"Kau belum pulang?" Aldrich berbalik, menatap lekat wanita dengan perut buncit di belakangnya. Ia meletakkan sendok sayur, mematikan kompor dan mendekat ke arah Eleanora--istrinya.Elea mundur selangkah. "Kau ingin apa?"Aldrich menahan tangan Elea, berjongkok dan mencium perut buncit milik gadis pemarahnya. "Selamat pagi, sayang," ucapnya mengusap perut Elea."Apa yang kau lakukan?" Elea mundur namun Aldrich menahan tangannya. Pria itu mendongak dan menatap dingin pada Elea. Tatapan yang tak pernah Elea lihat sebelumnya. Karena bagi Elea, seacuh apapun Aldrich ia tak akan mendapati suaminya menatapnya asing.Eleanora membeku, kakinya terasa lemas dan ingin terjatuh. Aldrich menambahkan. "Kamu tidak melihat apa yang aku lakukan? Aku menyapa anakku!""Anak? Ya, aku masih mengingat juga dengan jelas, kau sangat ingin aku hamil, apa ini juga termasuk dalam permainanmu, Rich?"Dimana kata ‘tuan’ yang biasa Elea ucapkan?Aldrich bangkit berdiri, Elea mengambil itu sebagai kesempatannya un
"Semuanya. Aku tahu kesalahanku padamu sangat banyak, El. Aku ... aku menyesal," ungkapnya jujur. Ia menatap lekat Elea yang semakin terlihat cantiknya.Menghela napas pelan Elea menatap.datar pada Aldrich. "Sudah tidak ada artinya lagi, Julian. Sekarang, kau pergilah aku tidak ingin mendengar apapun lagi darimu," usirnya berbalik namun, Julian kembali membawanya kembali saling hadap."Apa yang kau lakukan Julian!" pekik Eleanora karena Julian begitu memaksanya, menggenggam erat tangannya.Bi Zhang yang berada di dapur kembali ke depan dan melihat apa yang terjadi pada nyonya nya.Tatapan Julian membuatnya terdiam dan mundur, bi Zhang kembali ke dapur dengan jantung berdebar, kasihan pada nyonya nya ia lantas menelpon tuanya agar segera menolong."Dia memperlakukanmu sangat baik rupanya," seringai Julian, tahu bahwa dulunya Elea tidak memiliki pelayan rumah tangga. Mereka sudah menjalin kasih lama, jelas Julian tahu setiap sudut rumah Elea seperti apa."Apakah ini yang membuatmu tidak
Sementara itu. Di kediaman Eleanora. Wanita hamil itu masih memalingkan wajah tak ingin bertatap muka sedetikpun pada Aldrich--suaminya."Kamu masih marah? Bukankah seharusnya aku yang marah karena kamu membawa mantan kerumah?" Elea mengangkat wajah. "Jangan berlaku seolah kita adalah pasangan yang benar, tuan Aldrich!" serunya masih marah. Ia mendengus, aku tidak ingin melihat mu dalam beberapa hari, pergilah, kembali ke rumahmu!""Kita memang pasangan, jangan lupakan itu!" balas Aldrich tak mau kalah. "Ya, pasangan yang sudah kau rencanakan, sangat menjijikkan!" dengus Elea mengingat bagaimana kenyataan ini membuatnya geram, ingin menarik dan menjambak rambut Aldrich tetapi ada sesuatu yang mencegahnya.Sial, sungguh sial dirinya."Lalu, apa yang kamu inginkan! Ingin melihatku pulang dan kau bersenang dengan mantan kekasihmu? Tidak akan kubiarkan Elea!" Aldrich berdiri dan menunjuk Elea, tatapan tajamnya menembus jantung sang istri sampai tembus ke belakang. "Dia sudah pernah menga
"Saya rasa akan berhasil, Tuan," sedikit ada keraguan di dalam hati, tetapi karena pernah menyaksikan bagaimana nyonya mudanya menata bunga, Jack yakin rencananya akan berhasil."Atau biarkan saja, aku malas berurusan dengan wanita pemarah. Jika dia lelah, semua pasti kembali seperti semula," putusnya terlalu membuang waktu jika rencana Jack tidak berhasil.Jack mengangguk, dia tidak akan ikut campur terlalu jauh lagi. Ini sudah tengah malam dan kedua pria seusia itu masih terus menikmati minuman mahal mereka.Jika sudah seperti ini, maka tak terlihat lagi batasan antara bos dan bawahan. Jack tidak akan canggung dalam berbicara, begitu pula dengan Aldrich, dia tidak sedingin biasanya.Jack menyukai momen ini, tuannya bisa menjadi orang yang hangat saat menghabiskan banyak minum."Kamu pulanglah! Besok kita akan bertemu dengan si Julian di pacuan kuda, aku harap kamu bisa segera mengatur semua yang aku butuhkan."Jack mengangguk dan bangkit berdiri. "Apakah tuan yakin tidak kembali? Ak
Fera menari, meliukkan tubuh seksinya dengan gaya sensual, melangkah perlahan ke arah suaminya dengan terus menggerakkan tubuh seksinya.Jemari lentiknya menyentuh dada Julian memeluknya dan memainkannya di sana. Namun, dengan sekali cengkram, Fera meringis. "Tanganku.""Menari yang benar, jangan menyentuh sebelum aku izinkan!" Fera mengangguk dan sedikit menjauh dari Julian. Kembali menari dengan indah, menggerakkan tubuhnya dengan gaya semakin erotis. Tidak lagi malu, karena Fera sudah pernah melakukannya sebelum mereka menikah.Julian, tersenyum puas, karena dalam pandangannya adalah Eleanora yang menari untuknya. "Teruskan sayang, menarilah untukku!"Julian mabuk, semakin banyak botol yang habis, semakin ia melihat keberadaan Elea disana. Fera yang lelah menghentikan tariannya saat sadar bahwa Julian tertidur dengan memangku kepala di meja.Mendekat dan melihat sendiri. "Kau ... tidur?" Fera kesal bukan main, dia pikir setelah menari dengan puas, Julian akan menyerangnya dan bera
"Hai Hana, bagaimana kabarmu?" Elea menyapa Hana yang masih mematung dengan kehadiran wanita cantik di hadapannya. "Eh, El. Kau ... disini?" jawabnya tergagap karena lidahnya kelu. Hana tidak menyangka bahwa dia bisa bertemu dengan Elea lagi dengan penampilan yang jauh lebih--cantik."Ya, sudah beberapa hari, tapi memang baru sempat berkunjung. Bagaimana kabarmu?" Elea duduk dengan nyaman, bertanya kembali kabar temannya yang masih terlihat bingung."Aku ... baik-baik saja." Elea mengangguk. "Hana, dimana bos, apakah dia ada?"Hana menggeleng. "Bos keluar kota, ada acara keluarga. Ada apa? Apakah kau akan bekerja lagi?"Elea terkekeh dan menggeleng pelan. "Tidak. Suamiku tidak akan mengizinkan, lihatlah kami akan segera memiliki anak," ungkap Elea meski merasa aneh dengan ucapannya sendiri.Bibir Hana berkedut, ia jelas merasa iri dengan apa yang Elea dapatkan. Pria yang ia idamkan selama ini, dengan mudah Elea dapatkan."El, aku ingin bertanya padamu," bisiknya sedikit mendekatkan
Elea memutar mata malas. "Kita memang tidak pernah dekat.""Kalau begitu, biarkan aku dekat denganmu!"Elea mendelik, menatap tidak suka pada Aldrich yang semakin semaunya. "Ada apa sebenarnya? Apa rencanamu?""Pantas saja Julian meninggalkanmu, kamu terlalu sering berteriak dan berprasangka buruk pada orang lain," ujarnya tidak tahan karena Elea selalu saja bersikap acuh padanya."Jangan menyebut namanya!""Kenapa? Apa karena kamu masih mencintainya? Ingin kembali pada pria yang meninggalkanmu demi wanita lain? Kamu yakin?""Setidaknya dia tidak melakukan hal jahat padaku, tidak sepertimu."Elea terjingkat kebelakang ketika Aldrich memukul meja dengan kuat. "Jangan menyandingkan aku dengan dia, Elea. Dia tidak sebaik yang kamu pikirkan.""Kalian memang sama. Sama-sama tidak berperasaan, tapi kau lebih jahat!" Pekik Elea tidak suka dengan cara Aldrich membentaknya.Mendengus dan menatap Elea dingin. "Pria mu meniduri tunanganku, dia ... bahkan tidak mengakui calon bayinya sehingga wa
"Nyonya, saya diminta untuk menjemput Anda," ucap Jack yang sejak tadi berdiri di sebelah wanita hamil yang terus saja melamun."Nyonya, Tuan sedang tidak sehat, sebaiknya Anda--,""Kembalilah Tuan Jack, biarkan aku sendiri," putusnya tanpa menatap Jack sama sekali.Jack kembali menghela napas pelan. Ini sudah hampir dua minggu setelah pertemuan sang nyonya dengan mantannya--Julian.Sebenarnya bisa saja Jack melakukan penculikan lagi, tetapi karena yang dihadapi adalah wanita hamil juga ada penerus tuannya, ia tidak segila itu."Tuan Jack ...." panggil Elea saat Jack sudah berbalik akan kembali. Asisten Aldrich itu menoleh dengan senyum lega, berharap nyonya mudanya kali ini mau kembali bersamanya."Ya Nyonya, Anda membutuhkan sesuatu?"Eleanora mengangguk senang. "Aku ingin makan sup jamur, bisakah tuan mendapatkannya untukku?""Tentu saja nyonya, ada bi Zhang yang akan membuatkannya untuk nyonya," jawabnya sedikit kecewa karena harapannya kembali pupus.Menggeleng pelan. "Bukan buat