Mila membantu sebisanya. Ia juga tak bisa memaksakan kehendak kepada orang tuanya ketika mereka memiliki hak untuk memutuskan sesuatu. Memang dalam hal ini Bu Yuni lah yang bersalah karena telah berselingkuh. Tetapi hal itu tak bisa serta merta kemudian menyalahkan Bu Yuni karena ia melakukan itu karena merasa terabaikan oleh suaminya. Padahal Pak Seno sibuk bekerja juga karena mencukupi kehidupan Bu Yuni dan kelangsungan kelancaran perusahaan yang memang akhir-akhir ini cukup banyak pekerjaan yang Pak Seno harus lakukan. Tetapi ternyata inilah yang terjadi di rumah.Setelah melaksanakan diskusi cukup lama akhirnya Mila pamit pulang. Didapatkan untuk sementara Pak Seno dan Bu Yuni introspeksi dulu lagi. Dan Mila berharap kedua orang tuanya bisa kembali seperti dulu.Di rumah Mila."Aku nggak menyangka di keluarga ku akan seperti ini," ucap Mila saat duduk di tepi ranjang."Sabar, Sayang. Tetapi yakinlah kalau ayah dan ibu akan bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Pernikahan m
"Ayah, Ibu, kalian kemari?" tanya Mila lirih. Terlihat raut wajahnya masih lemah."Iya, Sayang. Kami kemari. Kamu kenapa? Jangan banyak pikiran!" sahut Bu Yuni. "Nggak, Bu. Aku hanya tidak ada ada perpisahan lagi. Aku ingin memiliki orang tua yang utuh," balas Mila. Penuh harapan. "Mila, dengarkan! Ibu dan Ayah sudah baikan. Nggak seperti yang lalu. Ibu dan Ayah sama-sama menyadari jika kami telah bersalah," tutur Bu Mila kemudian mengusap punggung tangan Mila yang tak tertancap infus.Pak Seno mendekati kedua wanita yang disayanginya. "Mila, Ayah juga minta maaf telah membuat kamu sedih. Sekarang kamu jangan sedih lagi! Ayah telah baikan dengan ibumu. Kami berjanji tak akan lagi mengalihkan pandangan kepada yang lain " jelasnya. Mila tersenyum tipis. Ia memang berharap apa yang dikatakan benar adanya. Tetapi jujur saat ini Mila masih kepikiran. Hal itu lah yang membuat Mila masih harus dirawat. Kondisinya lemah dan banyak pikiran.Tiga hari Mila dirawat di rumah sakit dan akhirnya
Mila menggandeng tangan ibunya menuju ke dalam. Dibantu asisten rumah tangga mengambilkan kotak P3K. Luka yang dialami Bu Yùni berupa mimisan. Cara paling cepat yang bisa digunakan yaitu menutup hidung sementara waktu untuk mencegah banyaknya keluar darah serta menghambat. Entah bagaimana Bu Wulan tadi memukul Bu Yuni sampai seperti itu adanya. Mila kasihan kepada ibunya. Ia kira masalah selesai setelah baikan dengan ayah nya tetapi ternyata tidak. Istri selingkuhan Bu Yuni datang dan melabrak Bu Yuni. Meskipun Bu Yuni telah minta maaf memang tak semudah itu. Mila pun tahu bagaimana rasanya jadi Bu Wulan. Tetapi ia tetap bersikap tak membalas. Karena hal yang tak baik akan menerima sendiri karmanya. Bahkan ia sudah melewati itu semua. Tetapi kini yang terjadi pada ibunya cukup berbeda. Karena ibunya sendiri yang telah sampai memilih berselingkuh. Darah yang keluar dari hidung Bu Yuni kemudian berhenti. Mila kemudian membersihkan sisa darah yang ada. Sementara itu Rian yang sejak t
Ibu hanya ingin menjauhi orang yang telah menyakiti ibu. Tolong Ayah jangan sedih ketika ibu tak bisa lagi mendampingi Ayah. Ibu sudah tak kuat lagi menanggung sesal di dunia. Ibu harap Ayah bisa selalu sehat ya? Sekali lagi maafkan ibu.Untuk Mila, anak ibu yang paling ibu sayang. Maafkan segala kesalahan ibu sama kamu, Sayang. Ibu sudah gagal menjadi panutan untukmu. Ibu tak bisa lagi menemani kamu. Semoga kamu selalu diberikan kesehatan. Jangan banyak pikiran, ya? Jaga pikiran tetap sehat agar kelak kamu bisa memiliki momongan baik dan menjadi penerus keluarga kita. Ibu yakin Rian bisa menjadi suami yang baik untuk mu, Mila. Untuk Rian, maafkan ibu, ya? Ibu sempat membenci kamu saat Mila mengalami keguguran. Saat itu Ibu memang benar-benar kecewa. Ingin sekali menggendong cucu tetapi gagal. Bukankah semua itu telah diharuskan oleh yang maha kuasa. Tetapi ternyata ibu justru menyalahkan kamu. Tetapi kami tetap sabar kepada ibu. Maafkan ibu, Rian! Tolong jaga Mila untuk ibu dan Aya
Setelah cukup tenang akhirnya Mila tak lagi menangis. Tetapi masih enggan makan. Mulutnya masih saja tak ingin ada asupan. Meskipun Rian tahu Mila saat ini pasti sedang lapar. "Sayang, makan dulu, ya?" pinta Rian."Nggak ah. Aku nggak lapar," tolak Mila. Rian masih saja sabar menghadapi Mila. Waktu berjalan begitu cepat. Satu tahun berlalu setelah Bu Yuni meninggal. Kini kehidupan Mila sudah jauh lebih baik. Ia bisa menerima keadaan yang sebenarnya. Begitu juga dengan Pak Seno yang telah mengikhlaskan istrinya pergi untuk selama-lamanya. Tetapi ia rutin ke makam paling lama satu bulan sekali. Ia membersihkan serta mendoakan yang terbaik untuk kebaikan istrinya.Mila dan Rian juga tinggal di rumah nya sendiri. Tetapi setiap akhir pekan mereka memilih menemani ayah mereka di rumah nya. Hari ini hari minggu Mila dan Rian berada di rumah ayahnya. Sejak tadi pagi Mila memasak untuk kebutuhan makan bersama. Meskipun sebenarnya sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga. Hanya saja Mila me
Rian menggelengkan kepalanya. Sudah sekian lama Yana nggak kasih kabar tiba-tiba menyuruh Mila datang dan memberikan informasi itu. "Aku nggak yakin sih," jawabnya."Tapi kenapa Yana bilang begitu, ya? Masa iya Bram akan menikah sama Yana sementara waktu itu Yana telah menikah sama suaminya. Tapi seperti apa tepatnya aku juga nggak paham," sahut Mila yang juga bingung. "Ya sudah, kamu jangan pikirkan! Kamu harus berpikir positif terus ya?" pinta Rian. Ia kemudian melajukan kendaraannya."Kita ke rumah ibunya Bram yuk!" ajak Mila."Kamu yakin?" tanya Rian."Iya, aku hanya ingin memastikan saja," jawab Mila."Tetapi kalau apa yang dikatakan Yana itu benar aku takut kamu akan kenapa-kenapa di sana," sahut Rian."Yah biar nggak penasaran kita tetap ke sana saja!" balas Mila.Ada benarnya memang perkataan Rian. Tetapi Mila tetap ingin membuktikan sendiri perkataan Yana lagi. Rian akhirnya setuju untuk datang ke rumah ibunya Bram. Tiba-tiba di jalan mobil mereka sedikit oleng."Loh, kenap
Isi dari kotak tersebut adalah sebuah boneka yang bersimbah darah. Mila segera melemparkan boneka tersebut. Kenapa ada orang lagi yang mengusik dirinya lagi. Tetapi Rian mencoba mencari sesuatu yang mungkin ada surat atau pengirim di kotak tersebut. Tetapi tak ada. Ia pun membuang kotak tersebut kemudian membakar di samping rumah."Sayang, untuk saat ini kamu tetap berada di rumah, ya? Nggak usah keluar rumah. Tapi tetap berpikir yang jernih saja. Nanti kita pikirkan dan cari tahu orang yang telah mengganggu kita," tutur Rian.Mila hanya mengangguk.Rian hanya takut jika penyakit kecemasan Mila akan kambuh kembali. Ia memeluk tubuh istrinya kemudian mengecup keningnya. "Sayang, aku akan menemani kamu sampai kapan pun. Kamu jangan khawatir, ya?" Mila hanya diam saja. Rian kemudian mengajak Mila ke kamar. Rian sengaja membawa makanan tadi sepulang kerja dan diberikan kepada Mila. Mila dengan senang hati memakan makanan yang dibawakan Rian. "Terima kasih."Keesokan harinya, Mila menema
Bu Ningtia menggelengkan kepalanya. "Ibu nggak kenal sama perempuan ini, Mila. Memang nya kenapa?" tanyanya. Mila menoleh ke arah Rian. "Maaf sebelumnya. Ini adalah teman Mila dan Bram saat kuliah dulu. Tapi dia seperti bertransformasi. Jadi ini adalah perempuan yang sama. Dia mengaku sama Mila katanya dia akan menikah dengan Bram. Tetapi karena Bram saat itu akan menikah dengan Mila akhirnya gagal. Dan katanya keluarga Bram membenci Mila dan akan balas dendam atas meninggal nya Bram," jelasnya. Bu Ningtia mengerutkan keningnya. "Tidak, Mila. Itu tak benar. Kami semua sudah mengikhlaskan kepergian Bram untuk selamanya. Dan ibu juga dengar kalau ibumu meninggal, ya? Ibu turut berduka cita, ya?""Iya, Bu. Katanya itu ada hubungannya sama dendam keluarga Bram. Maaf, bukannya Mila menuduh, hanya saja Mila mau mencari tahu kebenaran. Karena beberapa hari ini sejak perempuan ini tadi memberitahukan tentang itu Mila mendapatkan teror yang tak biasa," terang Mila. Ia juga takut kalau diangg