Malam harinya Mila baru bangun. Ia baru menyadari kalau sedang tertidur di bukan kamarnya. Ia mendengar samar-samar seperti suasana di resto. Ia mengucek mata dan ternyata memang Ia sudah tertidur cukup lama. Ia kemudian ke kamar mandi dan mencuci muka. Sebisa mungkin Ia tak terlihat baru bangun tidur. Ia merapikan rambutnya kemudian mengaca dan merasa sudah waktunya untuk keluar. Ia kemudian merasa kalau pipinya makin cubby saja. Pantas saja banyak orang menyebut nya kalau makin berisi.
Saat hendak membuka pintu ternyata bersamaan dengan Rian yang membuka pintu dan mereka sama-sama terkejut."Kamu sudah bangun? Aku mau mengajak kamu pulang," ucap Rian."Iya, baru juga bangun. Sudah mau pulang nih?" balas Mila."Ya sudah, kita di dalam saja dulu! Sera sudah pulang dari tadi," sahut Rian kemudian justru masuk ke dalam kamar.Mila duduk di samping Rian. Ada kekhawatiran yang tiba-tiba muncul di benaknya. Ia kemudian menggenggam tangan suaminya. "Rian, aju barusanTanpa menunggu Mila membuka pintu dan Rian langsung saja masuk ke dalam. Ia melihat Mila sedang bersandar di kamar mandi dengan duduk di lantai. Ia langsung menghampiri Mila. "Sayang, kamu kenapa?" Tanpa bisa menjawab dan mulut masih tak bisa berbicara Mila hanya menunjukkan kepada Rian benda pipih yang ia bawa. Rian melihat dan awalnya dia tak mengerti. Setelah beberapa saat ia baru menyadari kalau ternyata benda pipih itu menunjukkan garis dua. Perasaan mereka berdua begitu bahagia. Terlebih bibi yang ikut melihat momen Mila dan Rian berpelukan di dalam kamar mandi. Rian kemudian membopong Mila ke kamar dengan baju yang basah. Air mata keluar dari keduanya. Tak menyangka momen hari ini begitu sangat membuat seisi rumah itu jadi bahagia. Setelah cukup tenang akhirnya Rian mengajak Mila ke rumah sakit. Perasaan bahagia mereka kemudian mengusap perut Mila berkali-kali. Memang selama ini Mila tak pernah menyadari hal itu. Karena ia juga tak pernah merasakan seperti kehamilan
"Kamu lihat apa, Sayang?" tanya Rian saat memperhatikan istrinya tak berkedip saat menatap sesuatu dan ikut melihat ke arah yang sama."Bang Adam," celetuk Mila. Sejak kapan ia keluar dari penjara? Kenapa bisa secepat itu ia bebas.Rian hafal siapa yang istrinya panggil dengan sebutan Bang Adam. Ternyata Adam justru menghampiri mereka berdua. "Mila," sapa Adam. Wajahnya tak seseram saat masuk penjara. Dan kini lebih bersih dan seperti Adam yang Mila kenal dulu. "Ke-kenapa kamu sudah bebas, Bang?" tanya Mila."Kenapa? Nggak boleh? Aku juga boleh dong menikmati udara bebas. Apalagi aku sudah bebas Kenapa kamu jadi pusing?" sahut Adam dengan senyum tipis. Tetapi melihat hal itu membuat Mila jadi takut. Ia bangkit bersama juga dengan Rian. Ia tak mau sampai terjadi sesuatu kepada Mila."Kalian mau kemana? Aku tak akan mengganggu kalian kok," tanya Adam."Nggak. Aku lebih baik pergi," jawab Mila kemudian gegas pergi meninggalkan makanan yang masih belum habis di
"Kita akan cari nama terbaik untuk anak kita, ya!" sahut Rian.Satu bulan kemudian.Rian dan Mila telah berhasil meraup keuntungan dari resto cukup lumayan. Kehidupan mereka sudah mulai bergerak kembali. Tetapi tidak dengan Sera. Sera telah kehilangan suaminya. Suami Sera menggugat cerai Sera karena telah memiliki pengganti. Wanita yang pernah mengirim pesan kepada Sera memang benar memiliki hubungan dengan suaminya Sera. Dan setelah Sera tahu justru suaminya yang menggugat cerai karena Sera tak mau dimadu. Mila cukup sedih mendengar hal itu. Wanita yang telah ia anggap sebagai sahabat itu harus menerima kenyataan kalau ia kini tak lagi memiliki pasangan. Hal itu membuat Mila merasakan apa yang pernah dirasakannya dulu. Tetapi Mila memberikan semangat kepada Sera untuk bisa semangat hidup demi Sean. Karena hak asuh Sean jatuh ke tangan Sera. Setidaknya Sera tak terlalu sedih dengan keputusan itu. Apalagi selama ini Sera juga terbiasa hidup sendiri tanpa suaminya.Ha
Rian hanya mengangguk. Ia kemudian menghampiri pegawai perempuan tadi yang mengajaknya ke halaman belakang. "Maaf, Pak. Bukannya saya ikut campur. Tetapi tadi saya nggak sengaja melihat Pak Rian keluar dari kamar berduaan dengan Bu Sera," ucapnya."Iya, itu tidak seperti yang kamu kira. Saya tak melakukan apapun di dalam sana," sahut Rian."Tapi saya sudah terlanjur mengatakan kepada Bu Mila, Pak," balas pegawai tersebut. Rian kemudian bergegas pulang. Ia tak mau sampai Mila salah paham kepadanya. Ini harus segera diselesaikan. Sesampainya di rumah, Rian masuk ke dalam dengan suasana yang hening. Ia kemudian masuk ke dalam kamar dan dengan sigap meraih buku yang hampir saja mengenai kepalanya. "Jahat kamu, Rian. Ternyata kamu lebih bejat dari Bang Adam. Aku nggak mengira kamu sampai hati berbuat keji dengan Sera. Sejak kapan kamu melakukan itu dengan Sera, hah?" teriak Mila histeris. Ia menangis dengan kencang dan menatap Rian dengan kebencian."Tidak
Tanpa pamit Sera keluar dari rumah Mila. Tetapi justru Rian menghadang Sera. "Tunggu! Katakan yang sebenarnya kepada Mila sekarang! Kamu sadar 'kan apa yang kamu lakukan saat ini?" Sera tak bergeming. Ia memilih menatap wajah Sean sementara ia sudah hendak meninggalkan rumah Mila.Rian mengusap wajahnya kasar. Ia tak mengira Sera akan melakukan hal itu. Sungguh sangat keterlaluan Sera. Mila keluar dari kamar. Ia menatap tajam Rian. "Kenapa masih di sini? Aku tak sudi melihat wajah pengkhianat."Rian bersimpuh di hadapan Mila. "Sungguh, Sayang. Aku tak melakukan hal itu. Aku menolak Sera. Aku bahkan sama sekali tak menyentuh Sera.""Sudah lah. Percuma. Mungkin kamu beranggapan kalau aku tak secantik Sera. Aku akui memang aku gemuk dan juga tak pandai bersolek. Aku tak mau kamu ada di sini. Silakan kamu ambil tasmu dan pergi dari sini!" usir Mila untuk kesekian kalinya.Rian terpaksa benar-benar meninggalkan rumah itu. Dengan berat ia untuk sementara membiarkan Mi
Satu bulan kemudian. Kondisi kehamilan Mila sejauh ini memang baik-baik saja dan tak ada keluhan. Mila juga rutin minum vitamin dan menjaga makan makanan yang dikonsumsi. Tetapi hari ini ia menangis tersedu di dapur. Ia merasa sangat sedih tak bisa memiliki suami yang seperti ia idamkan. "Non, menangis lah kalau itu bisa membuat Non lega. Tetapi ingat jangan terlampau sedih karena ada janin di dalam perut Non. Tuh lihat! Dia bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh ibunya," tutur bibi saat menemani Mila di dapur.Mila masih saja berlinang air mata. Ia tak sanggup merasakan hidup begitu berat. Ia juga tak pernah ke resto karena ia tahu kalau Rian tinggal di sana. Walau bagaimana pun Rian juga memang memiliki hak tinggal di sana. Mila mengusap air matanya. Ingin sekali ia ke makam orang tuanya. Akhirnya diantar oleh bibi dan juga supir Mila sampai di makam orang tuanya yang kebetulan bersebelahan. Ia bersimpuh di sana dan mengungkapkan apa yang ia rasakan. Sesak dan sedih bercampur
Setelah cukup lama Mila berpikir, ia kemudian mencoba menelpon Rian. Hanya beberapa detik saja Rian langsung mengangkat telepon dari Mila. Telepon terhubung. "Halo, Mila," sapa Rian."Apa benar yang kamu katakan itu?" tanya Mila."Iya. Aku yakin kita sedang ditebak. Tetapi nggak tahu kenapa Sera dan Mita itu melakukan hal demikian. Padahal Sera sudah sejak lama bekerja dengan kita. Terlebih Sera sudah kamu anggap sebagai keluarga kamu sendiri. Kamu merasa aneh nggak?" balas Rian."Ya iya sih. Aku juga sangat kecewa sama Sera. Tapi aku juga kecewa sama kamu. Kenapa kamu berdua di kamar dengan Sera. Seharusnya kamu hanya mengantarkan sampai di depan kamar saja," sahut Mila."Iya, aku minta maaf. Aku awalnya hanya menolong. Tetapi justru keadaan nya jadi begini. Oh ya lebih baik aku ke sana sekarang, ya? Agar kita bida ngobrol lebih enak."Rian kemudian menutup telepon dan segera datang ke rumah Mila. Mila sudah menunggu di teras. Ia juga tak sabar bertemu dengan Rian.Setelah tiga pulu
"Bagaimana? Apa kata Sera?" tanya Rian begitu Mila menutup telepon nya. "Dia gila. Sepertinya memang benar-benar gila. Dia malah bertanya kapan sidang kita. Karena dia ingin segera kamu meminta dia mempertanggung jawabkan perbuatan kamu," jawab Mila. "Ya sudah lah. Biarkan saja dia memang gila. Menyentuh nya saja tidak. Ada perempuan yang lebih cantik yaitu istriku kenapa harus melirik yang lain. Sayang, aku kangen banget nih sama kamu. Boleh nggak?" sahut Rian justru mengarah yang lain dengan alis yang naik turun. Mila tahu apa yang diinginkan oleh suaminya itu. Ia sebenarnya juga rindu dan ingin menyalurkan hasratnya. Mereka tak memikirkan apa-apa lagi. Mereka kemudian ke kamar dan saling meluapkan rasa rindu satu sama lain.Sore harinya, Mila dan Rian sudah fresh. Mereka kembali menyusun rencana untuk mencari tahu siapa sebenarnya orang yang telah mencoba untuk menfitnah Mereka melalui Sera dan Mita."Oke, kita harus berhasil, sayang. Sementara kita tak ber