Daniel duduk di ruang tamunya, memandangi layar ponselnya dengan sedikit gugup. Di pikirannya, hanya ada satu orang yang terus mengisi pikirannya—Amelia. Selama ini, ia selalu memikirkan cara untuk mendekati gadis yang energik dan penuh semangat itu. Meskipun Amelia sering kali tampak ketus padanya, Daniel merasakan ada ketertarikan yang kuat antara mereka berdua.Dengan jemari yang sedikit gemetar, Daniel mengetik pesan singkat:> "Halo Amelia, apa kabar? Mau makan malam dan jalan-jalan di pasar malam bareng? Aku tahu tempat yang asyik."Ia menghela napas panjang sebelum menekan tombol 'kirim'. Pesan itu terbang menuju Amelia, dan kini ia hanya bisa menunggu balasan dari gadis yang telah mencuri perhatiannya.Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Amelia.> "Baiklah, aku akan datang. Jam berapa?"Wajah Daniel langsung berseri-seri. Amelia setuju! Ia segera membalas pesan tersebut.> "Bagaimana kalau jam 7? Aku akan jemput kamu."Setelah menerima konfirmasi dar
Ketenangan malam di rumah keluarga Blackwood terasa lebih hangat dari biasanya. Suara kecil Zacky yang tertidur lelap membuat suasana semakin damai. Di kamar mereka, Alexander sedang memandangi layar ponselnya, merencanakan langkah berikutnya untuk menyelamatkan reputasinya yang sempat tercoreng oleh isu perselingkuhan dengan Emily.Setelah kejadian di pasar malam bersama Amelia, Daniel terus mendukung Alexander dan memberikan saran untuk mengatasi masalah ini. Mereka berdua sepakat bahwa Alexander harus menunjukkan pada dunia bahwa ia adalah suami yang setia dan ayah yang baik.Pagi itu, Alexander duduk di ruang tamu sambil menggenggam ponselnya. Sarah, yang sedang menggendong Zacky, duduk di sebelahnya. Mereka berdua terlihat tenang meski suasana hati Alexander masih sedikit tegang."Sarah, aku ingin kita memposting foto keluarga kita di media sosial," kata Alexander tiba-tiba.Sarah menatapnya dengan sedikit terkejut. "Kamu yakin, Mas? Bagaimana kalau ini malah memperburuk situasi?
Pagi itu, suasana di rumah keluarga Blackwood terasa lebih sunyi dari biasanya. Alexander sedang duduk di meja makan, memandang sarapan yang tersaji di depannya tanpa selera. Sarah menggendong Zacky di pangkuannya, mencoba menyuapi bayi mereka yang ceria tanpa menyadari kesedihan yang menyelimuti ruangan."Aku harus pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan," Alexander membuka pembicaraan dengan suara berat. "Tapi aku tidak bisa meninggalkan kalian berdua."Sarah menatap suaminya dengan penuh pengertian. "Kamu harus pergi, Mas. Ini penting untuk perusahaan. Aku dan Zacky akan baik-baik saja."Namun, Alexander masih merasa ragu. "Aku khawatir meninggalkan kalian. Aku tidak ingin ada sesuatu yang buruk terjadi."Di saat itulah Daniel masuk ke ruangan. "Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanyanya sambil duduk di sebelah Alexander.Alexander menghela napas. "Aku harus pergi ke Singapura untuk urusan pekerjaan, tapi aku tidak bisa meninggalkan keluarga."Daniel berpikir sejenak sebelum m
Pagi itu, rumah keluarga Blackwood terasa lebih sunyi dari biasanya. Sarah duduk di ruang tamu, memandang kosong ke arah jendela. Di tangannya, Zacky tidur nyenyak, tidak menyadari ketegangan yang meliputi rumah mereka. Beberapa hari telah berlalu sejak kecelakaan pesawat yang membawa Daniel, dan pencarian belum membuahkan hasil. Semua orang dalam keluarga itu merasakan beban yang semakin berat.Amelia, yang biasanya ceria, sekarang tampak pucat dan lelah. Ia duduk di sudut ruangan dengan tatapan kosong, terus memikirkan Daniel. Di sisi lain, Alexander hampir tidak pernah berada di rumah. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya di lokasi pencarian, berharap menemukan jejak sahabatnya yang hilang.Richard, ayah Alexander, merasa sangat khawatir. Perusahaan mereka di ambang kehancuran karena Alexander tidak fokus pada pekerjaannya. Richard memegang kepalanya, mencoba mencari solusi untuk mengatasi krisis ini. Ia tahu bahwa tanpa kehadiran Alexander di kantor, mereka akan mengalami kerug
Matahari baru saja terbit ketika sebuah panggilan telepon membangunkan Alexander dari tidurnya yang singkat dan tidak tenang. Dengan cepat, ia mengangkat telepon, berharap mendengar kabar baik tentang pencarian Daniel. Namun, suara di ujung telepon membawa kabar yang membuat hatinya semakin berat."Pak Blackwood, kami menemukan pakaian Daniel, tapi tubuhnya belum ditemukan," kata suara di ujung telepon dengan nada penuh penyesalan.Alexander menelan ludah, merasakan rasa frustasi yang mendalam. Sudah tujuh hari berlalu sejak kecelakaan pesawat itu, dan setiap hari tanpa jejak Daniel membuatnya semakin tertekan. Ia berterima kasih kepada orang di ujung telepon dan menutup panggilan itu dengan tangan yang gemetar.Dengan langkah berat, Alexander keluar dari kamar, menuju ruang makan di mana Sarah sedang menyiapkan sarapan untuk Zacky. Wajahnya pucat, matanya sembab karena kurang tidur dan tekanan emosional yang ia rasakan."Ada kabar, Mas?" tanya Sarah dengan nada penuh harap.Alexander
Sudah lima bulan berlalu sejak hilangnya Daniel dalam kecelakaan pesawat yang tragis. Waktu terus berjalan, tetapi luka di hati Alexander, Amelia, dan keluarga Blackwood lainnya masih terasa nyata dan mendalam. Namun, kehidupan harus terus berlanjut, dan mereka mencoba menjalani hari-hari mereka dengan sebaik mungkin, meski rasa kehilangan itu masih membayangi.Alexander kembali bekerja seperti biasanya di kantornya. Meski demikian, semangatnya tak lagi sama. Setiap hari, ia memeriksa laporan dari tim pencari yang masih terus melakukan upaya untuk menemukan jejak Daniel. Meskipun sudah lima bulan berlalu, Alexander tidak pernah berhenti berharap bahwa sahabat dan asistennya itu akan ditemukan.Di kantornya, meja yang dulu digunakan oleh Daniel masih tetap kosong. Alexander sering kali menatap meja tersebut, teringat akan momen-momen ketika Daniel duduk di sana, mengurus segala keperluan dan jadwalnya. Setiap hari, ia berharap melihat Daniel kembali, dengan senyum hangat dan semangat y
Malam itu, setelah seharian bekerja keras di kantor, Alexander akhirnya pulang ke rumah dengan kelelahan yang membebani pikirannya. Berbagai masalah perusahaan, pencarian Daniel yang belum membuahkan hasil, serta tekanan dari keluarganya membuatnya merasa semakin lelah. Namun, ketika ia memasuki rumah, kehangatan yang terpancar dari rumah tangganya memberikan sedikit kelegaan di hatinya."Sangat melelahkan kan. " Langkah-langkahnya mengarah ke kamar tidur, berharap menemukan ketenangan dan kebahagiaan di sana. Ketika ia membuka pintu kamar, pemandangan yang ia lihat membuat hatinya berdegup lebih cepat. Sarah, istrinya, tertidur pulas di tempat tidur dengan posisi tubuh yang sedikit menyamping. Ia mengenakan gaun tidur berwarna lembut yang menggantung di atas lututnya, memperlihatkan kaki jenjangnya yang menggoda."Aww,, penampakan apa ini?." Alexander mendekat perlahan, mencoba tidak membangunkannya. Gairah yang telah lama terpendam mulai merambat di seluruh tubuhnya. Ia berlutut d
Emily berjalan dengan langkah pasti memasuki rumah mewah milik keluarga Blackwood. Tangannya yang lembut namun penuh determinasi menggenggam tas kulit hitam yang berisi dokumen-dokumen penting. Matanya menelusuri setiap sudut rumah yang dihiasi dengan ornamen mahal, namun tidak ada rasa kagum sedikitpun terpancar dari wajahnya. Hari ini, ia datang dengan satu tujuan yang jelas: mengamankan masa depannya."Jika aku tidak bisa mendapatkan Alexander maka aku akan mendapatkan uang dari keluarga nya. " Di tengah perjalanan menuju ruang tamu, Emily sempat terhenti oleh salah satu pelayan yang menawarkan minuman, namun ia menolak dengan sopan. Kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran tentang pertemuannya dengan Richard Blackwood, seorang pria berpengaruh sekaligus kepala keluarga yang akan ia hadapi hari ini. Emily tahu bahwa langkah yang akan diambilnya bisa mengubah segalanya, tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk keluarga Blackwood.Richard sedang duduk santai di kursi berbahan kulit