Home / CEO / Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya / Bab 40 Yang Melambai

Share

Bab 40 Yang Melambai

Author: Buenda Vania
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Sanjaya butuh jawaban wanita ini.

"Ya, Tuan, tadi malam saya tidak sengaja—ahh!"

Lagi-lagi Davinka tidak bisa melanjutkan ucapannya, pria itu langsung membopong tubuhnya dan kembali membaringkannya di atas ranjang.

Sanjaya mengambil kotak P3K di atas nakas bekas Davinka mengobati lukanya.

"Dasar bodoh, seharusnya obati dulu lukamu, baru mengobati luka orang lain!" Tegur Sanjaya sambil menuang alkohol di atas kapas.

Pria itu benar-benar tidak tahu atau tidak sadar yang jika bergerak, kejantanannya yang terkulai akan selalu melambai kesana kemari.

"Baik, saya akan mengingatnya," jawab Davinka acuh.

Wanita itu masih menatap ke langit-langit tidak berani menunduk ke arah Sanjaya.

"Aku sedang bicara denganmu, Davinka. Bukan pada orang lain!" Sanjaya menarik kaki Davinka yang terluka.

Sanjaya sangat jengkel karena tidak dianggap oleh wanita itu!

Davinka berusaha menariknya kembali saat tanpa sengaja ujung jempolnya menyentuh kulit yang terasa hangat. Kulit siapa lagi kalau bukan
Buenda Vania

Semoga suka 😘😘

| 1
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arnie. R
part ini aneh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 41 Harus Bayar Sewa

    "Kamu boleh membenciku, Davinka, karena telah memperlakukan tubuhmu dengan buruk," ucap pria itu tulus. Dia memang tidak seharusnya melakukan hal ini kepada Davinka. "Tidak apa-apa Tuan, Seperti yang Anda katakan, tubuh ini milik Anda. Saya hanya ngontrak di dalam sana," Davinka cemberut saat mengatakan itu, hingga membuat Sanjaya ingin tertawa terbahak-bahak melihat wajahnya yang lucu. Sanjaya memagut bibir Davinka dan menyesapnya sebentar karena gemas dan membuat mata wanita itu terbelalak lebar karena tidak percaya dengan aksi dadakkannya. "Tuan …," Protes Davinka. "Kamu harus membayar sewanya, Davinka!" tegas pria itu tanpa tahu malu. Davinka merengut, haruskah jiwanya ini terbebas dari raganya agar tidak membayar sewa. Akhirnya, dia mencoba negosiasi. "Tapi saya sudah tidak punya uang, Tuan. Saya belum gajian," Davinka menunduk karena frustasi, "bulan ini saya gak dapet bonus," ujarnya lagi terdengar sangat lirih. Semakin gemas, Sanjaya kembali mengangkat dagu Davinka, da

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 42 Yudha adalah Ancaman

    'Eh, kayaknya si Sanja ketinggalan di kamar atas. Sekarang yang ada di depan gue Tuan sanjaya yang sombong!' "Baik, Tuan," jawab Davinka akhirnya tanpa berani menatap wajah Sanjaya.Sanjaya merapihkan kursi roda agar Davinka dapat menikmati sarapannya dengan mudah."Habiskan sarap—"Ucapan Sanjaya terhenti saat suara Reno yang lucu memanggil Davinka dengan penuh antusias."Mommy Tante!" Seru anak itu sambil berlari ke arah Davinka, sedikit menjinjit agar dapat mencapai pipi Tante barunya saat sudah dekat.Davinka paham akan mau bocah itu, sedikit membungkuk agar Reno dapat meraih pipinya dan mendaratkan bibirnya yang basah."Celamat pagi Mommy Tante!" seru anak kecil itu. Senyum cerah terlihat di wajahnya yang cabi."Selamat pagi, Sayang …." Balas Davinka sambil mengelus rambut hitam legam Reno.Sanjaya melongo, sekarang dirinya sudah benar-benar tergantikan posisinya oleh Davinka di hati keponakannya yang tampan i

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 43 Om Daddy Jahat

    Sandy mulai melakukan apa yang minta oleh Tuannya. Memanggil desain interior dan mulai membuat janji. Siang itu Sandy seperti melihat Tuannya telah hidup kembali. Walaupun wajahnya terlihat datar, tapi matanya sangat bercahaya, menunjukkan apa yang tersirat dalam hatinya. Setelah mengkelm, Davinka sebagai Davin-nya, Sanjaya mulai tidak sabar untuk segera menemui wanitanya itu. Dia ingin pekerjaannya segera selesai dan menjemput Davin-nya di rumah Rasty. "Sandy, telepon Rasty, minta dia untuk menyiapkan Davinka dan menjauhkannya dari Reno agar anak itu tidak menghalangi Davinka saat pulang," ujar Sanjaya tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas yang sedang dia baca. "Baik, Tuan." "Pastikan, Pak Pudin mendapatkan target untuk pengiriman ke Semarang Rabu ini. Kapal kita sudah kembali, kan, dari Kalimantan?" tanya Sanjaya ingin semuanya selesai hari ini. Sanjaya tidak bisa lepas begitu saja tanggung jawab pada peleburan besi tua yang dirintis dari nol pada pemimpin baru yang dit

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 44 Tambah Masa Puasa

    Melihat kesulitan Davinka, Sanjaya memindahkan tubuh Reno pada pangkuan wanita itu dan melihat wajah keponakannya yang bahagia.Reno langsung menghujani seluruh pipi Davinka dengan air liurnya, padahal tubuh mungilnya belum sepenuhnya duduk di atas panggung Davinka. Anak itu begitu mencurahkan kasih pada wanita yang baru dia kenal hingga siapapun iri melihatnya.Hati Davinka menangis karena haru mendapat perlakuan manis dari Reno. Bolehkah dia membawa pulang anak ini?Dengan merangkum wajah mungil Reno yang menggemaskan, Davinka mulai bicara dengan lembut, memberikan nasihat pada anak itu agar makan dengan baik."Reno harus banyak makan supaya sehat dan ketemu Tante lagi, mau, kan?" tanya Davinka yang berakhir dengan kecupan hangat di pelipis anak dalam pangkuannya."Oke, Mommy Tante. Nanti bobo bayeng Eno, yaa?" Pinta anak itu yang belum dipenuhi oleh Davinka.Davinka kembali mengangguk dan mencium pipi cabi Reno sebelum mengembalikan anak

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 45 Devin, Mamah Rindu

    Davinka mulai membabi buta memukuli dada Sanjaya dengan kepalan tangannya. Pria ini pasti sudah melakukan sesuatu yang kejam pada Yudha-nya hingga membuat mantan suaminya berada disini. Sanjaya mencekal kedua pergelangan tangan Davinka dan menghempaskannya dengan kasar, sorot matanya jelas menunjukkan ketidak sukaan. "Aku bisa melakukan apapun yang aku mau, Devinka. Seperti apa yang ada dalam benakmu saat ini. Mengubur Yudha hidup-hidup!" "Apa maksud, kamu? Apa kamu—" Davinka membekap mulutnya. Dia menjawab sendiri pertanyaannya. "Kamu bunuh mas Yudha?!" Tuduh Davinka. Wanita itu semakin menghujami Sanjaya dengan banyak pukulan. Akan tetapi, Sanjaya kembali menahan pergelangan tangan Davinka dan mendorong tubuh wanita itu. Dengan tatapan keji Sanjaya mencengkram rahang Davinka. "Mulai sekarang berhati-hatilah dengan lidahmu dan berhenti menyebut nama pria itu!" Setelah mengatakan itu Sanjaya langsung keluar dengan membant

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 46 Siapa yang Lebih Dia Cintai?

    Mata sayu Davinka mulai terbuka dengan bibirnya yang masih terus meringis karena menahan sakit."Tuan …," panggil Davinka dengan suaranya yang serak.Davinka menatap Sanjaya bingung. Suara yang memanggilnya tadi seperti sudah sangat dia kenal. Tapi, saat matanya terbuka di depannya bukanlah seorang yang dia kenal di masa lalu atau bayangan almarhum suaminya."Devin?" tanya Davinka dengan suaranya lirih."Ya, dia ada di hadapanmu," ujar Sanjaya menenangkan."Tuan … Tuan, tau Devin?"Sanjaya mengangguk, "Dia anak kamu. Kamu mau ketemu dia, kan?"'Kok dia tahu? Siapa yang kasih tahu?'Davinka hanya diam tanpa kata. Sanjaya bisa melakukan apapun, bukan? Lebih baik tidak usah bertanya.Dia hanya memegangi kepalanya yang masih berdenyut hebat, tapi sebisa mungkin ditahannya."Apa sudah selesai?" tanya Sanjaya lagi saat tidak mendapat jawaban apapun.Sanjaya ingin membawa Davinka dari pem

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 47 Bodoh dan Ceroboh

    Devinka menggeliat saat merasakan tangan kekar melingkar manis di atas perutnya. Davinka pikir pria ini tengah mengabaikannya mengingat perkataan sengit di dalam mobil dan sikap acuhnya. Tapi ternyata, dia tidak memberi ruang sedikit pun untuk dirinya bergerak saat ini. Pria itu memang tertidur lelap, tapi begitu mengintimidasi dan menguasai tubuhnya. Devinka berusaha menyingkirkan lengan kokoh itu. Akan tetapi, pria ini tidak bergerak sedikitpun. "Diamlah Davin, ini masih terlalu pagi untuk bangun!" dengus Sanjaya saat merasa tidurnya terganggu oleh ulah Davinka. Padahal dirinya baru saja terlelap. "Tuan, saya ingin ke kamar kecil. Hanya sebentar, saya janji," pinta Davinka. Sanjaya menguap lebar sambil mengeluh. "Seharusnya mereka menaruh pispot atau baskom di bawah tempat tidur! Tetap disana!" Masih dengan mata mengantuk Sanjaya menuruni ranjang. Devinka tidak senang mendengar perkataan pria itu, dirinya tidak

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 48 Kami Berbeda

    "Dia …." 'Dia gak sama, sama gue. tapi kenapa Tuan Sanjaya selalu nyebut nama dia pas nyentuh gue? Jelas ini gak masuk akal, kami berbeda!' Devinka benar-benar bingung membandingkan kesamaan antara dirinya dengan paras cantik berlesung pipi di bingkai itu. Lesung pipinya memang tidak sedalam wanita itu, tinggi hidung mereka terlihat berbeda. Yang tidak dapat Davinka enyahkan adalah sorot mata dan bibir sensual itu yang sama persis seperti miliknya. Tapi bagaimana Sanjaya bisa menyamakan mereka berdua? Jelas mereka sama sekali tidak mirip. Devinka terus menatap bingkai itu dan mengkopi dalam benaknya agar dia bisa membandingkan dengan wajahnya sendiri yang jelas sangat berbeda jauh. Suara Nani yang dingin mengenyahkan lamunan Davinka hingga membuat tubuhnya sedikit tersentak. "Pergi ke belakang!" ujar pelayan Nani dengan penuh penekanan di setiap katanya. "Tuan yang akan memutuskan apa hukuman dari kecerobohanmu!" ujar pelayan Nani lagi. Wanita itu sangat terlihat marah. Pelayan

Latest chapter

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 244 Tujuan Hidupku Adalah Kamu

    Davinka kembali menoleh pada Wulan dan menggenggam tangannya, menatap wanita itu penuh hormat, berkata dengan suara yang lembut dan penuh permohonan, "Mah, aku tidak dibesarkan oleh seorang ibu dan tidak banyak orang yang aku kenal. Sekarang aku memanggilmu Mama. Emm, Mama mau, kan, menjadi ibuku dan merestui pernikahanku!"Pupil matanya melebar, terus menatap Wulan penuh harap. Akankah Wulan memenuhi keinginannya?Wulan sendiri kehilangan kata-katanya. Air mata kembali mengalir deras dengan isakkan tertahan. Wanita itu hanya mengangguk sebagai jawaban.Bodoh! Anak sebaik ini, bagaimana ia bisa menyakitinya dan menolaknya berulang kali!Davinka mengangguk dengan senyum lebarnya, lalu memeluk tubuh gemetar itu dengan penuh kehangatan."Terima kasih, mulai sekarang aku punya Mama." Bisik Davinka dengan elusan lembut di punggung Wulan.Davinka mengurai pelukan, menarik tangan Sanjaya agar menjabat tangan Wulan, "Sekarang Mama Wulan adalah ibu mertuamu, cepat sungkem!"Sanjaya tercengang.

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 243 Semua Sudah Selesai

    Mendengar ibunya berkata seperti itu membuat Yudha bangun dari duduknya dan meraih tangannya."Ini semua karena Yudha. Mama hanya korban dari obsesi Yudha! Sudah, semua sudah selesai. Biar Yudha yang menanggung semua ini!" Tegas pria itu. Kini aura kehidupan sudah terlihat di wajahnya. Davinka yang asli sering menolaknya dengan kata-kata kasar karena ke keraskepalaannya.Penyesalan, kekecewaan, dan amarah terpancar jelas. Akan tetapi, semua ditujukan kepada dirinya sendiri."Tidak ada yang akan masuk penjara. Semua hanya karena kesalahpahaman!" tanam Sandy, "Tuan Sanjaya mengembalikan semua yang sudah diambilnya," ujarnya lagi yang membuat mereka semua tercengang."Mak-maksudnya?"Kebingungan jelas terlihat dari bagaimana cara mereka bereaksi. Entah apa yang diambil dan harus dikembalikan."Toko elektronik suami Anda beserta isinya dan beberapa calon investor sudah ada di dalam dokumen ini. Kalian tidak bisa menolak! Ja

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 242 Kebebasan Yudha

    "Udah malem! bye, Rani …." Davinka langsung menutup pintunya rapat.Rani membalikkan tubuhnya, kamar itu sudah temaram. Yang membuat ia menggigit bibir bawahnya adalah, Sandy berada di tengah ranjang dengan memeluk Inggi. Putrinya malah ada di sisi lainnya ranjang itu.'Ais … jadi gue harus tidur disamping dia?' jerit Rani dalam hatinya.Bersentuhan dengan kulitnya saja sudah hampir membuatnya seperti terbakar. Tapi ini ….Pikirannya terhenti."Mau sampai kapan kamu di sana!" Suara bariton itu menggema dalam remangnya kamar hingga mampu membuat bulu kuduk Rani meremang sempurna.Suara serak Sandy menandakan bahwa pria itu sudah sempat tertidur, terdengar sangat menggoda di telinganya hingga jantungnya mulai berdetak lebih hebat. Rani mulai melangkah dengan kaki beratnya. Ia tahu malam ini harus tidur di ranjang yang sama dengan Sandy. Mampukah?Ini memang bukan malam pertama mereka. Tapi, tidur tepat di sisi pria itu hampir tidak pernah terjadi selama tiga Minggu mereka menikah."Di-d

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 241 Permata yang Kutenggelamkan!

    'Aku tahu, aku sedang dihukum atas semua kejahatan-kejahatanku. Tapi kenapa tidak ambil saja nyawaku daripada membuat semua orang menderita bersamaku!'Venti mulai merasa depresi dengan keadaannya. Kata-kata berikutnya semakin membuatnya tenggelam."Itu jauh lebih bagus. Di kantor Papa bisa fokus bekerja. Tadinya Papa hanya akan pergi saat mendesak saja. Tapi melihat cinta kalian, Papa merasa sangat lega!"Davinka melihat suster membawa sesuatu di tangannya. "Apa itu, Sus? Apa makan siang mama?""Ya, Nyon—""Panggil ibu saja. Saya lebih nyaman dengan itu!" pangkas Davinka cepat. Dia sudah sangat risih dengan sebutan nyonya-nonyaan.Suster itu mengangguk dan berjalan mendekati Davinka, memperlihatkan apa yang ia bawa."Ini bubur cair. Nyonya Venti hanya dapat makan ini sementara waktu sampai bisa mengunyah kembali," jelas suster itu.Dengan wajah murung dan dan air mata yang hampir jatuh, Davinka terus menatap ib

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 240 Menunda Bulan Madu

    "Keadaannya tidak akan membaik hanya karena kamu membatalkan resepsi kita, Ra!" Dan ini akan selalu menjadi panggilan untuk Diandra walaupun kini sudah mengganti nama Davinka dan melupakan panggilan Davin-nya."Baiklah, aku kalah dari kalian!" desahnya sambil menatap kelima pria ini yang sekarang berada dikamar perawatan Venti."Ayo! Rasty dan yang lainnya sudah menunggu di rumah," ujar Noel mengingatkan.Mereka akan pulang ke apartemen mewah Sanjaya. Noel sendiri setelah resepsi akan kembali ke Singapura dan menetap disana. Insiden berdarah di rumahnya sama sekali tidak pernah terpublikasikan. Ada keinginan untuk menjual rumah itu, tapi Davinka menolaknya. Bagaimanapun, rumah itu memiliki kenangan untuk Davinka ataupun Diandra.Brata menyewa satu jasa suster untuk merawat istrinya. Sebenarnya ia ingin dua orang agar mereka bisa bergantian menjaga. Tapi, menantunya ini menolak dengan alasan Venti sekarang memiliki empat orang anak. Satu suster sudah cukup."Kenapa tidak pulang kerumah

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 239 Semua Sudah Terlambat

    Ketika semua tidak seperti apa yang kita rencanakan maka, pasrahkan, serahkan, ikhlaskan …. Biarkan tangan Tuhan yang melanjutkan karena, seberapa gigih pun kita mencoba, tanpa jamahan tangannya semua akan sia-sia.Venti sudah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyingkirkan Diandra agar menjauh dari putranya. Tapi apa? Semakin ia berusaha, semakin mendekatkan mereka hingga akhirnya membuat dirinya seperti ini sekarang. Bahkan, kematian lebih baik daripada kehidupan yang menyiksa ini.Dari tempatnya berbaring, Venti terus menatap wajah Davinka. Wajah cantik itu memang sangat berbeda dengan milik Diandra kecuali, mata, bibir, siluet dan suaranya yang sangat ia kenal.Seharusnya dia tahu akan hal ini karena Noel adalah bedah plastik terbaik di negaranya hingga mendapatkan pekerjaan di Singapura."Kita harus mencari dokter terapis terbaik, mama tidak bisa terus seperti ini!" bujuk Davinka disela isak tangisnya.'Apa dia menangis untukku? Menangisi aku yang jahat ini?' bagaimana mana

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   238 Jagain Mama Dan Reno

    Para polisi langsung mengamankan Laura. Peluru mengenai dadanya dan langsung tembus ke jantung. Bukan hanya satu, tapi dua sekaligus hingga menewaskan wanita itu.Ambulance dan beberapa polisi sudah datang, mereka ditelpon oleh Noel dan Brata."Sanja!" panggil Davinka saat melihat suaminya terbaring lemas. Noel dan Sandy sudah ada disana memberikan pertolongan pertama."Aku gak papa," sahutnya menenangkan.Dengan kaki gemetar, Davinka membawa Renhart mendekat pada Sanjaya dan bersimpuh di hadapannya. Sanjay menyentuh wajah putranya dan bertanya dengan suara yang parau. Berusaha untuk tetap tersadar, "Kamu gak papa, kan? Apa ada yang sakit?"Pria itu melihat bagaimana Renhart di bekap oleh Laura.Renhart menggeleng, "Papa pasti kesakitan. Itu pasti sakit."Anak itu bicara di sela isak tangisnya. Merasa sangat khawatir. Renhart tahu Papanya sengaja melakukan itu agar peluru tidak mengenai tubuhnya. Ia melihat sendiri Papanya langsung melompat saat wanita jahat itu berteriak memintanya u

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 237 Sanjaya Terkapar

    Suhu di ruangan itu mendadak berubah dibawah nol derajat. Suasananya lebih dingin dari kutub Utara. Siapapun tidak berani mengambil napas dengan semaunya. Mereka hanya tidak ingin mengeluarkan suara dan mengganggu konsentrasi.Laura masih menatap puas apa yang ada di hadapannya, bagaimana musuh terbesar ibunya kini sudah tidak terselamatkan lagi. Wajah Venti sudah terlihat bengkok dan kaku, napasnya sedikit terengah-engah, terlihat sangat kesakitan.Venti masih belum bisa memalingkan wajahnya dari tempat Davinka berdiri. Hanya suara geraman yang lolos dari bibir wanita itu yang sedikit membiru."Ini lebih bagus dari kematian. Kamu tersiksa sebelum ajal menjemput! Hahah!" Sandy melangkah maju. Tapi sial, ternyata telinga Laura sangat peka. Wanita itu kembali fokus pada Renhart dalam dekapan lengangnya."Apa kalian gila!" teriak wanita itu. Laura memutar tubuhnya dengan Renhart dalam lengannya, pistol terus menempel pada kepala anak itu dan siapa di tekan kapanpun. Ia menatap semua y

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 236 Ini Tidak Sah!

    Suara benda jatuh dan teriakan menggema dari arah pintu dapur. Suara langkah kaki mulai terdengar semakin dekat. Venti yang masih menggenggam tangan Davinka merasa sangat bingung dengan nama ayah Davinka yang sama persis seperti nama ayah Diandra. Wanita itu masih berpikir keras dan berusaha mengenyahkan semua ketakutannya.'Ini pasti hanya kebetulan, kan?' tanyanya dalam hati, 'apa mereka saudara, satu ayah, atau—' Suaranya terhenti. Venti melihat genggaman tangannya yang masih menggenggam tangan Davinka yang kini dipaksa lepas oleh suaminya sudah terbuka dan tangan Davinka hilang dalam genggaman tangannya."Apa yang kamu pikirkan? Sekarang putra kita sudah sah menjadi suami Davinka," tukas pria berusia mengingat istrinya yang masih diam membisu. Pikirannya bahkan terlihat kosong.Brata membantu Davinka agar duduk disisi Sanjaya. Mereka mulai menandatangani berkas pernikahan. Namun, saat penghulu menyerahkan dua buku merah dan hijau, teriakan seseorang menghentikan pergerakannya.

DMCA.com Protection Status