Ceklek! Clara sontak menoleh, wanita cantik itu langsung menangis saat mendapati Mama mertuanya berada di ruangan ini. Wanita cantik itu langsung bangkit dan membiarkan Anne menghambur ke pelukan Naresh, sementara ia hanya mampu menatap nanar pemandangan di depannya."Bagaimana keadaan kamu, Sayang?" tanya Anne."Aku baik-baik saja, Mah." Clara langsung menunduk. Benar, hanya dia saja yang tidak di kenali suaminya. Apakah ingatan sang suami belum mengukir namanya? Huh, Clara hanya mampu menarik napas dalam beberapa kali. Hatinya sungguh sesak.Selanjutnya Anne beralih kepada Clara, wanita paruh baya itu memeluk tubuh mungil sang menantu. Beberapa kali ia juga melabuhkan banyak kecupan sayang di wajah sembab tersebut."Apa kabar, Sayang?""Aku baik-baik saja, Mah. Hanya saja ...," ucapnya terhenti."Hanya saja apa?""Mas Naresh nggak mengenali aku."Deg!Anne terhenyak, raut wajahnya syok mendengar penuturan menantunya. Ia tahu kalau kepala putranya mengalami benturan dahsyat, tetapi
"Eh, kamu belum sembuh, Mas!""Lalu, kau pikir aku lemah? Begitu?"Clara menggeleng sambil mengalungkan tangannya ke leher suaminya, sedangan Naresh menggendong sang istri ke bath up. Ruang rawat VIP bak hotel tersebut memiliki kamar mandi sangat mewah, fasilitas di dalamnya juga tidak main-main. Bahkan bisa di katakan setara dengan hotel.Naresh mulai menurunkan tubuh mungil tersebut ke dalam bath up yang masih kering. Jemarinya mulai melepas satu demi satu kancing baju sembari bibirnya terus memberikan kuluman hangat pada bibir manis sang istri. Hinnga semua kancing sudah berhasil dilepaskan, hanya tinggal membuang kain itu saja.Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar pintu kamar mandi.Tok! Tok! Tok!Naresh tidak peduli, ia tetap meneruskan kegiatannya memberikan remasan lembut pada dua gundukan favoritnya tersebut.Tok! Tok! Tok!"Naresh, kamu di dalam?""Mas, itu suara Mama," ujar Clara dengan suara berbisik."Beruntung itu Mama, kalau orang lain pasti aku sudah memat
Sekitar pukul sembilan pagi, mobil mewah keluaran terbaru tersebut baru saja terparkir di halaman kediaman utama. Naresh dan Clara langsung keluar dan melangkah bersama ke dalam kediaman mewah tersebut. "Tenang, Mas. Nggak akan terjadi sesuatu yang bahaya kepada Mama. Pikirkan saja yang baik-baik, kamu 'kan juga baru sembuh," ujar Clara saat melihat suaminya masih gelisah."Iya. Maaf sudah membuatmu khawatir," jawab Naresh.Clara lantas mengangguk, selanjutnya ia menggamit lengan lelaki tampan itu dan meneruskan lagi langkahnya. Hingga saat keduanya tiba di pintu, banyak pelayan yang menghampiri, dan menuntun keduanya menuju ruang tengah.Naresh dan Clara tidak ada yang menolak, keduanya menurut tanpa berbicara apapun, hingga sampailah mereka berdua di ruang tengah. Ternyata di sana sudah ada Anne dan beberapa jajaran petinggi perusahaan."Tuan Naresh," ucap Delon, asisten pribadinya yabg sedari tadi ada di ruangan tersebut."Ada apa, Delon?"Delon melirik sebentar kepada Anne, semen
Matahari bersinar dengan gagahnya di angkasa, siang ini cuaca sangat panas. Kendati demikian sama sekali tidak menyurutkan tekad Clara untuk menguak misteri penanam virus di perusahan Mama Mertuanya.'Setidaknya aku bisa melakukan hal baik untuk perusahaan ini sebelum aku pergi dari sini. Semoga setelah ini Mahendra Company nggak akan kebobolan lagi, aku akan minta hacker terbaik buat tanam pelindung super canggih. Yeah ... anggap saja ini hadiah terindahku untuk perusahaan ini, karena beberapa minggu lagi genap satu tahun pernikahan. Itu artinya, aku akan pergi dari sisi Mas Naresh dan keluarga Mahendra,' batin Clara.Pandangannya terus menatap lurus ke jalanan di depannya, saat ini ia sedang berada di dalam mobil bersama sang suami. Tujuan mereka kali ini adalah gedung perusahaan Mahendra Company, karena beberapa saat lalu Delon telah berhasil menghubungi Victor.Yeah, hacker tampan itu masih ada hubungan kerabat dengan Mahendra Group. Wajar saja meskipun sedang sibuk, Victor tetap
"Akh ...!" pekik pria tersebut saat Naresh langsung mencekik lehernya.Naresh berjalan cepat memasuki kamar dengan tangan yang masih mencengkeram kuat leher pria itu, sementara Delon langsung mengunci pintu, dan menyalakan alat kedap suara."Katakan! Apa mau mu mengacaukan sistem perusahaan ku!"Pria tersebut masih batuk-batuk, sesekali tangannya mengusap leher. Namun, sejurus kemudian senyuman aneh terbit di bibirnya."Kau lupa siapa aku, Tuan Naresh?!" tanyanya penuh penekanan.Hening! Naresh tidak bergeming."Aku adalah pegawai yang beberapa bulan lalu kau rekrut. Aku ini jajaran petinggi perusahaan! Jadi, siapa yang salah? Kau yang terlalu polos dan bodoh, atau aku yang terlalu pintar berkamuflase?!""Sialan! Kau menipu ku!"Bugh!Satu pukulan melayang bersama darah segar mengalir dari hidung mancung pria itu. Matanya memerah, sekejap kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada Clara yang juga berdiri di samping Naresh."Kita sudah berkenalan, Bu Clara. Kau pasti masih ingat namak
Mobil sport keluaran terbaru tersebut melaju cepat membelah jalanan raya, panasnya aspal sama sekali tidak membuat Naresh mengurangi laju kendaraannya, yang ada kakinya malah semakin menekan pedal gas. Sedangkan Clara, sedari tadi wanita cantik itu sudah menghubungi Delon dan Victor. Ia meminta dua pria itu segera menuju ke suatu lokasi yang di yakini tempat Anne disekap."Beruntung mereka tidak mengetahui gps di kalung Mama, Cla. Kalau tidak, aku akan frustasi karena kehilangan jejak Mama.""Yeah, Mama adalah wanita pintar. Beliau selalu bisa tenang dan memanfaatkan keadaan sebaik mungkin. Semoga Mama dalam keadaan baik-baik saja di sana.""Mama akan baik-baik saja, kalau terdapat luka di tubuhnya maka aku akan memenggal kepala perusuh itu. Semuanya!"Clara mengangguk. Selanjutnya ia kembali menatap jalanan di depannya. Tampak jalanan yang lebih sempit dari jalan utama, sekelilingnya hutan, tetapi beruntung sudah aspal. Clara mengalihkan pandangannya pada pohon-pohon yang tumbuh ting
Brakkk!"Vic ... tolongin Clara," ucap Naresh dengan suara lirih di tengah-tengah ketidaksadarannya.Victor segera menggendong tubuh Clara, sedangkan Delon turut bingung. Sementara tangannya tengah menggendong Anne. Untung saja beberapa saat kemudian beberapa bodyguard miliknya datang, sehingga Naresh bisa lekas di papah."Tuan, cepat pakai ini." Bodyguard tersebut memberikan alat bantu pernapasan kepada Naresh. Selanjutnya lelaki bertubuh besar itu mendudukkan tubuh Tuannya secara perlahan di bangku Limousine."Terima kasih.""Sama-sama, Tuan. Efek asap itu akan segera hilang saat udara segar sudah masuk ke paru-paru Anda.""Yeah."•Limousine mewah tersebut menjadi saksi seorang anak yang menangis pilu mendekap erat ibunya. Yeah, Naresh tergugu saat melihat keadaan Anne penuh luka lebam. Entah penyiksaan apa yang wanita paruh baya itu terima.Keadaan Anne masih tidak sadarkan diri, juga ada bekas darah yang mengering di sudut bibirnya. Naresh fokus memandang wajah sang Mama, Anne, s
Naresh tiba di rumah sakit dan melihat Clara menangis histeris di depan pintu, sementara Delon terus berjalan mondar-mandir dengan raut bingungnya. Tubuh lelaki itu sontak melemas. Ia takut. Dirinya belum kuat jika harus mendengar kabar buruk."Ayo, Naresh. Tante Anne nggak selemah ini," ucap Victor."Iya," jawabnya singkat.Langkahnya telah sampai di depan pintu. Tubuh kekarnya langsung di peluk oleh Clara, wanita cantik itu menumpahkan banyak cairan bening pada dada bidangnya."Ada apa, Cla? Mama kenapa?" tanya Naresh dengan suara pelan."Aku nggak tahu, Mas. Tiba-tiba Mama kejang ... aku bahkan belum sempat masuk, aku cuma bisa ngintip dari kaca.""Mama sempat sadar?" tanyanya lagi."Aku nggak tahu. Dokter juga belum keluar sejak tadi.""Kita doakan saja, Cla. Kita harus yakin kalau Mama bisa melewati ini semua," ucap Naresh berusaha menguatkan, padahal hatinya juga sangat rapuh.Clara mengangguk. Dengan perlahan wanita cantik itu menjauhkan dirinya dari tubuh sang suami, ia juga m