Hari yang cerah diawali dengan langkah mantap seorang pria dengan jas putih kebesarannya. Turun dari mobil sedan abu, aura tegasnya menguar begitu jelas.Sang pemilik punggung tegap itu bahkan tak sungkan melempar senyum balik kepada orang-orang yang menyapanya."Pagi, Dokter Hexa."Ya, dia-lah Hexa Alexander, direktur RS Internasional yang kini telah kembali bekerja setelah satu minggu beristirahat pasca kepulangan dari insiden kala itu. Anggukan juga seulas simetri sabit tercetak di bibir Hexa. "Pagi."Ditemani oleh dua asisten dokter di belakangnya, Hexa menaiki lift yang berada di ujung lorong. Tujuannya kini mengarah ke gedung H, tempat diadakannya meeting penting hari ini."File evaluasi-nya sudah siap semua kan?" tanya Hexa pada Armer, asisten dokter yang kebetulan mendapat bagian untuk mengurus laporan pasien khusus."Sudah, Dok. Semuanya aman." Armer menjawab dengan lugas yang disambut anggukan singkat dari Hexa.Ketika hendak menekan tombol lift, secara bersamaan Allice mun
Hari yang dinanti-nanti kini telah tiba. Momen sakral dan janji suci sehidup semati akan seger digelar sempurna dalam suasana hangat nan intim ini. Sengaja memilih hutan pinus dengan tema rustic, baik Dhea maupun Hexa benar-benar ingin menggelar pesta pernikahan mereka berbalut style vintage. Jajaran kursi kayu berselendang cream dan panggung dihias tanaman rambat yang cantik natural semakin menghidupkan kentalnya suasana. Tepat pukul sembilan pagi, Dhea melangkah menuju tempat pelaminan diiringi Allice juga salah satu kerabat dekatnya. Mengenakan gaun sederhana berenda broken white, Dhea tampil menawan. Begitu pula dengan Hexa yang telah menunggu di panggung pelaminan. Pria tampan itu begitu sempurna dalam balutan jas berdasi kupu-kupu berwarna senada. "Cantik. Sangat cantik," puji Hexa ketika Dhea telah tiba di depan matanya dan tangan ini terulur menyambut sang calon istri. Dhea mengulum senyum. Sungguh, pipinya terasa memanas. Tapi Dhea tak bisa berkutik selagi ini masih pros
"Aku tidak butuh dokter dan obat. Aku hanya perlu kamu, di sini." Oscar selalu menunjukkan sisi gemasnya di depan Lucetta. Berbeda kalau sudah bersama anak buah dan orang luar, Oscar tak mungkin manja seperti ini.Walau hatinya sedikit tersanjung dan ikut menghangat karena ucapan Oscar, tapi Lucetta tak ingin egois. Dia harus mengutamakan kesehatan suami tercintanya."Not for now, Hubby. Kamu perlu istirahat penuh dan obat supaya cepat sembuh." Lucetta mengurai pelukan itu.Lantas, mengelus rahang tegas Oscar dengan lembut. "Aku nggak tega lihat kamu muntah-muntah terus kayak tadi."Sumpah demi apapun, baru kali ini Lucetta mendapati sang suami yang biasanya sehat bugar bahkan nyaris tak pernah jatuh sakit karena hal sepele kini terlihat pucat.Bahkan muntahan isi perutnya sudah memperlihatkan dengan jelas bagaimana rapuhnya kondisi Oscar pagi buta ini.Meski
Waktu terus bergulir hingga tak terasa empat bulan telah berlalu dengan pasang surutnya. Kehidupan Nadya yang berjuang seorang diri demi menjaga calon anaknya pun tak selalu berjalan mulus. Dengan kondisi perut yang semakin membesar, Nadya rela banting tulang tanpa memandang siang atau malam. Niat hati menetap di pinggiran kota. Tapi ternyata dia membutuhkan uang lebih setelah perutnya yang makin membesar. Belum lagi nanti biaya lahiran dan merawat anak. Nadya pun keluar dari persembunyiannya dan kembali ke kota. Beruntung, Allice menawarkan lowongan pekerjaan di sekolah Brian dan Anna. Sebenarnya bisa saja di perusahaan Arsen. Tapi Nadya tidak mau mengulang kisah lama dimana dia pernah mencoba menggoda Arsen dan merusah rumah tangga bosnya itu. Jadilah dia di sini sekarang. Sudah satu bulan menjadi staff administrasi di sekolah Brian dan Anna juga sesekali menerima pesanan catering di sela-sela waktu senggang, jadi rutinitas harian Nadya. "Allice," sapa Nadya dengan senyum ramah s
Mata Nadya menyipit memperhatikan pria bertopi yang sedang menatapnya. Tidak nampak wajah itu karena memakai masker. Karena penasaran, Nadya pun berjalan mendekat.Sayangnya, saat dia sudah hampir dekat dengan orang yang mencurigakan itu, si pria langsung berlari dan menghilang.“Siapa ya? Ngga mungkin kan ada orang jahat. Aku ngga punya musuh,” gumam Nadya."Hei, Nad! Astaga aku cari ke mana-mana ternyata kamu di lorong ini?" Allice menghela napas, lega karena akhirnya bisa menemukan Nadya.Ibu hamil itu sempat tersentak. Tapi dia akhirnya memberikan ringisan kecil pada Allice. "Maaf, ada sedikit insiden yang tidak terduga jadi aku terhenti di sini."Kontan, Allice menatap Nadya dengan raut panik. "Insiden apa? Kamu tidak kenapa-napa kan?""I'm okay. Hanya sedikit bersenggolan dengan ibu-ibu tadi, tapi dia juga tidak sengaja kok. Semua baik-baik
Hari ini, Oscar tengah menangani sebuah proyek baru di Singapura bersama kolega bisnisnya. Bukan tanpa alasan, tentu karena dia ingin melihat Nadya secara langsung. Sebab jarak Singapura ke ibu kota Indonesia hanya 1 jam perjalanan udara.Lucetta? Oscar tau kalau istrinya selalu ikut kemanapun dia pergi. Itu sebabnya dia memilih Singapura untuk melancarkan rencananya."Hubby," panggil Lucetta yang saat ini menghampiri Oscar di tepian ranjang.Dengan manjanya, Lucetta bergelayut di lengan kekar sang suami. "Nanti malam kita shopping berdua di Marina By Sand ya?"Oscar yang semula tengah mengecek beberapa email di ponsel refleks menoleh. Keningnya mengerut seakan tak sependapat dengan permintaan Lucetta."Kamu lupa kalau jam tujuh nanti aku dan asisten pribadiku harus temani Mr. Ben dinner sekaligus bahas kelanjutan proyek?" Mendengar respon Oscar yang berbanding terbalik dengan harapannya, bibir Lucetta mencebik kesal. "Ingat, tapi kan setelah dinner juga bisa.""Lagipula katamu kita
“Kandungan Anda baik-baik saja, Nyonya. Janinnya berkembang dengan sangat baik dan sehat. Meski begitu, saya harap Anda tetap rutin mengonsumsi vitaminnya.”Penjelasan yang disampaikan Dokter Hana, wanita paruh baya yang sudah empat bulan ini menangani jadwal kontrol bulanannya.Nadya mengangguk dengan lengkungan simetri sabit. Ada kelegaan yang menguar di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.“Baik, Dok. Saya akan mematuhi semua perintah Dokter demi kesehatan calon bayi saya,” sahut Nadya yang disambut senyum juga oleh Dokter Hana.“Dari yang saya lihat, Anda sepertinya sedang sangat bahagia. Dan jujur, itu cukup bagus untuk stabilitas kondisi janin Anda.” Dokter Hana menatap binar di manik mata Nadya.Jari telunjuk Nadya mengarah pada dirinya sendiri. “Apa begitu kelihatan, Dok?”Dokter Hana tertawa kecil lalu mengalihkan pandangan ke arah Devan yang saat ini tengah membelakangi ruang pemeriksaan karena sedang mene
Sikap Oscar yang tidak biasa membuat Lucetta curiga. Semua tau kalau pria itu sangat mencintai istrinya. Bahkan Lucetta pun merasakan cinta itu. semarah-marahnya Oscar, dia tidak pernah bertindak kasar pada Lucetta. Tapi kali ini Oscar sudah melakukannya. Semalaman dia benar-benar menyiksa istrinya tanpa dia sadari. Oscar pulang dalam keadaan bau alkohol kemudian langsung menarik Lucetta ke atas ranjang. Dia melakukannya dengan sangat kasar. Pagi ini, matahari sudah menerobos celah tirai kamar, tapi Oscar masih terlelap. Sangat lelap. Sampai tak mendengar bunyi isak tangis sejak tadi. Lucetta kesakitan beranjak dari ranjang kemudian menyeret kakinya untuk masuk ke kamar mandi kemudian berendam di bathtub berisi air hangat. “Cari tahu, apa yang Oscar lakukan semalam!” titah Lucetta saat menelfon salah satu orang kepercayaannya melalui telefon. Dia lalu meletakkan ponselnya di sisi bathtub kemudian melanjutkan membersihkan tubuhnya. “Aku yakin ada yang kamu sembunyikan, Oscar.” Luc