"Tapi kenapa cobaan begitu banyak menghampiri ku, Rian? Aku merasa tak sanggup," keluh Mila. Air matanya kembali luruh tak terbendung."Iya, aku tahu. Karena Tuhan begitu sayang sama kamu, Sayang. Sehingga ujian ini diberikan kepada kamu yang memiliki mental dan hati yang begitu hebat. Aku bangga memiliki kamu. Aku ingin mendampingi kamu. Aku harap kamu juga tak akan pernah menyerah dalam menjalani hidup ini," sahut Rian kemudian mengecup kening Mila dan memeluknya. Keesokan harinya dimana hampir separuh dari karyawan di kantor Mila harus menerima PHK. Dan entah bagaimana nasib yang separuh lagi. Karena berjalan dengan sedikit modal dan juga karyawan. Beberapa gerai juga terpaksa tutup karena tak ada lagi pasukan. Hal itu membuat pemasukan Mila dan Rian juga semakin sedikit. Memang Pak Seno tak meninggalkan hutang tetapi tetap saja tanggung jawab ada di tangan Mila untuk tetap mempertahankan perusahaan. Beberapa karyawan juga kecewa atas keputusan ini. Karena selama in
"Kita tunggu Pak Hamdan mengabarkan siapa yang akan membeli perusahaan ini. Ia pasti bergerak cepat," jawab Mila begitu yakin.Keesokan harinya dimana Pak Hamdan telah mengabari kepada Mila kalau telah menemukan pembeli yang akan membeli perusahaan itu dengan harga yang cukup tinggi. Dengan berbekal kepercayaan kepada Pak Hamdan, Mila setuju dan ia menunggu kedatangan Pak Hamdan dengan calon pembeli nya juga. Sekalian Pak Hamdan mendatangkan notaris untuk membantu proses jual beli agar berlangsung cepat. Tepat pukul sepuluh siang, Mila telah siap kedatangan tamu. Pak Hamdan telah datang dengan seorang perempuan juga laki-laki yang merupakan notaris. "Silakan duduk, Pak Hamdan!" titah Mila. Pak Hamdan dan dua orang lainnya duduk berhadapan dengan Mila."Lalu mana pembeli nya, Pak?" tanya Mila. Rian duduk di samping Mila. "Sebentar lagi akan datang. Tadi katanya sudah menuju kemari," jawab Pak Hamdan kemudian memberikan beberapa berkas pendukung untuk prose
Satu bulan berlalu. Mila terlihat makin berisi lagi. Mila merasa jika itu adalah efek dari banyak makan. Karena Mila seakan melampiaskan semua yang ia rasakan dengan makan akan berkurang. Sehari-hari Reva hanya di rumah. Sementara Rian juga masih sibuk dengan aktivitasnya sebagai pengangguran."Sayang, sepertinya aku harus mencari kerja. Kita tak mungkin akan seperti ini terus 'kan?" tanya Rian. Memang tak nyaman jika terus di rumah. Terlebih Rian yang sudah sejak lama terus bekerja. Rian merasa begitu bosan beberapa hari ini. Ia sudah waktunya untuk bangkit dari keterpurukan. "Bagaimana kalau kita ambil ide dari Sera? Doa 'kan mengajak untuk membuka usaha. Apa kamu setuju? Apa nggak sebaiknya kita tanya dia dulu usaha apa yang cocok untuk kita?" usul Mila.Rian pun setuju. Mereka langsung menuju ke rumah Sera. Tak ada yang berubah di sana. Mila mengetuk pintu dan tak lama kemudian Sera membuka pintu. "Eh, kamu, Mila. Ayo masuk! Sepertinya satu bulan nggak ketemu kamu makin berisi s
Malam harinya Mila baru bangun. Ia baru menyadari kalau sedang tertidur di bukan kamarnya. Ia mendengar samar-samar seperti suasana di resto. Ia mengucek mata dan ternyata memang Ia sudah tertidur cukup lama. Ia kemudian ke kamar mandi dan mencuci muka. Sebisa mungkin Ia tak terlihat baru bangun tidur. Ia merapikan rambutnya kemudian mengaca dan merasa sudah waktunya untuk keluar. Ia kemudian merasa kalau pipinya makin cubby saja. Pantas saja banyak orang menyebut nya kalau makin berisi. Saat hendak membuka pintu ternyata bersamaan dengan Rian yang membuka pintu dan mereka sama-sama terkejut."Kamu sudah bangun? Aku mau mengajak kamu pulang," ucap Rian."Iya, baru juga bangun. Sudah mau pulang nih?" balas Mila."Ya sudah, kita di dalam saja dulu! Sera sudah pulang dari tadi," sahut Rian kemudian justru masuk ke dalam kamar.Mila duduk di samping Rian. Ada kekhawatiran yang tiba-tiba muncul di benaknya. Ia kemudian menggenggam tangan suaminya. "Rian, aju barusan
Tanpa menunggu Mila membuka pintu dan Rian langsung saja masuk ke dalam. Ia melihat Mila sedang bersandar di kamar mandi dengan duduk di lantai. Ia langsung menghampiri Mila. "Sayang, kamu kenapa?" Tanpa bisa menjawab dan mulut masih tak bisa berbicara Mila hanya menunjukkan kepada Rian benda pipih yang ia bawa. Rian melihat dan awalnya dia tak mengerti. Setelah beberapa saat ia baru menyadari kalau ternyata benda pipih itu menunjukkan garis dua. Perasaan mereka berdua begitu bahagia. Terlebih bibi yang ikut melihat momen Mila dan Rian berpelukan di dalam kamar mandi. Rian kemudian membopong Mila ke kamar dengan baju yang basah. Air mata keluar dari keduanya. Tak menyangka momen hari ini begitu sangat membuat seisi rumah itu jadi bahagia. Setelah cukup tenang akhirnya Rian mengajak Mila ke rumah sakit. Perasaan bahagia mereka kemudian mengusap perut Mila berkali-kali. Memang selama ini Mila tak pernah menyadari hal itu. Karena ia juga tak pernah merasakan seperti kehamilan
"Kamu lihat apa, Sayang?" tanya Rian saat memperhatikan istrinya tak berkedip saat menatap sesuatu dan ikut melihat ke arah yang sama."Bang Adam," celetuk Mila. Sejak kapan ia keluar dari penjara? Kenapa bisa secepat itu ia bebas.Rian hafal siapa yang istrinya panggil dengan sebutan Bang Adam. Ternyata Adam justru menghampiri mereka berdua. "Mila," sapa Adam. Wajahnya tak seseram saat masuk penjara. Dan kini lebih bersih dan seperti Adam yang Mila kenal dulu. "Ke-kenapa kamu sudah bebas, Bang?" tanya Mila."Kenapa? Nggak boleh? Aku juga boleh dong menikmati udara bebas. Apalagi aku sudah bebas Kenapa kamu jadi pusing?" sahut Adam dengan senyum tipis. Tetapi melihat hal itu membuat Mila jadi takut. Ia bangkit bersama juga dengan Rian. Ia tak mau sampai terjadi sesuatu kepada Mila."Kalian mau kemana? Aku tak akan mengganggu kalian kok," tanya Adam."Nggak. Aku lebih baik pergi," jawab Mila kemudian gegas pergi meninggalkan makanan yang masih belum habis di
"Kita akan cari nama terbaik untuk anak kita, ya!" sahut Rian.Satu bulan kemudian.Rian dan Mila telah berhasil meraup keuntungan dari resto cukup lumayan. Kehidupan mereka sudah mulai bergerak kembali. Tetapi tidak dengan Sera. Sera telah kehilangan suaminya. Suami Sera menggugat cerai Sera karena telah memiliki pengganti. Wanita yang pernah mengirim pesan kepada Sera memang benar memiliki hubungan dengan suaminya Sera. Dan setelah Sera tahu justru suaminya yang menggugat cerai karena Sera tak mau dimadu. Mila cukup sedih mendengar hal itu. Wanita yang telah ia anggap sebagai sahabat itu harus menerima kenyataan kalau ia kini tak lagi memiliki pasangan. Hal itu membuat Mila merasakan apa yang pernah dirasakannya dulu. Tetapi Mila memberikan semangat kepada Sera untuk bisa semangat hidup demi Sean. Karena hak asuh Sean jatuh ke tangan Sera. Setidaknya Sera tak terlalu sedih dengan keputusan itu. Apalagi selama ini Sera juga terbiasa hidup sendiri tanpa suaminya.Ha
Rian hanya mengangguk. Ia kemudian menghampiri pegawai perempuan tadi yang mengajaknya ke halaman belakang. "Maaf, Pak. Bukannya saya ikut campur. Tetapi tadi saya nggak sengaja melihat Pak Rian keluar dari kamar berduaan dengan Bu Sera," ucapnya."Iya, itu tidak seperti yang kamu kira. Saya tak melakukan apapun di dalam sana," sahut Rian."Tapi saya sudah terlanjur mengatakan kepada Bu Mila, Pak," balas pegawai tersebut. Rian kemudian bergegas pulang. Ia tak mau sampai Mila salah paham kepadanya. Ini harus segera diselesaikan. Sesampainya di rumah, Rian masuk ke dalam dengan suasana yang hening. Ia kemudian masuk ke dalam kamar dan dengan sigap meraih buku yang hampir saja mengenai kepalanya. "Jahat kamu, Rian. Ternyata kamu lebih bejat dari Bang Adam. Aku nggak mengira kamu sampai hati berbuat keji dengan Sera. Sejak kapan kamu melakukan itu dengan Sera, hah?" teriak Mila histeris. Ia menangis dengan kencang dan menatap Rian dengan kebencian."Tidak
Sementara itu Bapaknya Rian juga masih ingin lebih lama dengan Rian. Karena saat ini Callista juga sebagai tidur karena pasti lelah setelah perjalanan cukup panjang. "Jadi kamu sekarang menjadi direktur utama di perusahaan milik keluarga Mila?" tanya Bapak. "Iya, Pak. Terima kasih atas didikan Bapak sampai akhirnya aku berada pada titik ini," sahut Rian."Itu karena semua kamu sendiri, Rian. Kamu memang anak yang sangat berbakat dalam segala hal. Bapak hanya ingin menyampaikan kalau Bapak bangga dengan kamu yang gigih dalam melakukan segala hal. Intinya kamu harus selalu menjadi diri yang jujur dalam segala hal. Dan jangan sampai kamu menyakiti istri! Karena kebahagiaan istri adalah ladang rejeki untuk kamu. Semakin kamu bisa membahagiakan istri tentu rejeki akan mengalir deras," balas Bapak. Ia sudah bertahun-tahun menjalankan pernikahan dengan ibunya Rian dan ingin memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. "Maafkan Bapak yang waktu itu memaksa kamu untuk menikahi Ajeng kare
Ibunya Rian menceritakan kalau sejak satu tahun terakhir Bapaknya mengalami sakit. Ia tidak dinyatakan sakit apa oleh dokter. Tetapi menurut dokter karena banyak pikiran. Bapak juga mengakui kalau dirinya sakit karena terlalu memikirkan Rian yang tak kunjung pulang. Ia tak mau menghubungi Rian dan meminta Wega untuk menghentikan komunikasi nya dengan Rian untuk membiarkan Rian pulang dengan sendiri nya. Ternyata Rian akhirnya pulang hari ini dan membuat semuanya menjadi clear. Wajah cerah tampak jelas di muka Bapak. Menurut ibunya Rian, Bapak nya memang agak berkurang. Hal itu membuat Bapak menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Ia hanya terus memikirkan Rian dan Rian. Ia merasa begitu bahagia karena anak nya pulang dengan membawa cucu serta menantunya juga. Bapak telah lama menyesali perkataan nya waktu itu untuk mengusir Rian dan tak akan menerima Rian kembali lagi. Tetapi sebagai seorang ayah tentu ucapan itu hanya kemarahan sesaat. Ia tak benar-benar mengucapkan itu. Tetapi hal it
"Nyata, Sayang. Bukan mimpi lagi," sahut Rian. Ia juga begitu tak percaya tadi."Aku seperti mimpi saja," balas Mila.*Satu tahun kemudian. Kini usia Callista sudah satu tahun. Ia merayakan hari ulang tahunnya bersama dengan Mila dan Rian. Rian kini juga telah menjabat sebagai direktur utama di perusahaan milik Ayahnya Mila. Mila mempercayakan semuanya pada Rian. Ia juga tak mau ketinggalan untuk melihat tumbuh kembang Callista. Ia memilih mengelola resto saja. Jaraknya juga hanya melompat pagar rumah nya saja. Tak perlu naik kendaraan. Callista tumbuh dengan baik dan juga sehat. Ia juga sudah mulai belajar berjalan. Dengan tingkah lucu dari seorang anak.Seperti perayaan acara tujuh bulanan, acara ulang tahun Callista juga digelar di resto. Dengan menggratiskan semua pengunjung selama satu hari penuh. Tepat pukul dua belas siang, Mila dan Rian mengajak Callista bernyanyi bersama dengan pengunjung yang saat itu datang. Dengan kue tart berkarakter lucu beserta angka satu yang menjad
Setelah kepergian Bu Widia akhirnya keesokan harinya Mila diperbolehkan untuk pulang. Sesuai dengan janji Mila yang akan menempati rumah samping rumah restonya. Ternyata rumah itu cukup besar jika dibandingkan dengan rumah restonya. Ia tak pernah melihat rumah itu sebelum nya. Karena ia hanya fokus sama rumah nya sendiri. Juga ia tak pernah melihat ke kanan dan ke kiri. Begitu Mila masuk ke dalam rumah ia disambut oleh dua orang. Satu ia memang tak mengenal sebelum nya. Ia tampak seperti baby sitter dengan pakaian yang khas. Tetapi di samping itu begitu familiar. Mila seakan mendapatkan kembali orang yang selama ini telah setia bekerja di rumahnya. "Bibi," serunya.Bibi telah kembali ke rumah Mila yang baru. Ia telah diminta oleh Bu Widia untuk kembali bekerja di rumah Mila. Mila begitu bersyukur. Callista segera digendong oleh baby sitter yang setelah tahu bernama Mbak Sisil. Usianya juga sudah berkepala empat tetapi orang nya meminta untuk dipanggil Mbak saja. Mila melihat rumah i
"Callista?" tanya Mila.Rian mengangguk. "Ya, kita beri nama anak kita Callista, bagaimana?""Setuju. Callista, semoga dia bisa jadi anak yang sesuai namanya, ya? Gemar akan kebajikan dan menjadi Wanita paling cantik. Cantik sikap maupun juga cantik wajah," sahut Mila. Ia kemudian mengecup kening bayinya yang telah diberikan nama Callista.Rian kemudian menyuapi Mila makanan yang telah ia beli sebelum nya. Karena ia begitu sayang pada sang istri. Ia begitu kagum dengan pengorbanan Mila yang berjuang untuk melahirkan sang buah hati. Terlebih Mila dalam keadaan yang begitu lemah tetapi Mila dapat bertahan sampai akhirnya berhasil dengan selamat sampai sekarang. Mila awalnya menolak karena ia tak mau disuapi. Tetapi akhirnya mau saja karena Rian memintanya untuk menuruti saja keinginan Rian yang ingin menyuapi dirinya. Ia melihat Rian begitu sabar dalam mendampingi dirinya yang berjuang.Tak terasa sama suapan terakhir. Mila kemudian merasa di sekitar payudara nya nyeri. "Aduh, kenapa s
Saat Mila hendak dilepaskan terlihat pakaian Mila bagian bawah nampak basah. "Siapa yang menyiram kamu? Kok basah semua baju kamu?" gumam Joko.Bu Widia yang menyadari kalau Mika hendak melahirkan justru mendorong tubuh Joko dan membantu Mila Melepaskan semua tali yang menempel pada tubuhnya. "Cepat buka mobil dan angkat Mila ke dalam mobil!" perintah nya.Rian segera mengangkat tubuh istrinya ke dalam mobil. Dan mobil pun dengan cepat melaju dan hampir saja menabrak beberapa pengendara lain. Tetapi berhasil sampai di rumah sakit dengan selamat. Rian segera membawa Mila ke ruang UGD dan melihat kondisi Mila begitu lemah. Rian menemani Mila, ia ingin menepati janjinya ketika melahirkan nanti ia akan menemani Mila di samping nya. "Pak, ini air ketubannya sudah habis. Jadi nggak memungkinkan untuk melahirkan normal,'' ujar Dokter yang telah melihat kondisi Mila."Lakukan yang terbaik untuk istri saya, Dok!" sahut Rian. Ia sudah cemas melihat Mila dalam kondisi lemas.
Keesokan harinya, Bu Widia mengabarkan kalau akan ada orang yang memantau rumah resto Mila. Karena dirasa tak aman karena adanya anak buah Yana yang berkeliaran. Mila dan Rian cukup berterima kasih karena ternyata ada orang yang masih ada di pihak mereka untuk saat ini. Bu Widia telah menyuruh orang juga untuk mengawasi perusahaan milik keluarga Mila serta rumah Yana juga. Karena Bu Widia benar-benar ingin membantu keluarga teman lamanya. Rian juga fokus mengurus resto saja. Ia juga harus menjadi suami siaga yang menjaga istrinya jika Sewaktu-waktu akan melahirkan. Karena menurut dokter HPL hanya sebagai perkiraan saja. Tetapi yang namanya takdir tidak akan bisa ditentang. Begitu juga kapan anaknya akan lahir. *Satu bulan berlalu.Bu Widia mengabarkan jika Yana telah ditangkap. Rian yang mendapatkan kabar itu langsung meminta izin ke kantor polisi untuk mengecek kebenaran. Mila diminta untuk selalu di rumah serta memegang ponsel jika Sewaktu-waktu ia akan m
"Lalu bagaimana dengan kami? Aku sudah mengatakan yang sebenarnya kepada kalian. Kenapa kalian tega membiarkan aku dan Sera dalam ketakutan," tanya Sera. Wajahnya seperti marah."Kamu bisa istirahat di kamar karyawan. Kan ada beberapa tempat tidur di sana. Kamu bisa pakai satu untukmu dan Sean. Kamu tahu sendiri kalau kamar kami hanya satu di sini. Apa kamu tahu siapa yang membakar rumahku, Sera?" sahut Mila. Ia hanya ingin mengetes Sera saja."Aku benar-benar nggak tahu. Aku juga tahu dari berita kalau rumah kamu kebakaran," jawab Sera. Kemudian Sean menangis. Sera mengatakan kalau Sean mengantuk. Mila kemudian mengantarkan Sera ke kamar khusus karyawan agar Sean bisa tidur dengan nyaman. Sementara itu Rian membawa rekaman pembicaraan nya dengan Sera ke kantor polisi. Beberapa kali Rian menoleh ke arah belakang mobil yang sejak awal tadi seperti mengikuti nya. Ia kemudian melewati jalanan yang selalu ramai kendaraan. Meskipun agak jauh. Agar ia merasa aman sepanjang p
Kenapa Yana melakukan semua itu? Dugaannya memang sangat tepat. Tetapi bagaimana menolong orang yang telah menjadi suruhan Yana begitu juga dengan istrinya. Ia harus berhati-hati karena Yana bukanlah manusia yang memiliki hati manusia. Hatinya sudah seperti iblis. Mungkin karena dia terlahir dari orang tua yang tidak memberikan dia kasih sayang. Sehingga ia seperti kurang kasih sayang dan tak ada yang mengarahkan dalam kebaikan. Itulah tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak agar bisa berfikir jernih dan juga bisa dihargai oleh orang lain.Rian juga harus berhati-hati. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan kantor polisi dan telah membuat kesepakatan kalau pelaku tadi tidak memberitahukan kepada Rian. Seperti yang dikatakan oleh pelaku, kalau Rian sebenarnya sudah diikuti oleh orang suruhan Yana. Sehingga Rian juga harus santai seperti tak tahu apa-apa. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah resto. Ia menyampaikan hal yang ia dapatkan dari kantor polisi. "Hah? Teg