“Nanti berkas ini ajukan dulu ke Pak Nanda,” ucap Bastian sambil berjalan masuk lobi. Dia baru saja bertemu klien membahas proyek pembangunan sebuah gedung.Hingga saat baru saja menginjakkan kaki di lobi, Bastian sangat terkejut melihat Lani dan dua staff lain berkelahi. Dia pun membentak dengan suara lantang, sampai semua orang yang ada di sana terkejut dan langsung diam sambil menunduk.Bastian menatap satu persatu yang terlibat dalam perkelahian itu, hingga dia mengajak ketiganya untuk bicara di ruangan khusus.“Jelaskan, apa yang terjadi?” Bastian duduk memandang Lani dan dua staff yang berdiri di depannya.Dua staff itu hanya menunduk takut, sedangkan Lani melirik dengan rasa kesal yang bercokol di dada.“Ada apa, Lani? Katakan jika ada masalah, bukan malah berkelahi di lobi hingga menjadi tontonan staff lain!” Suara Bastian agak tinggi karena tak habis pikir dengan tingkah ketiganya.“Saya yang mulai perkelahian, Pak. Saya tidak terima mereka menjelek-jelekkan Dokter Sashi,” uj
“Ini semua data yang Anda minta, Pak.” Asisten Owen memberikan tablet pintar ke Owen.Owen menerima tablet pintar itu, lantas membaca artikel yang tertulis di sana.“Apa perusahaan kita juga menyebar berita ini?” tanya Owen saat melihat berita tentang Sashi.“Sepertinya ada, Pak,” jawab asisten sedikit ragu.“Suruh take down, larang jurnalis kita mengeluarkan berita apa pun soal Sashi dan keluarganya!” perintah Owen sambil memberikan tablet pintar itu ke asistennya.“Baik, Pak. Saya akan segera laksanakan,” balas asisten, “apa ada yang lain lagi, Pak?”“Tidak, itu saja. Peringatkan semua staff untuk tidak menayangkan berita soal Sashi, lalu carikan berita dari artis papan atas atau pengusaha yang sedang naik daun, atau skandal yang belum pernah ditayangkan!” perintah Owen begitu tegas.“Baik, saya mengerti.” Asisten Owen pun undur diri dari ruangan pria itu.Owen berpikir sejenak, berita sejak pagi yang beredar membuatnya sedikit cemas. Dia mengambil ponsel lantas menghubungi Sashi, t
“Iya, Pa. Papa tenang saja, pokoknya aku akan menjaga Mama, serta memastikan Mama tidak ke mana-mana, juga tidak melihat berita. Jadi Mama mau aku ajak nonton drama korea, bolehkan?” Aruna sedang bicara dengan Langit lewat panggilan telepon. Dia mendapat tugas untuk menjaga Bintang agar tidak melihat berita yang beredar. Aruna sendiri sudah tahu soal berita itu. Dia sangat menyayangkan tindakan orang yang sudah sangat jahat membuat berita itu. “Terserah kamu, yang terpenting mamamu tidak melihat berita itu,” ucap Langit dari seberang panggilan. Aruna langsung melebarkan senyum, hingga kemudian membalas, “Siap!” Aruna mengakhiri panggilan, lantas pergi mencari Bintang yang ternyata berada di kamar. “Ma.” Aruna masuk tanpa mengetuk pintu. “Ada apa, Run?” tanya Bintang sambil merapikan baju yang dikenakan. “Mama mau ke mana? Kok berpakaian rapi begitu?” tanya Aruna keheranan. Bintang menoleh Aruna, lantas menjawab, “Mama mau belanja bulanan. Banyak stok dapur habis, sabun dan yang
Bintang menghentikan langkah mendengar ucapan Clarisa, Aruna sendiri panik karena wanita yang ditabraknya membahas soal berita.“Ma, sudah jangan didengar. Kita pergi saja!”Jika tadi Aruna menggebu-gebu ingin melawan Clarisa, kini dirinya memilih mengajak sang mama menghindari pertengkaran.Bintang tak mendengarkan ucapan Aruna. Dia membalikkan badan hingga menatap ke Clarisa yang tersenyum mencibir.“Kenapa? Kamu pikir tidak ada yang tahu soal berita yang beredar?” Clarisa mengira jika Bintang bersikap biasa untuk menutupi masalah beredarnya berita itu.“Apa maksudmu? Berita apa, hah?” Bintang maju dengan tatapan tajam ke Clarisa.Clarisa melihat tatapan Bintang yang bingung dan penasaran, hingga menebak jika Bintang belum tahu soal berita itu.“Oh, jadi kamu belum tahu. Sayang sekali, padahal berita itu heboh di web dan sosmed,” ucap Clarisa semakin senang bisa membuat Bintang marah.“Ma, sudah. Kita pergi saja!” Aruna mencoba membujuk agar Bintang mau pergi meninggalkan Clarisa.“
“Kamu sakit? Kenapa tidak makan?” tanya Nanda saat melihat Sashi yang hanya mengaduk makanannya.Sashi langsung memandang ke Nanda, lantas menggelengkan kepala.“Hanya tiba-tiba merasa tidak nafsu makan. Entahlah.” Sashi memasukkan makanan ke mulut setelah menjawab pertanyaan Nanda.Sashi sendiri masih bingung, haruskah dia bertanya langsung soal berita itu, atau menunggu sampai suaminya itu jujur.Nanda keheranan karena Sashi bersikap tak seperti biasanya. Dia pun cemas jika Sashi sudah melihat berita yang beredar, belum lagi tadi ada perkelahian yang melibatkan asisten Sashi, tak menutup kemungkinan istrinya tahu.“Apa ada yang sedang kamu pikirkan sampai tidak nafsu makan?” tanya Nanda memastikan apalah Sashi sudah tahu atau belum soal berita itu.“Tidak ada, mungkin karena sedang datang bulan, makanya moodku sedikit buruk,” jawab Sashi lantas melebarkan senyum.Nanda pun akhirnya percaya dengan yang dikatakan Sashi. Dia tak lagi bicara karena takut membuat mood Sashi semakin buruk
Nanda pergi menemui seseorang yang menghubunginya. Dia awalnya tidak ingin menemui, tapi karena apa yang dibahas menyangkut soal masalah Sashi, membuat Nanda akhirnya setuju menemui.Nanda pergi ke restoran tempat janji bertemu. Saat sampai di sana, dia langsung diarahkan ke private room.“Kupikir kamu tidak akan datang. Duduklah.” Owen langsung mempersilakan Nanda duduk.Owen sengaja menghubungi dan mengajak bertemu untuk membahas masalah berita yang beredar.Nanda tak banyak bicara. Dia pun sebenarnya penasaran kenapa Owen ikut campur soal Sashi, tapi karena Owen berkata punya solusi soal masalah yang terjadi, membuat Nanda akhirnya mencoba bersabar menghadapi pria itu.Owen meletakkan alat makan di meja, lantas mengelap mulut dengan tisu, sebelum meraih stopmap di meja, lantas memberikan ke Nanda.“Itu nama-nama situs yang menyebar berita soal Sashi. Sebagian sudah aku tekan untuk menghapus berita soal istrimu, sebagian lagi sedang diusahakan karena memang ada beberapa yang tak ing
Bintang mengajak Sashi makan di restoran dengan memesan ruangan private. Dia hanya ingin makan dengan nyaman bersama putrinya, agar tak ada yang mengganggu apalagi jika sampai ada yang mengetahui siapa Sashi karena melihat berita.“Makan yang banyak, akhir-akhir ini kamu agak kurusan. Apa makanan di rumah tidak enak? Mau mommy yang kirim makanan ke rumah setiap hari?”Bintang begitu cerewet jika sedang cemas. Dia memberikan banyak lauk ke piring Sashi, membuat putrinya itu sampai bingung.Aruna melirik Sashi yang terus diberi lauk. Mungkin dia sedang diabaikan, tapi Aruna menyadari jika sikap Bintang hanya karena sedang cemas.“Mom, ini sudah banyak. Jangan ditambah lagi.” Sashi mencoba menghalangi Bintang yang mau mengambilkan lauk lain.“Kamu itu harus makan yang banyak agar sehat. Sudah makan saja,” kata Bintang tak ingin dicegah.Sashi menghela napas kasar, lantas melirik Aruna yang hanya mengedikkan bahu.“Kenapa aku yang dikasih terus, Mom. Runa tidak?” tanya Sashi mengingatkan
“Kenapa kamu berbohong?”Langit sangat terkejut karena mendapat amukan dari sang istri saat baru saja masuk rumah.“Bohong bagaimana?” Langit bingung sendiri karena tidak tahu apa yang terjadi.Bintang mendekat ke suaminya, lantas memukul lengan pria itu dengan sangat keras.Langit pun terkejut sampai memekik karena lengannya panik.“Ada apa? Kenapa malah main pukul?” tanya Langit kebingungan dengan sikap istrinya.Aruna melihat Bintang yang sedang mengamuk. Dia langsung kabur untuk menghindar sebab lupa memberitahu ayahnya jika Bintang sudah mengetahui perihal berita yang beredar.“Bagaimana bisa kamu menyembunyikan informasi sepenting itu dariku? Harusnya kamu memberitahuku, jadi aku bisa melabrak wanita itu karena berita aku menamparnya tersebar, bahkan Sashi ikut diseret di dalamnya. Aku tidak terima!” Bintang meluapkan emosinya yang sudah ditahan sejak siang tadi.Langit sangat terkejut mendengar ucapan Bintang, hingga akhirnya paham kenapa istrinya marah.“Kamu sudah tahu?” tany