Beranda / Romansa / Terjebak Perangkap Sang CEO / 46. Hubungan Menghangat

Share

46. Hubungan Menghangat

Penulis: nesitara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-27 12:57:00
Malam harinya, pintu apartemen terbuka, dan Baskara melangkah masuk dengan langkah pelan. Ia melepas dasi dan jasnya, kemudian meletakkannya di gantungan dekat pintu. Ruangan terasa tenang, bahkan mungkin terlalu tenang. Biasanya, Aruna akan duduk di sofa, membaca buku, atau sekadar bersantai sambil menikmati secangkir teh. Tapi malam ini, suasananya berbeda.

Baskara menoleh dan menemukan Aruna di meja makan, sibuk memotong buah sambil memasang ekspresi dingin. Tanpa sapaan, tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya.

Baskara menghela napas panjang. Ia tahu Aruna masih marah. Ia juga tahu kenapa.

Sepanjang hari, Baskara mendapati dirinya dilingkupi perasaan bersalah. Ia tahu sikapnya tadi pagi terlalu keras. Tapi dalam pembelaannya, ia sangat terburu-buru dan jam itu seharusnya tidak ada di kamar Aruna. Ditambah lagi tidak ada penjelasan logis dari kejadian itu yang membuatnya semakin kesal.

Ia berjalan mendekat perlahan, mengambil tempat di sebelah meja. Aruna tetap diam, fokus memotong ape
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   47. Acara Kantor

    Beberapa hari kemudian, Aruna diajak Baskara menemaninya dalam acara kantor di daerah Puncak. Saat mereka tiba di lokasi, sebuah resort mewah yang dikelilingi pepohonan hijau dan udara segar, Aruna bisa merasakan banyak pasang mata yang langsung tertuju pada mereka. Para karyawan yang sudah lebih dulu hadir terlihat terkejut, mungkin tidak menyangka Baskara datang sambil menggandeng erat tangan istrinya.“Pak Baskara dan Bu Aruna terlihat serasi sekali,” bisik seorang karyawan perempuan kepada temannya.Aruna mendengarnya dan semakin tersipu. Ia menunduk sedikit, berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya. Namun, Baskara justru menggenggam tangannya lebih erat dan berbisik di dekat telinganya, “Tidak usah malu. Kamu istri aku.”Kalimat sederhana itu membuat jantung Aruna berdebar kencang. Baskara yang dulu cuek dan dingin kini berubah menjadi seseorang yang mampu membuatnya merasa dihargai dan dilindungi.Mereka berjalan ke area utama acara, di mana para tamu sudah menikmati makan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   48. Gangguan Lagi

    “Tania?” suara Aruna bergetar saat melihat sosok yang berdiri dengan ekspresi dingin di bawah sinar samar lampu.Tania tersenyum miring, tatapannya penuh dengan kebencian yang tak disembunyikan. Gadis itu tidak seharusnya ada di sini karena ia bukan karyawan Grup Adiwireja. Dari pakaiannya yang serba tertutup, sepertinya Tania memang sengaja menyembunyikan diri dan datang diam-diam.“Kamu pikir kamu sudah menang hanya karena Baskara memperlakukanmu dengan baik, Aruna?” suara Tania terdengar tajam, seperti pisau yang menusuk udara dingin malam itu.Aruna menelan ludah. “Apa maumu, Tania? Sudah cukup kamu mencelakaiku sebelumnya–”Namun, sebelum Aruna sempat melangkah mundur, Tania sudah bergerak cepat. Dengan kasar, ia menarik lengan Aruna dan menyeretnya ke arah sisi jalan, menuju hutan kecil yang lebih gelap.“Tania, lepaskan aku!” Aruna berusaha melawan, namun tubuhnya yang sudah lelah dan sepatu hak tinggi yang menghambat langkahnya membuat ia tidak mampu melawan kekuatan Tania.Ga

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-29
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   49. Merasa Ketakutan

    Kesadaran Aruna perlahan kembali. Pandangannya masih buram, dan kepalanya berdenyut hebat. Begitu mencoba bergerak, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya.Ia menggigit bibir, menahan rintihan yang hampir lolos dari mulutnya. Seluruh tubuhnya terasa remuk. Lengan kanannya nyeri luar biasa, lututnya perih, dan ada sesuatu yang menghangat di pelipisnya.Darah.Aruna menyentuh kepalanya lagi, cairan merah yang kental itu kini memenuhi telapak tangannya.Pelan-pelan, Aruna menggerakkan jari-jarinya, memastikan dirinya masih bisa merasakan anggota tubuhnya. Saat kepalanya sedikit menoleh, barulah ia menyadari di mana ia berada. Ia berada di dasar jurang, dikelilingi pohon-pohon besar dengan akar menjalar ke segala arah. Suara aliran air sungai terdengar dari kejauhan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   50. Secercah Harapan

    Baskara meraih jasnya yang basah dan kotor dari tim SAR yang menemukannya, menggenggam benda itu erat seolah bisa merasakan keberadaan Aruna dari sana. Napasnya memburu, jantungnya berdebar kencang. Ini miliknya, jas yang tadi ia kenakan dan diberikan kepada Aruna karena gadis itu kedinginan.Pikirannya dipenuhi kecemasan. Jika jasnya ada di sini, berarti Aruna tidak jauh dari tempat ini."Dia pasti ada di sekitar sini," kata Baskara, lebih kepada dirinya sendiri.Tim SAR yang berada di sekitarnya segera memperluas pencarian. Lampu senter menyapu tanah yang mulai licin dan basah akibat hujan yang perlahan turun. Angin dingin menusuk kulit, tetapi Baskara tidak peduli. Ia melangkah lebih jauh, menerobos semak-semak, matanya liar mencari sosok Aruna.“Aruna!” t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-30
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   51. Saling Menemukan

    Aruna menggenggam ponselnya dengan tangan gemetar, tubuhnya semakin lemah diterpa dinginnya hujan. Napasnya tersengal, tapi ia berusaha tetap sadar. Di seberang telepon, suara Baskara terdengar panik.“Aruna, bertahanlah. Aku akan menemukanmu,” suara pria itu berat namun penuh ketegasan dan ketenangan.Air mata Aruna bercampur dengan hujan yang membasahi wajahnya. “Aku takut… Aku kedinginan, Baskara…” suaranya nyaris tidak terdengar.Baskara terdengar mengumpat pelan, lalu mencoba berbicara lebih lembut, “Tetap sadar, Aruna. Kamu dengar aku? Terus bicara denganku. Kamu ada di mana sekarang? Apa yang bisa kamu lihat?”Aruna mengerjap, mencoba fokus di sekelilingnya. “A-aku jatuh ke jurang. Di sini ada pohon besar. Ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   52. Untuk Aruna

    Baskara berdiri membatu di depan dokter, merasakan dadanya sesak. Kata-kata dokter masih menggantung di udara."Persediaan darah dengan golongan yang cocok tidak tersedia saat ini. Kita butuh pendonor segera."Matanya beralih ke Aruna yang terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat, napasnya lemah. Baskara mengepalkan tangan. Tidak. Dia tidak akan membiarkan Aruna pergi.“Aku.” Suara Baskara serak, nyaris bergetar. “Cek darahku. Aku akan jadi pendonor.”Dokter mengangguk, segera memberi isyarat pada perawat. Sementara itu, Arga yang berdiri di dekat pintu angkat bicara.“Aruna punya adik.”Baskara menoleh cepat, sorot m

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   53. Kembalinya Anindya

    Aruna perlahan membuka matanya, cahaya putih dari lampu rumah sakit menusuk penglihatannya yang masih buram. Suara mesin medis berdetak pelan di sampingnya, sementara aroma antiseptik khas rumah sakit memenuhi hidungnya. Tubuhnya terasa berat, lemas, dan kepala masih berdenyut pelan.Ia mencoba menggerakkan jarinya, lalu perlahan matanya berkeliling, mencoba mengenali tempat ia berada. Begitu kesadarannya semakin pulih, ia menyadari seseorang duduk di samping tempat tidurnya.Baskara.Pria itu menatapnya dengan sorot mata tajam yang terlihat terkejut. Ada kecemasan yang tertahan, seperti ia baru saja melewati neraka hanya untuk bisa berada di sini."Aruna?" suara Baskara serak, nyaris seperti bisikan.Aruna menelan ludah, ten

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Terjebak Perangkap Sang CEO   54. Saling Memaafkan

    Tidak lama Baskara keluar dari ruang perawatan untuk memanggil Anindya, adiknya itu muncul. Gadis itu membuka pintu dan berdiri di ambang pintu, ragu-ragu, seolah masih mempertimbangkan apakah keputusannya untuk datang adalah hal yang benar.Aruna menatap adiknya dengan perasaan yang bercampur aduk. Ia ingin berbicara, ingin meminta maaf, ingin mengucapkan terima kasih, tapi tenggorokannya terasa tercekat.Anindya akhirnya melangkah masuk, menyilangkan tangan di depan dada. "Bagaimana kabar Kak Aruna? Sekarang Kakak sudah baik-baik saja sekarang?" tanyanya dengan nada datar.Aruna mengangguk pelan. "Terima kasih," ucapnya lirih. "Terima kasih sudah menyelamatkanku, Nin."Anindya mendesah, lalu duduk di kursi di samping tempat tidur Aruna. "Aku cuma melakukan apa yang har

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01

Bab terbaru

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   71. Hubungan Sepupu

    Oma memanggil semua anggota keluarga untuk berkumpul di ruang tengah vila. Aruna buru-buru merapikan dirinya dan mengikuti Baskara yang sudah lebih dulu melangkah keluar kamar. Di ruang tengah, suasana terlihat cukup hangat. Semua anggota keluarga telah duduk, beberapa membawa cangkir teh, yang lain hanya berbicara pelan sambil menunggu."Besok kita akan mulai lebih sore. Sepertinya pemandangannya akan lebih bagus jika kita pergi sore hari saat matahari mulai tenggelam," ucap Oma sambil menatap anggota keluarganya satu per satu. "Kita akan berdoa bersama, lalu menaburkan bunga seperti biasa."Semua mengangguk, hingga Baskara tiba-tiba berujar dengan nada tidak sepenuhnya setuju, "Kenapa tiba-tiba mengubah jadwal? Biasanya kita melakukannya di pagi hari? Aku sengaja memundurkan pekerjaanku ke sore hari karena acara ini biasa berlangsung sejak pagi."Aruna yang duduk bersisian dengan Baskara, langsung menoleh, ekspresinya berubah. Namun gadis itu tidak mengatakan apa pun.Ternyata apa y

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   70. Vila

    Langit Lombok sore berwarna biru dengan semburat jingga yang mulai menjalar perlahan menyambut kedatangan keluarga Adiwireja ke vila mereka, termasuk Aruna di dalamnya. Angin pantai membawa aroma laut yang asin dan segar, menyapu wajah Aruna saat ia berdiri di ambang pintu vila keluarga Baskara.Vila itu berdiri tenang di tepi pantai, menghadap langsung ke laut lepas. Bangunannya berarsitektur klasik tropis dengan jendela lebar berbingkai kayu, dan balkon luas yang menghadap ombak. Suasana di dalam vila hening, hanya suara debur ombak dan desir angin yang mendominasi.Baskara meletakkan koper di sudut kamar, lalu menghampiri Aruna yang masih berdiri terpaku memandangi pemandangan luar dari balik tirai tipis yang melambai.“Ada apa?” tanya Baskara lembut, memeluk tubuh istrinya dari belakang.Aruna hanya menggeleng pelan. “Tidak apa-apa. Aku cuma... ini terlalu indah. Juga sangat nyaman.”Baskara tersenyum, mengecup pelan pelipis Aruna. “Aku tidak pernah menyadari keindahan tempat ini

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   69. Kebersamaan Hangat

    Menjelang malam, Aruna akhirnya kembali ke apartemen. Begitu pintu dibuka, aroma khas apartemen yang familiar menyambutnya. Di ruang tengah, Baskara sedang duduk di sofa dengan laptop terbuka di pangkuannya, tapi langsung menoleh saat mendengar pintu terbuka.“Aku pulang,” ucap Aruna pelan, senyumnya tipis.Baskara mengangkat wajah. Mata pria itu berbinar begitu melihat Aruna masuk. Ia kemudian bangkit dan mendekat, menyambut Aruna dengan pelukan singkat. “Kamu kelihatan capek.”“Sedikit.” Aruna mengangguk. “Tadi habis dari rumah sekalian antar Anin pulang.”Mereka berdua lalu duduk di sofa, keheningan sejenak mengisi ruang.“Kamu sudah makan malam?” tanya Aruna.Baskara mengangguk. “Ya, aku makan lebih dulu karena kamu sudah makan dengan Anin. Tidak apa-apa?”“Ya, tidak apa-apa, Mas. Aku malah akan khawatir kalau kamu belum makan. Nanti kalau kamu sakit aku juga yang repot merawatmu,” ujar Aruna dengan senyum geli.Alis Baskara naik. “Maksudnya kamu tidak ikhlas merawatku kalau aku s

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   68. Pulang ke Rumah

    Aruna berdiri di depan rumah orang tuanya—rumah yang sudah lama sekali rasanya tidak ia kunjungi meski sebenarnya baru beberapa bulan saja. Banyaknya rentetan kejadian belakangan ini membuat kepergiannya dari rumah itu terasa sudah lama berlalu. Kini, Anindya yang tinggal di sana. Adiknya itu menolak untuk tinggal bersama Aruna dan memilih untuk tinggal sendirian di rumah orang tua mereka.Rumah itu menyimpan begitu banyak kenangan yang melekat dalam setiap dinding dan sudutnya. Udara senja terasa lebih berat ketika Aruna menatap pintu yang kini terbuka oleh Anindya.“Masuk aja, Kak. Mau istirahat dulu?” tanya Anindya sambil melepaskan sepatunya.Aruna mengangguk pelan dan mengikuti adiknya masuk. Saat melangkah melewati ruang tamu yang masih dipenuhi perabot lama, ada desir hangat sekaligus perih yang menghampiri dadanya. Ia merasa seperti kembali ke masa-masa kecil, masa saat semuanya masih utuh.Hidup keluarganya mungkin tidak bergelimang harta. Namun Aruna bisa ingat saat orang tu

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   67. Obrolan Bersama Anindya

    Sambungan terputus begitu saja, menyisakan hening yang menekan telinga Aruna lebih keras dari suara apa pun. Ia masih mematung di kursinya, jari-jarinya menggenggam ponsel dengan kaku. Keringat dingin mulai membasahi tengkuknya, meski udara di restoran tidak panas.Tidak lama denting singkat terdengar. Satu notifikasi masuk.Aruna menunduk dengan detak jantung tidak karuan. Layar ponselnya kembali menyala. Kali ini bukan panggilan, melainkan sebuah pesan dari nomor tak dikenal.Tidak ada teks. Hanya satu file video.Dengan tangan gemetar, Aruna memutar video itu. Butuh waktu beberapa detik hingga gambar mulai bergerak. Seketika saja dunia Aruna seperti jungkir balik.Di layar, tampak seorang pria tua terbaring di atas ranjang besi, dalam sebuah ruangan yang tampak seperti fasilitas medis atau rumah sakit. Dindingnya kusam, pencahayaannya redup. Tidak ada tanda-tanda modernitas atau perawatan profesional. Hanya ranjang sederhana, alat infus menggantung yang tidak terpasang, dan tabung

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   66. Belum Aman

    Aruna baru saja selesai menyiapkan sarapan saat Baskara keluar dari kamar mandi, masih mengenakan handuk dan wajah yang masih terlihat was-was.Pagi ini gerak-gerik Baskara lebih sigap dan waspada, Aruna bisa merasakannya. Sejak Aruna membuka mata, ke mana pun matanya tertuju, pasti ada Baskara di sana. Seakan suaminya itu tidak mau jauh-jauh dari Aruna, ingin memastikan bahwa dirinya bisa terlihat dan terlindungi dalam jangkauan Baskara."Aku bisa kerja dari rumah hari ini," ujar Baskara akhirnya setelah kembali muncul dengan pakaian kerjanya. Sambil berjalan ke arah Aruna dan bergabung di meja makan, ia berkata lagi, "Atau lebih baik aku tidak pergi ke kantor saja dan menemani kamu di sini?"Aruna menoleh, menatap mata suaminya yang menunjukkan kecemasan. Bibirnya tersenyum lembut. Ditambah hatinya terasa hangat karena sangat merasakan usaha Baskara yang masih berusaha menjaganya sejak ia memberitahu tentang teror itu.“Tidak usah, Mas,” ucap Aruna lembut sambil menyiapkan sarapan u

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   65. Lebih Waspada

    Senja mulai merayap perlahan, menggantikan cahaya matahari yang tadi menghangatkan ruangan. Lampu-lampu apartemen menyala lembut saat pintu utama terbuka dan suara langkah kaki Baskara terdengar memasuki apartemen. Aruna, yang sedari tadi menunggu di ruang tamu dengan secangkir teh yang sudah dingin di tangan, segera berdiri dan menyambut sang suami seperti biasa.“Capek, ya?” tanya Aruna sambil mengambil jas yang dikenakan Baskara.Baskara tersenyum kecil, lalu mengecup kening istrinya. “Tidak juga. Aku hanya ingin cepat pulang dan bertemu kamu.”Aruna terkekeh pelan, meski nada tawanya terdengar hampa. Ia berusaha bersikap seperti biasa dengan menyiapkan minuman, bertanya soal pekerjaan, dan menemani Baskara makan malam. Tapi pikirannya tidak pernah benar-benar fokus. Matanya sering melirik ke arah pintu. Tangannya kadang gemetar ringan saat mengambil sendok atau gelas.Baskara menyadarinya, tapi belum berkomentar. Sampai akhirnya mereka duduk berdua di sofa setelah makan, dan pria

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   64. Ketenangan Pagi

    Pagi itu, cahaya matahari yang hangat menyusup masuk lewat celah tirai kamar, menyorot lembut ke arah tempat tidur yang masih berantakan. Di sisi ranjang, Aruna duduk bersandar dengan selimut membungkus tubuhnya, rambutnya sedikit kusut namun wajahnya berseri. Di hadapannya, Baskara tengah mengenakan jasnya, bersiap untuk berangkat kerja.“Kenapa kamu tidak membangunkanku? Aku belum menyiapkan sarapan karena terlambat bangun,” gerutu Aruna, suaranya masih serak karena baru bangun.Tidurnya terlalu nyenyak hingga ia tidak menyadari hari sudah pagi. Ia bahkan tidak menyadari gerak-gerik Baskara yang pasti mengeluarkan suara-suara saat bersiap-siap. Apa yang terjadi semalam benar-benar membuat Aruna lelah dan hatinya penuh hingga tidur lelap.Baskara menoleh, lalu tersenyum kecil. Aruna perlahan mulai terbiasa dengan senyum sang pria yang hanya muncul untuk dirinya. Ia melangkah mendekat dan duduk di tepi ranjang, tangannya menyentuh pipi istrinya dengan lembut.“Kamu tidur nyenyak sekal

  • Terjebak Perangkap Sang CEO   63. Menyalurkan Perasaan

    Ciuman mereka tidak lagi sekadar sentuhan bibir. Ada hasrat yang tertahan terlalu lama, ada gairah yang meronta untuk dilepaskan. Baskara mendekap Aruna erat, seolah ingin menyatu, bukan hanya tubuhnya, tapi juga hati dan luka-luka yang selama ini mereka simpan dalam diam.Baskara menatap Aruna sejenak, seolah meminta izin, memastikan bahwa ini adalah keinginan mereka berdua. Saat Aruna mengangguk pelan, dengan mata yang berkaca, ia tahu tidak ada lagi yang perlu diragukan.Dengan satu gerakan lembut namun tegas, Baskara mengangkat Aruna ke dalam gendongannya dan membawanya ke kamar. Cahaya temaram lampu tidur menyinari kulit mereka, menciptakan bayang-bayang yang seolah ikut menyaksikan malam yang menjadi momen penting bagi dua insan itu.Begitu Aruna berada di atas ranjang, Baskara bergabung di sana. Tubuhnya bera

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status