari Anda!" "Siapa?" tanya Elyana dengan acuh. Saat ini, dirinya masih berbicara serius dengan beberapa pelayan, sama sekali tidak ingin diganggu. "Namanya David!" jawab penjaga itu dengan cepat. "Dia mencari Anda. Saya sudah menyuruh dia untuk menunggu, namun pria itu tidak mendengar." "Apa? David?" Elyana terkejut mendengar nama itu. "Lalu, sekarang dia ada di mana?" "Dia masuk ke dalam rumah tanpa permisi, Nona!" jawab penjaga itu dengan takut.
Saat ini, suasana di ruang tamu rumah itu terasa hening. Saking heningnya, bunyi dari detak jarum jam yang tergantung di dinding sangat jelas terdengar. Elyana sangat gugup dengan keadaan ini, David terus memegang wajahnya dengan jarak yang sangat dekat."Diamlah!" ucap David pelan ketika Elyana mulai bergerak. Ia menunduk, meniupi dagu wanita itu setelah diolesi obat antiseptik olehnya."Awhh, perih!" Elyana meringis. Ia tidak tahu jika di dagunya ada luka cakar. Hanya sakit dan perih saja yang ia rasakan dari tadi."Tahan dulu. Sebentar lagi selesai!" David membuka plester kecil berwarna bening, lalu direkatkan di dagu Elyana."Sudah, selesai!" Ia merapikan kembali kotak obat itu, lalu disimpan di atas meja.Elyana meraba dagunya yang dipakaikan plester, seketika ia mengerutkan kening. "Apa ini?""Bukan apa-apa, biar tambah jelek saja di wajahmu ada plester. Hehe!" canda David pada Elyana.Itu membuat Elyana sangat kesal. "Apa kau s
Hari sudah semakin sore, Elyana sudah mulai gatal dengan tubuhnya yang memakai pakaian si tukang kebun. Ingin rasanya ia membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang nyaman. Namun, pria itu masih saja ada di rumahnya, lebih tepatnya, di rumah khusus untuk para pelayan. Elyana menjadikan tempat tinggal para pelayan itu sebagai rumah dirinya dan sang ibu. Dan bodohnya, pria itu percaya begitu saja dengan sandiwaranya.Sekarang, para pelayan itu terpaksa harus mengungsi ke dapur yang ada di rumah besar. Mereka berdesak-desakan tidur di salah satu kamar yang ada di sana sebelum David pergi dari rumah ini."David, sebaiknya kau menginap di hotel saja. Aku tidak enak pada Tuan Louis karena kau menginap di rumahnya!" ucap Elyana pada David. Mereka berdua sedang duduk di kursi kayu yang ada di depan rumah itu."Apa kau bilang? Tuan Louis???" tanya David tiba-tiba. Alisnya teringat, dengan sorot mata tajam menatap Elyana. "Bukankah tadi kau
"Apa kau menyukai kejutan dari kami?" bisik Rosyana dengan kerlingan mata penuh godaan sambil berjalan di atas karpet merah mendampingi Elyana. "Anggap saja ini sebagai hadiah dari kami atas kembalinya El setelah lima tahun menghilang!" timpal Yuan Louis dengan santai. Tidak terdengar nada keras seperti yang biasa pria tua itu katakan. Ucapan dari kakak dan kakeknya itu membuat Elyana hampir pingsan karena terkejut juga terharu. "Jadi ... ini???" "Ya, ini adalah hari pernikahanmu dan David! Kami sudah menyiapkan ini dari empat hari yang lalu. Walau terkesan mendadak, namun aku dan Daniel sudah menyiapkan pesta pernikahan ini dari empat bulan yang lalu. Jadi sekarang ... berbahagialah, ini semua untukmu dan David! " Rosyana menjawabnya tanpa ragu. Rosyana dan Daniel sepakat untuk membuat akta pernikahan tanpa ada pesta pernikahan. Mereka ingin menghadiahkan pesta ini untuk Elyana dan David. Bahkan, mereka mencetak ulang dan menyebar undangan ya
Elyana segera membenarkan emosinya. Ia berkata dengan pelan, "Kak! Sepertinya, kita sudah nyaman menjadi saudara daripada pasangan!" Elyana menutup kotak cincin di hadapannya, lalu mendorongnya ke arah Arvan lagi. "Kak! Kau pria yang baik. Kau pun harus menikah dengan wanita yang baik pula. Dan wanita baik itu bukanlah aku!" "Ya, walau selama ini aku sudah banyak berhutang budi kepadamu, namun, aku sungguh tidak pantas untuk menjadi istrimu!" lanjut Elyana, masih dengan pelan karena takut menyinggung perasaan Arvan. "Apa kau menolakku karena mantan suamimu?" tanya Arvan—tidak suka. Arvan memegang erat kotak itu dengan sekuat tenaga. Terlihat bahwa dia tidak suka dengan penolakan halus Elyana. "Bukan!" jawab Elyana dengan ragu. "Hubunganku dengan David pun sepertinya tidak ada masa depan. Kakek tidak menyukainya, dan David pun tidak pernah datang lagi ke rumahku." Bahkan, ponsel Elyana yang waktu itu diambil oleh David, sudah di
Keesokan harinya, kondisi Yuan Louis sudah sangat baik. Bahkan, lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada lagi rasa sakit yang sering ia keluhkan—membuatnya tidak mampu untuk pergi ke kantor. Sekarang, tubuhnya sudah benar-benar sehat setelah melihat cucunya kembali.Tiga hari kemudian Yuan Louis sudah bisa pergi ke kantor untuk bekerja. Ia menyelesaikan semua pekerjaan yang sempat tertunda, juga menangani masalah kerjasamanya dengan perusahaan David.Di rumah, tinggallah Rosyana dan juga Elyana, karena Alvano pergi bersama Arvan tadi pagi."El, apa kau mau ikut bersama kami ke butik?" tanya Rosyana pada adiknya. Ia merias sedikit wajahnya agar terlihat lebih segar. Sedangkan Elyana, duduk di atas tempat tidur sambil melihat kakaknya berdandan."Sepertinya tidak bisa!" Elyana segera menolaknya. "Aku sudah janjian dengan Arvan, sekalian mau menjemput Alvano.""Oh!" Rosyana memoles bibirnya dengan pewarna bibir sambil bercermin. Lalu menutup lipsti
"Elyana ... atau, lebih akrab kalian memanggilnya dengan nama Pelayan Eli, dia adalah Nona Kedua di keluarga Louis yang kabur dari rumah dan melamar menjadi pelayan di rumah kalian." David menatap pria bernama Alex Danu itu dengan penuh ancaman. Juga melihat keterkejutan dari wajah Alex Danu ketika mendengar cerita pelayannya—Eli.David melanjutkan, "Karena aku dan putrimu dijodohkan, putrimu menolak lalu kabur dari rumah bersama kekasihnya tepat di hari pernikahan! Lalu???"David menarik napas panjang sebelum dia melanjutkan ceritanya.Ada perasaan sedih ketika dirinya harus mengenang kembali nasib Elyana yang terjebak pernikahan dengannya. Itu rasanya sangat berat. Seharusnya, pertemuannya dengan sang istri haruslah pertemuan yang manis hingga akhirnya mereka jatuh cinta dan menikah. Namun, ini malah karena sandiwara Alex Danu dan istrinya hingga dirinya menikahi pelayan mereka—Elyana.David tahu cerita lengkap ini dari Daniel dan dari Elyan
Hari ini, dunia Yuan Louis terasa sangat cerah dan indah. Ia bisa melihat cucunya—Elyana—yang sudah lama menghilang. Banyak bintang-bintang bertaburan di atas kepala Yuan Louis yang perlahan menyebar ... mengisi seisi ruangan itu. Terlihat seulas senyum di wajah pria tua berusia delapan puluh taun itu sebelum akhirnya Yuan Louis memejamkan mata, lalu tubuhnya melemah dan ambruk di atas tempat tidur."Kakek!" teriak Elyana dan Rosyana secara bersamaan. Mereka sangat panik melihat sangat kakek tiba-tiba pingsan setelah melihat Elyana.Daniel dengan cepat naik ke atas tempat tidur, lalu mengangkat punggung dan kepala Yuan Louis."Cepat, cari Asisten Judis! Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" teriak Daniel pada kekasihnya—Rosyana.Elyana dan putranya hanya berdiri di samping tempat tidur sambil melihat kakeknya dipeluk oleh Daniel. Elyana begitu terkejut melihat keadaan Yuan Louis yang tiba-tiba saja pingsan.Nona pertama di
Sore hari, di Kota Lyon, di kediaman Yuan Louis, semua orang sudah berkumpul dan masuk ke dalam rumah untuk menemui sang pemilik rumah. Namun, tidak dengan Arvan. Setelah memastikan Elyana dan putranya sampai di rumah, pria tersebut malah berpamitan dan pergi dengan menggunakan taksi. Elyana yang merasa tidak enak dengan situasi ini, segera mengirim pesan singkat pada Arvan untuk memastikan pria itu baik-baik saja.["Ya, aku tidak apa-apa. Kau jangan khawatir. Nanti jam delapan malam, aku akan datang menjemput Alvano!"]Elyana terdiam sambil memegang ponselnya setelah membaca pesan dari Arvan. Perasaannya masih tidak enak.Walau bagaimanapun, Arvan sangat berjasa dalam hidupnya. Jika bukan karena lima tahun yang lalu Arvan membawanya pergi dan merawatnya di luar negeri, mungkin Elyana dan Alvano tidak akan ada di muka bumi ini lagi. Dan mungkin, dirinya akan mati sia-sia karena ulah Alex Danu yang menginginkan Elyana meninggal. Jadi sekarang, Elyana benar-benar
Satu jam telah berlalu. Di atap gedung perusahaan Demino, Elyana dan yang lainnya sudah berkumpul—bersiap untuk menaiki pesawat pribadi yang sudah disiapkan oleh David—untuk mereka kembali ke kota Lyon. Suara bising, juga angin dari baling-baling pesawat yang begitu kencang, menerpa tubuh, rambut dan pakaian mereka. Elyana berdiri di samping David sambil menatap ke depan. Ia melihat pesawat besar berwarna putih itu ada di hadapannya dan beberapa orang berpakaian hitam lengkap dengan kacamata hitam yang tersemat di hidung mereka. "Ayo naik!" ajak David pada semua orang sambil menoleh ke belakang. Lalu meraih tangan Elyana dan menariknya berjalan ke depan menuju tangga pesawat. Alvano yang masih digendong oleh Arvan, meminta pria dewasa itu untuk segera mengikuti langkah ibunya dan pria asing—pemilik pesawat tersebut—sebelum mereka benar-benar menjauh. Daniel dan yang lainnya pun mengikuti dari belakang. Di dalam pesawat yang cukup luas
"Iya, Tuan Louis! Mantan mertuamu!" jawab Daniel dengan sinis.David terdiam sesaat sebelum akhirnya dia membenarkan emosinya.Dengan sikap tenang, David berkata pada Elyana dan yang lainnya, "Aku akan meminta orangku untuk segera menyiapkan pesawat untuk kalian berangkat ke kota Lyon."Ucapan David itu membuat Arani dan Rosyana terkejut."Apa itu benar?" tanya Arani dengan sedikit ragu.Arani tidak yakin dengan ucapan David yang akan memfasilitasi kepulangan mereka ke Kota Lyon. Karena, Arani dan yang lainnya sudah tahu tentang hubungan David dengan Yuan Louis yang sedikit tidak baik. Mungkin saja David sudah tidak sudi lagi menginjakkan kakinya di rumah keluarga Louis, juga tidak sudi meminjami mereka pesawat pribadinya untuk terbang ke kota Lyon.Namun, jawaban David selanjutnya membuyarkan semua pikiran buruk Arani tentang pria itu."Tentu saja! Aku akan ikut dengan kalian ke Kota Lyon!""Hah???" Daniel pun sama terkejutnya
David yang terlihat lelah karena semalam tidak tidur dengan baik, berjalan dengan langkah pelan mendekati Elyana. Tatapan matanya sayu, namun masih bisa menatap wanita di depannya dengan antusias.Semua orang pun terdiam. Tidak ada yang berani bergerak ataupun bersuara.Di suasana tegang itu, terdengar suara anak kecil yang memecah keheningan di antara mereka, "Mami! Ayo kita pergi. Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat!""Mami?" gumam David sambil menoleh—melihat anak kecil yang terlihat sangat lucu itu dengan jaket hijau di tubuhnya.Alvano pun menatap David sekilas, lalu memalingkan muka dengan cepat setelah melihatnya. Sama sekali tidak tidak tertarik dengan kehadiran David di sana."Ayo, Mi!" Alvano menarik tangan ibunya dan melangkah maju untuk masuk ke dalam taksi.Alvano bergidik ngeri ketika melihat pria yang menurutnya seperti penculikan itu berjalan ke arah mereka. Apalagi saat ini, pria itu menghampiri ibunya. Alvano ha