Share

Keputusan Mutlak

Penulis: Ute Glider
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-24 20:16:30

"Tidak."

Hanya satu kata tegas dari mulut Arsen, tapi ampuh membuat tatapan kosong Allice berubah menjadi sorot kebencian. Pun dengan kedua tangan Allice yang terkepal, menahan sesak di dada.

"Berikan aku alasan," tekan Allice yang duduk bersandar di kepala ranjang rumah sakit.

Pria dengan kemeja abu yang sudah berubah lusuh seolah menggambarkan keadaan hidupnya yang tengah berantakan itu tampak menghela napas berat.

"Aku sudah minta maaf dan sebaiknya lupakan apa yang terjadi kemarin. Tidak ada gunanya memikirkan masalah itu."

Dagu Allice mendongak dengan tatapan tajam, "Tidak masalah kamu bilang? Aku keguguran, Arsen! Calon anak kita meninggal dunia dan kamu bilang aku harus melupakan itu semudah kamu menyakitiku?"

“Allice –“

“Apa? Bukankah kalau aku berpisah denganmu, kamu bisa menjaga ADIK-mu itu dengan baik tanpa gangguan dariku?”

Tak terasa air mata Allice menetes. Tapi wanita itu segera berpaling sambil mengusap buliran basah itu segera.

“Keluarlah, dan urus surat perceraian ki
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Wajah Cemburu yang Lucu

    “Kanker darah?” beo Arsen terhadap laporan Darren, dokter yang bertanggung jawab untuk pasien Nadya. “Ya, masih tanda-tanda awal. Tenang saja, masih bisa diatasi. Selama pasien rutin kontrol serta menjalani pengobatan dengan benar,” ungkap Darren. Dia memberikan kertas hasil laborat dan diagnosa dokter pada Arsen. Menjelaskan mengenai dampak penderita kanker darah stadium awal. “Mulai hari ini pasien sudah bisa pulang. Namun jangan lupa, setiap minggu ada jadwal kontrol,” ujar Darren sebelum dokter itu memeriksa sebentar kemudian pergi dari sana. “Mas Arsen, aku sakit parah. Aku –“ “Dokter sudah menjelaskan semua, bukan? Kamu akan baik-baik saja. Sekarang istirahatlah sampai perawat datang untuk melepas infusmu. Barang-barangmu yang ada di rumah sudah dipindahkan ke apartemen. Nanti anak buahku yang akan mengantarmu.” Arsen berucap tanpa ekspresi. Dia sedang pusing memikirkan hubungannya dengan Allice. Tidak sempat untuk meladeni Nadya. *** "Sialan! Gara-gara pembunuh itu, Mas A

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Dimana Kado Cincin Allice?

    "Hai, Sayang. Bagaimana kabarmu?"Imelda menghampiri menantu kesayangannya itu sambil mengecup puncak kepala Allice dengan penuh kasih sayang.Mendapat perlakuan istimewa yang hampir setiap hari diterimanya dari sang ibu mertua, Allice tentu merasa bersyukur.Setidaknya, dia bisa menjadi lebih tenang karena ada dukungan dari Imelda. Ya, walaupun selama ini Arsen selalu mencari gara-gara dengannya.Tatapan Allice tertuju pada Imelda. "Aku baik-baik saja, Mom,” sahutnya memberikan senyuman.Namun sesaat helaan nafas lirih terdengar. "Tapi sejujurnya, aku sangat merindukan Brian dan Anna. Sudah seharian aku belum bertemu dan memeluk mereka. Rasanya benar-benar hampa," keluh Allice teringat kedua anaknya.Bahu Allice dielus pelan oleh Imelda, "Sabar ya, Nak. Kita tunggu kondisimu sembuh total dulu baru setelah itu kita bisa pulang dan bertemu Brian juga Anna.""Apa mereka nakal selama aku di sini, Mom? Aku khawatir kalau Brian dan Anna merepotkanmu juga Daddy," ungkap Allice dengan raut c

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Trik Licik Arsen

    “Duh, gabut banget nih. Enaknya ngapain ya? Apa aku ajak Mas Arsen makan malam berdua aja ya?” Ide cemerlang itu tiba-tiba terlintas di kepala licik Nadya yang kini tengah berselonjor ria di empuknya ranjang. Jika boleh jujur, belum ada dua hari penuh menetap di apartment baru yang sebenarnya cukup mewah ini, tapi bagi Nadya tetap saja terasa membosankan.Tangan Nadya terulur, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Lantas, jemarinya bergerak menuju room chat seseorang yang disematkan dengan nama ‘Mas Calon Suami’.Ya siapa lagi kalau bukan Arsen?‘Mas, sibuk nggak? Aku lapar. Kangen makan di Satechan yang dulu kita sering mampir.’Satu menit, dua menit, tidak ada tanda-tanda pesan yang Nadya kirim akan dibalas Arsen. Jangankan mengetikkan jawaban, centang dua-nya pun masih abu-abu.“Ih, sebel deh! Mas Arsen kok jadi slow respon begini sih! Padahal dia paling gercep kalau aku chat,” gerutu Nadya dengan bibir tertekuk kesal.Karena tak sabaran, Nadya pun akhirnya memutuska

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Drama Mobil Mogok

    "Aku tidak akan membawa Nadya tinggal bersama kita lagi."Allice tidak sesiap itu untuk mendengar berita tak terduga dari bibir suaminya yang entah mengapa mendadak bisa berubah.Ah, maksudnya tidak seperti hari-hari sebelumnya ketika Arsen begitu keras kepala apabila sudah membicarakan tentang adik tersayangnya itu."Kamu bercanda kan?" Allice tak mau terbawa angin bahagia dulu.Arsen menautkan alisnya. "Apa wajahku terlihat sedang main-main?"Bahu Allice terangkat asal. Enggan menatap wajah Arsen lebih lama atau kesehatan jantungnya bisa dipertahankan.Berbeda dengan Allice yang sedikit masih tidak percaya, dua anaknya—Brian dan Anna justru kompak memekik senang mendengar hadiah Arsen untuk ibu mereka."Asikk! Akhirnya tante kunti itu pergi! Yeay! Istana kita aman, Kak!" seru Anna yang langsung ber-tos ria dengan Brian."Good job, Anna. Kita bisa bermain dengan tenang sekarang," sahut Brian yang langsung diangguki penuh semangat oleh Anna.Seirama dengan Brian dan Anna, ekspresi bah

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Kejutan Selamat Datang

    “Apa lagi?” Arsen tidak suka menatap Darren. Darren lalu menunjuk ke arah depan mini market dekat sana. “Ada kesukaanmu, Allice. Kamu tidak ingin main?” Sepasang suami istri itu pun sama-sama memandang ke arah yang Darren tunjuk. Rupaya ada tiga mesin capit berjejer di depan mini market. “Ck! Kamu pikir Allice anak kecil?” Arsen tersenyum mengejek. Namun siapa sangka Allice berkata lain, hingga membuat senyuman mengejek Arsen menghilang. “Aku ingin main sebentar.” Allice tersenyum senang melihat deretan mesin capit. Inner child-nya seketika muncul melihat permainan yang dulu sering Allice dan Darren mainkan. Bukan karena ingin mengenang masa lalu. Tapi kalau sudah bermain mesin capit dia akan konsentrasi membuat masalah terlupakan sejenak. Lalu saat mendapat barang yang diinginkan, terasa begitu gembira. Setelahnya beban yang ada di pundak mulai ringan. Darren tau itu. Dan dia gunakan untuk menahan Allice lebih lama bermain dengannya. “Allice, kamu tidak boleh berlama-lama dil

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-28
  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Kejutan Dalam Pelukan

    Pagi hari, Allice bangun di jam biasa. Mata ngantuknya menatap sisi ranjang. Kosong. Bahkan terakhir Allice memilih untuk tidur, Arsen masih belum juga pulang.“Dia tak pulang?” pikirnya.Allice mengucek matanya yang masih belum segar. Saat beranjak, Eleana melihat sesuatu yang aneh dalam pelukannya.“Lho, bonekaku?”Dia sangat terkesiap. Bahkan Allice sampai menjauhkan boneka kelinci yang kini berubah bentuk.“Kenapa jadi bentuknya besar begini?” Allice melihat ke kanan dan kiri. Mungkin boneka yang Darren dapat dari mesin capit ada di tempat lain. Tapi tak ada.Hanya ada boneka berukuran setengah tubuh Allice. Dengan bentuk kelinci dan warna yang sama persis seperti versi kecil sebelumnya.Allice akhirnya mengecek boneka itu. Membolak balikkan mungkin dia menemukan jawaban. Tapi tak ada.“Arsen? Pasti dia yang mengganti bonekanya.”Allice beranjak dari ranjang. Kondisinya pagi ini sudah membaik. Jadi dia bisa bergerak cepat memeluk boneka besar itu keluar kamar.Tujuan dia adalah Bi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Meminta Kesempatan

    Allice mengarahkan kamera ponsel Arsen ke arah wajah si pemilik sebagai face unlock. Baru kemudian wanita itu membuka room chat.“Bisa-bisanya dia terus seperti ini,” gerutu Allice lirih membaca kata demi kata pesan itu.Nadya, nama itu terpampang disana. Wanita itu mengirim satu bubble dengan isi pesan yang sangat panjang. Ditambah satu foto tisue yang terdapat noda darah.Pada intinya, Nadya mencari simpatik Arsen. Dia mengatakan pusing, hidungnya kembali mimisan dan menginginkan Arsen datang ke apartemen.‘Nadya terkena kanker darah?’ bisik Allice dalam hati ketika membaca semua curhatan Nadya.Dia pun teringat penyakit yang Safira alami hingga sampai pada stadium akhir dan meninggal. Tidak dipungkiri, faktor genetik menjadi pemicu Nadya untuk mendapatkan penyakit yang sama.Allice memandang wajah Arsen yang masih tertidur. Apa sebergantung itu Nadya pada Arsen? Hingga perkara pusing saja harus laporan pada Arsen.Karena penasaran, Allice menggulit ke atas pesan yang Nadya kirim. B

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Dokter Cabul

    Arsen berusaha untuk melaksanakan apa yang dia janjikan pada Allice. Yaitu menjauhi Nadya. Oleh karenanya, dia bukan membalas pesan Nadya ketika gadis itu terus merengek sakit. Melainkan Darren.Dia sudah membayar biaya untuk menjadikan Darren sebagai dokter pribadi Nadya. Dimana sang dokter bisa datang ke apartemen untuk memeriksa pasien ketika tidak jadwal Darren praktek di rumah sakit.Di dalam apartemen, Nadya sungguh merasa bosan. Dia sudah ingin ke kantor. Setidaknya dia bisa bertemu dengan Arsen dan memiliki kegiatan.Namun, Arsen hanya memberikan tugas supaya Nadya bisa Work from Home.Nadya menghela nafasnya merenggangkan jemarinya yang kaku karena sejak tadi berkutat di depan laptop. Dia lirik ponsel yang tergeletak di samping. Tak ada balasan apapun dari Arsen.Padahal dia sudah mengirim ulang foto hidungnya yang mimisan. Tapi masih diabaikan.Hingga detik berikutnya, bel apartemen berbunyi. Seketika senyuman Nadya mengembang sempurna.“Mas Arsen?”Gadis itu beranjak dari k

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   HAPPY ENDING

    Drrttt ... Drrttt ... Drrttt ...Gerakan polesan brush berwarna pink di sela jari telunjuk juga jempol berkutek peach itu seketika terhenti.Atensi wanita cantik yang tengah duduk di kursi rias langsung beralih pada sebuah ponsel yang tergeletak di atas nakas."Siapa ya?" Tangan Nadya terulur, meraih benda pipih nan canggih tersebut.Begitu sepasang netra amber ini menyorot sebuah nama yang tertera di layar ponsel dalam genggamannya, detik itu juga Nadya membuka mulutnya lebar-lebar dengan raut terkejut."Wah serius ini Allice video call?!"Tanpa ba-bi-bu, Nadya segera menggeser icon hijau tersebut dan saat itu juga pandangannya disambut senyum juga lambaian tangan dari Allice di sebrang sana."Haii, Nad!" sapa Allice dengan wajah sumringahnya.Nadya tersenyum lebar lalu ikut melambaikan tangan. " Allice haloo!""Ih kangen banget aku sama Allice tau. Udah setahun lebih nggak ketemu kan kita?" tanyanya sambil mengingat-ingat kapan terakhir berjumpa.Tawa Allice meluncur renyah. "Iya ma

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Janji Suci

    "Kamu yakin ini rumahnya?"Oscar menoleh ke kiri, menatap wanita cantik dengan blouse dusty pink yang kini sebelah tangannya menggenggam stroller bayi berwarna senada."Iya bener kok ini tempatnya. Tunggu, biar aku yang tekan belnya," sahut Nadya yang setelahnya langsung mengulurkan tangan, menekan bel di dinding berwarna silver itu. Menunggu beberapa detik, barulah pintu terbuka. Menampilkan sosok wanita dengan rambut digelung indah yang muncul dengan raut terkejut."Nadya? Ini beneran kamu? Udah sehat?" pekik Allice begitu senang melihat Nadya di hadapannya setelah 2 bulan tanpa kabar.Terakhir Nadya ijin melalui pesan singkat kalau dirinya akan ke Italia untuk mengurus ini dan itu di kediaman Oscar sebelum melangsungkan pernikahan.Wanita muda berblouse dusty pink itu terkekeh geli. Dipeluknya tubuh Allice seperti seorang adik yang merindukan kakaknya."Surprise! Yes, it's me, Allice," timpal Nadya masih dengan tawa jahilnya sebab merasa berhasil membuat kejutan ini.Allice mengura

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Akhir Kisah Mereka

    "Kamu gila ya?! Kamu pikir nikah itu seperti anak kecil merengek minta dibelikan permen?" Nadya mendelik tajam, jelas saja ia melayangkan protes.Manusia mana yang tiba-tiba dengan asal mendesaknya menikah padahal belum juga ada pembicaraan khusus ke arah sana.Ya meskipun sudah ada Isabel di antara dirinya dan Oscar, tapi tetap saja butuh waktu juga persiapan untuk menuju ke jenjang pernikahan yang sebenarnya.Oscar melirik Lexa yang menyembulkan kepala di balik pintu kamarnya. Lalu, dilemparnya kode agar adiknya itu berhenti mengintip.Seolah tahu kakaknya butuh privasi, akhirnya Lexa menurut dan mundur dari sana. Memberi ruang pada dua orang dewasa di ruang tengah itu.Dirasa waktunya sudah tepat, Oscar segera mengalihkan atensi wanita di hadapannya ini. "Kamu lapar kan? Ke dapur sebentar yuk.""Mau aku buatkan makanan apa?" tawarnya dengan nada selembut mungkin. Enggan membuat Nadya merasa tak nyaman berada di dekatnya.Sebelah alis Nadya terangkat. Sedikit merasa aneh mengetahui

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Ayo, Menikah!

    "Loh, kalian sudah pulang?"Membuka pintu mansion megah tersebut, kelopak mata Imelda terbuka lebar juga mulutnya menganga saat mengetahui siapa yang datang.Bukan. Bukan karena Imelda tak suka, melainkan heran dan ekspetasinya sedikit meleset."Kenapa tidak kasih kabar dulu? Mama kan bisa jemput di bandara. Terus Nadya mana? Kok tidak bareng sama kalian?"Runtutan pertanyaan itu seketika membombardir Allice juga Arsen yang saling melempar pandang dan menahan senyum.Arsen menyahut enteng. "Anggap aja ini surprise, Ma. Lagi pula, Mama tidak senang aku dan Allice pulang lebih cepat?""Memangnya Mama tidak rindu pada Brian dan Anna?"Baru saja kedua nama bocah itu disebut, kakak beradik tersebut turun dari mobil ditemani suster mereka yang juga ikut saat terbang ke kota tempat tinggal Nadya kemarin."Omaa!" pekik Anna sambil berlari kencang ke pelukan Imelda.Untung saja, Imelda dengan sigap menangkap tubuh mungil cucunya yang selalu menggemaskan ini. "Ututuu ... Cucu Oma yang cantik."

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Mulai Membuka Hati Lagi

    Suara tangisan bayi di dalam box khusus itu menggema di seluruh penjuru ruang bernuansa putih ini.Nadya yang semula nyaris memejamkan mata spontan terperanjat dan refleks mengalihkan pandangan ke arah sang putri kecil yang menangis keras."Cup cup cup, Sayang. Bunda di sini, Nak," ucap Nadya sambil tangannya terulur, menggoyangkan box tersebut dengan lembut, mencoba menenangkan bayinya.Namun ternyata, gerakan itu tak cukup untuk membuat putrinya diam dan kembali terlelap. Yang ada justru tangisnya kian menjadi-jadi.Hal tersebut jelas membuat Nadya kelimpungan dan panik. Jujur saja, tubuhnya masih belum bisa diajak kompromi hanya untuk turun dari ranjang lalu sekadar menggendong tubuh mungil itu."Aduh ... Aku mesti gimana?" gusar Nadya dengan tubuh lemas juga wajah pucatnya itu.Hati ibu mana yang tega membiarkan bayinya menangis. Nadya akhirnya memaksakan diri untuk mendudukkan badan yang rasanya tak karuan ini."Eh tunggu! Tetap di sana. Biar aku aja," cegah Oscar yang tiba-tiba

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Mengungkap Semua

    Suara ketukan di balik pintu ruangan bernuansa putih pucat itu sampai ke telinga seorang wanita berambut panjang yang duduk bersandar di brankar dengan wajah datar.Nadya refleks menoleh. Atensinya beralih pada gadis berkaki jenjang yang kini mengenakan outfit casual dibalut dengan syal tipis yang melingkar di leher."Excuse me, apa aku boleh masuk?" izin gadis berbola mata biru cerah di ambang pintu tersebut.Meski sorot mata keduanya bertemu di satu titik yang sama, bibir Nadya tetap terkatup rapat. Ia tak menyahut. Membiarkan tamunya masuk dengan sendirinya.Dengan senyum ramah, gadis itu menghampiri brankar Nadya. "Maaf kalau aku menganggu waktu kamu berisitirahat, tapi izinkan aku memperkenalkan diri."Di sana sudah ada box bayi. Di mana bayi yang belum berumur 1 minggu itu tengah tertidur pulas setelah suster memacu ASI Nadya lalu bayi pun minum ASI untuk pertama kali. Pertama kali pula bayi itu kenyang dan tidur pulas di dalam box.Baiklah, jadi Lexa punya banyak waktu untuk bi

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Kecupan Hangat

    Sudah berapa jam Allice dan Arsen membiarkan Oscar di dalam menemani Nadya. Tentu Oscar tidak akan menyiakan setiap detik waktu yang ada. Dia tidak hentinya memandang wajah yang sangat dia rindukan itu.Digerakkan jemarinya untuk mengusap dahi, hingga alis Nadya yang tebal. Mengusap lembut pipi kenyal yang sedikit berisi. Lalu dia geser hingga menyentuh bibir yang sering kali bisa menenangkannya dikala banyak pikiran.“Dingin,” ujarnya saat pada bibir pucat itu.Dengan gerakann pelan, Oscar membungkukkan badannya. Dia melumat halus bibir dingin dan kering.“Bangun, Nadya,” ucapnya lirih melepas sejenak bibir itu. Kemudian dia lakukan lagi, begitu ringan gerakannya, hanya sekedar ingin menghangatkan. Tanpa nafsu sedikitpun.Tanpa Oscar ketahui, ulahnya itu mampu merangsang saraf Nadya. Jemarinya bergerak merespon tanpa ada yang melihat.CUP!Oscar berpindah mengecup dahi itu, begitu dalam hingga matanya terpejam untuk menikmati dan menghirup aroma kulit wanitanya. Baru setelahnya dia m

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Berhasil Menggenggam Tangannya

    Oscar memandangi anaknya dari depan kaca ruang perinatologi. Hatinya resah saat melihat bayi itu terus saja menangis.“Permisi!” Oscar mencegah perawat yang hendak masuk.“Iya, Pak?” tanya perawat.“Apa saya boleh menggendong anak saya?” tanya Oscar menunjuk pada bayi di dalam box.“Saya suami Nadya, ibu dari bayi itu.” Pria itu sampai menunjukkan foto dirinya bersama Nadya yang diambil ketika mereka masih bersama dulu.“Ah, boleh. Tapi hanya sebentar. Dan semoga bayinya bisa berhenti menangis kalau di dekapan ayahnya.”Oscar mengikuti perawat masuk ke ruang perinatologi. Hatinya begitu gembira setelah melihat bayinya. Padahal sebelumnya dia belum pernah sebegitu tertarik pada seorang bayi.Seperti anjuran perawat, Oscar lebih dulu cuci tangan menggunakan sabun hingga bersih lalu mengeringkannya. Setelahnya dia berbalik dan sudah melihat perawat itu menggendong sang bayi yang masih saja menangis.Tiba-tiba rasa gugup menyelimuti, tapi hasratnya sungguh ingin menggendong bayi itu.“Tua

  • Terjebak Pernikahan Penuh Derita   Sisi Lembut Oscar

    "Ternyata kau di sini."Arsen menghampiri Dev yang tengah berdiri menyendiri di rooftop rumah sakit sembari memandang langit yang mulai berubah warna. Senja, seharusnya indah tapi entah kenapa terasa berbeda bagi Dev kali ini."Ah, Arsen. Kamu sudah sampai? Maaf belum sempat menyapamu dan Allice," sahut Dev yang kini berbalik badan, membalas tatapan mata Arsen dengan sebuah senyum kikuk.Tangan kanan Arsen menepuk bahu kiri Dev layaknya seorang kerabat dekat. "No problem, santai saja.""Sejujurnya, aku senang saat tahu Nadya ada bersamamu. Karena aku sangat yakin, kamu akan menjaganya dengan sangat baik."Menghela napas panjang, Dev lantas menggeleng lesu. "Tapi aku gagal menjaganya dan membuat bayinya lahir di waktu yang tidak seharusnya."Arsen tersenyum tipis. Setidaknya dia mengerti ada rasa bersalah dari sorot mata Dev."Jangan memandang rendah dirimu sendiri seperti itu, Dev. Kita sudah berteman cukup lama. Aku tahu seperti apa kamu memperlakukan wanita. Apalagi, dia adalah Nady

DMCA.com Protection Status