“Bagaimana perkembangan berita soal Sashi? Apa sudah ada solusi?” tanya Zidan saat Clara datang ke rumah sakit di malam hari karena pria itu shift malam.“Beritanya sudah hilang, Kak Nanda tak mungkin membiarkan masalah itu berlarut begitu saja. Jadi tidak ada yang perlu dicemaskan, meski belum tahu siapa pelakunya,” jawab Clara.Zidan pun mengangguk-angguk, lantas memperhatikan Clara yang sedang membuka kotak makanan yang dibawa gadis itu.“Kamu tiap hari memasak dan mengantar makanan untukku seperti ini apa tidak masalah? Apa orang tuamu tidak tanya karena bukannya mempersiapkan diri untuk bekerja di perusahaan, kamu malah sibuk memasak?” tanya Zidan sambil memandang Clara.Clara menatap Zidan, hingga kemudian tersenyum tipis.“Tidak masalah, lagi pula Mama juga tidak peduli aku mau apa asal itu membuatku senang. Apalagi dia pasti senang karena aku banyak menghabiskan waktu di dapur daripada di jalanan,” jawab Clara lantas tersenyum lebar, sebelum kemudian memperlihatkan menu makana
“Aku harus langsung ke ruanganku untuk mengurus beberapa pekerjaan yang harus selesai pagi ini. Kamu ke klinik sendiri tidak apa, kan?” tanya Nanda saat keduanya baru saja masuk lift.Sashi tertawa kecil mendengar pertanyaan Nanda, lantas membalas, “Aku bukan anak kecil, tidak diantar juga tak masalah.”Biasanya Nanda mengantar Sashi sampai klinik setiap mereka berangkat bekerja, karena itu kali ini Nanda izin tak mengantar.Nanda tersenyum mendengar balasan Sashi, lantas menganggukkan kepala.Pintu lift terbuka di lantai dua, Sashi pun pamit untuk keluar lebih dulu.“Aku keluar dulu,” kata Sashi sambil membetulkan letak tali tas di pundak.“Tunggu!” Nanda menahan tangan Sashi yang hendak melangkahkan kaki keluar lift.Sashi terkejut karena Nanda menahannya, hingga pria itu tiba-tiba mengecup keningnya, membuat Ssahi terkejut karena tingkah suaminya.“Sudah, sampai ketemu saat jam makan siang,” ujar Nanda setelah mengecup kening Sashi.Sashi langsung malu mendapat perlakuan seperti it
“Mommy sedang di toko kue langgananmu. Kamu mau nitip apa? Nanti mommy bawakan ke perusahaan,” ucap Bintang saat bicara dengan Sashi melalui panggilan telepon. “Aku mau, tapi itu kalau Mommy tidak repot. Kalau repot tidak usah membelikan,” balas Sashi dari seberang panggilan. Bintang tersenyum mendengar balasan Sashi, hingga kemudian kembali berkata, “Tentu saja tidak repot. Mommy akan belikan kue kesukaanmu, ya. Nanda suka apa? Biar mommy belikan sekalian.” “Nanda tidak terlalu suka makanan manis, belikan kue yang biasa aku beli saja, Mom.” Bintang mengangguk mendengar balasan Sashi, lantas mengakhiri panggilan itu. Dia pun membeli beberapa kue untuk putrinya, lantas keluar dari toko setelah selesai berbelanja. Namun, saat Bintang baru saja keluar dari toko. Dia melihat keributan yang terjadi tak jauh dari toko kue, bahkan orang-orang berlarian mendekat, membuat Bintang pun penasaran dengan apa yang terjadi. Dua wanita terlihat sedang berkelahi. Mereka saling menjambak satu sama
Bintang masuk rumah, hingga melihat siapa yang sudah duduk menunggunya. Wanita itu menatap tak senang, tentu saja dia tahu maksud kedatangan tamu tak diundang itu.“Mau apa kamu ke sini?” tanya Bintang dengan suara ketus.Wanita itu adalah ibu Angel, wanita yang sebelumnya dihajar Bintang dua kali karena menghina keluarga Bintang.Wanita itu lantas berdiri, dia terlihat bingung sampai menurunkan pandangan karena tak berani menatap Bintang.Bintang berjalan sambil memasang wajah datar, tentu saja tidak tak menunjukkan ekspresi apa pun hingga membuat wanita itu semakin salah tingkah.Bintang meletakkan tas di sofa, lantas duduk dengan tatapan tak teralihkan dari wanita itu seolah sedang mengintimidasinya.“Mau apa kamu? Katakan dengan cepat dan tidak usah basa-basi!” Bintang kembali bicara ketus dengan nada tak suka sehingga membuat siapa pun yang mendengarnya merasa tak nyaman.Wanita itu tidak duduk, masih berdiri lantas memberanikan diri memandang Bintang.“Aku ke sini karena ingin m
Hari pernikahan Bastian dan Nana pun tiba. Acara itu diadakan di rumah saja dengan mengundang beberapa rekan bisnis terdekat juga saudara. Sashi dan Nanda pun bisa menemani Nana dengan perasaan tenang setelah semua masalah yang terjadi sudah bisa diselesaikan. “Apa terlalu ketat?” tanya Sashi saat melihat gaun pernikahan Nana yang melekat pas di tubuh. Sashi hanya takut jika perut Nana tertekan lantas membahayakan janin di dalamnya. “Tidak ketat, hanya pas saja karena sebelumnya aku sudah berpesan untuk sedikit melonggarkan bagian perut agar tidak terlalu ketat,” ujar Nana menjelaskan. “Baguslah kalau begitu,” balas Sashi merasa lega. Nana sudah dirias sederhana sehingga tetap memperlihatkan wajah alaminya. Sashi dan Clara membantu Nana turun dari lantai atas untuk menuju ke ruang tempat acara diadakan. Di sana keluarga dari Rihana pun hadir juga beberapa teman ayah Bastian. Di depan rumah. Bumi, Aruna, dan Hanzel juga ikut datang untuk mendoakan pernikahan Nana dan Bastian, ke
“Tidak, hari ini aku ke sini karena undangan dari sepupuku karena adik iparnya mau menikah,” jawab Hanzel menjelaskan, padahal seharusnya sudah tahu kalau yang datang di sana pasti untuk menghadiri pernikahan Bastian dan Nana.Milea menaikkan satu sudut alis, lantas melirik ke arah tempat akad akan dilaksanakan.“Oh … sepupumu istrinya Kak Nanda?” tanya Milea mau menanggapi ucapan Hanzel, padahal jika di luar dia menganggap pemuda itu musuh bebuyutan.“Iya, benar.” Hanzel langsung melebarkan senyum.Milea memperhatikan penampilan Hanzel, biasanya pemuda itu memakai celana jeans dengan kaus dan jaket kulit atau denim, tapi hari ini Hanzel memakai celana kain dengan kemeja rapi, membuat Milea malah menahan tawa.“Pakaian ini tak cocok untukmu, kenapa tak pakai kaus saja?” Gadis itu bicara dengan setengah meledek.“Andai bisa, tapi karena tak sopan, jadi pakai apa yang dianggap orang tua sopan,” balas Hanzel.Milea memainkan lidah di dalam mulut untuk mendorong dinding pipi dari dalam, m
“Di mana Hanzel. Kamu melihat adikmu itu?” tanya Cheryl ketika tak mendapati putranya di tempat pesta. “Tidak, tadi sepertinya saat di ruangan aku masih melihatnya. Apa mungkin dia memilih duduk di dalam,” jawab Sashi yang memang tak melihat Hanzel sejak tadi selesai akad. “Ke mana lagi anak itu, jangan sampai kabur,” keluh Cheryl sambil memegangi kening karena Hanzel susah sekali diatur. Cantika datang sambil menoleh kanan dan kiri seolah mencari sesuatu, hingga menghampiri Cheryl dan Sashi. “Sashi, apa kamu melihat Milea?” tanya Cantika karena tak melihat putrinya itu di mana-mana. Sashi bingung karena dua wanita itu mencari anak mereka. “Aku tidak melihatnya dari tadi, Bibi,” jawab Sashi. “Haduh, ke mana lagi dia. Padahal kunci motornya aku sita, mana mungkin kabur.” Cantika menggerutu sambil meninggalkan Sashi dan Cheryl. Sashi dam Cheryl memandang Cantika yang pergi sambil celingukan mencari putrinya, hingga Cheryl terlihat berpikir. “Apa dia tadi bilang motor?” tanya Che
“Kalian sudah sah menjadi suami-istri, apalagi kamu akan jadi seorang ayah. Belajarlah bertanggung jawab dan berpikiran dewasa, jangan pernah lagi membuat keputusan tanpa berpikir,” ujar Nanda memberi wejangan untuk Bastian.Sebagai kakak kandung mempelai wanita, Nanda tentunya harus memberikan nasihat untuk mempelai pria sebagai sebuah keharusan agar Bastian memenuji kewajiban sebagai suami adiknya.“Tentu, aku akan terus berusaha bertanggung jawab kepada istri dan anakku kelak,” balas Bastian.Nanda menepuk punggung Bastian. Tidak ada buruknya Nana menikah dengan Bastian, setidaknya dia sudah memahami bagaimana sifat suami adiknya.“Kak, ingat permintaanku dulu, kan?” Nana tiba-tiba menyela perbincangan Bastian dan Nanda.“Permintaan apa?” tanya Nanda dengan dahi berkerut halus.Nana mencebik karena Nanda lupa, hingga kemudian menjawab, “Soal bulan madu. Bukankah aku pernah bilang, kalau aku honeymoon, aku mau kalian juga ikut lagi. Biar kita bisa bersama, juga setidaknya aku akan m