Riska begitu asyik membalas pesan dari mantan pacarnya. Ia begitu bersemangat untuk membalas setiap pesan masuk ke dalam gawainya. Sepertinya Riska begitu kasmaran dengan pacarnya tersebut. Terlihat wajahnya yang sedikit memerah saat membalas setiap pesan yang dikirim oleh pacarnya. Padahal mereka sudah cukup lama berpacaran. Namun Riska tetap merasa dirinya dan pacarnya seperti baru kemarin pacaran..
Riska meminum sedikit jus strawberry yang di pesan olehnya. Sebelum dia tersenyum dengan begitu lebar saat membaca kembali pesan yang dikirimkan oleh pacarnya. Riska benar-benar tidak bisa berkata-kata dengan apa yang dikirim oleh pacarnya. Ia merasakan kebahagiaan yang cukup besar dengan apa yang dilakukan oleh pacarnya tersebut.Makanan Riska yang sudah sedari tadi di pesan oleh dirinya. Perlahan mulai dingin ditiup oleh angin serta udara dingin yang ada. Makanan itu semakin kehilangan rasanya dengan udara yang ada di sekitar restoran yang dingin. Riska tidak pedulRiska mulai menceritakan bagaimana keadaan dari dia anak Dasha dan Bintang. Mereka terlihat sering murung dengan kepergian dari Dasha. Keduanya pun sering terlihat tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Sampai Irina sering memaksa keduanya untuk pergi ke sekolah dengan cara yang kasar. "Apa yang dilakukan oleh perempuan itu pada kedua anakku?" tanya Dasha dengan wajah panik. "Sebenarnya hal yang wajar. Tetapi dia terkadang terlalu memaksa kedua anakmu untuk berangkat. Sehingga dia menggunakan cara kasar untuk membuat kedua anakmu berangkat sekolah." jawab Riska dengan wajah pilu. "Cara kasar seperti apa?" tanya Dasha kembali dengan wajah semakin panik. "Terkadang aku menemukan bekas luka lebam di tangan anakmu. Dia menuturkan bahwa Irina telah memukul tangannya dengan gagang sapu. Itu yang dilakukan oleh Irina saat meminta kedua anakmu berangkat ke sekolah. Sepertinya dia menggunakan cara kekerasan untuk memaksa anakmu berangkat ke sekolah.
Desir angin yang berhembus lembut, perlahan menciptakan suasana haru. Dasha mencoba menutupi setiap bagian tubuhnya yang tidak terbungkus dengan baik oleh pakaiannya. Ia berharap Oscar tidak akan pulang lebih awal di malam ini. Sebab Dasha pergi tanpa berpamitan pada Oscar. Dasha seketika terkejut saat membuka pintu rumah. Dia melihat Oscar yang sudah berada di hadapannya. Dasha pun kaget dengan keberadaan Oscar, merasa tidak enak hati pada Oscar. Apalagi melihat wajah Oscar yang seperti marah akan Dasha yang baru pulang di jam yang menurut Oscar terlalu malam. "Dari mana saja kamu?" tanya Oscar dengan wajah tegasnya. Dasha menundukkan kepalanya, sesekali ia menoreh ke arah wajah Oscar yang semakin terlihat kesal melihat Dasha yang baru pulang ke rumah. "Aku habis pergi bersama dengan Riska. Melihat kondisi kedua anakku." jawab Dasha penuh ketakutan. Oscar tidak bicara lagi, dia melihat Dasha yang terlihat seperti sudah menangis. Mat
Bintang terlihat begitu gagah dengan pakaian kantornya. Sebuah jas hitam dengan dasi yang menjulang ke bawah bewarna merah terang. Sebuah kacamata hitam semakin membuat Bintang terlihat begitu mempesona. Rambutnya yang disisir dengan begitu rapi, semakin menambah kesan pria rupawan ada dalam diri Bintang. Di samping Bintang, duduk seorang Irina yang tidak kalah modis. Di mana Irina berpenampilan dengan begitu cantiknya dengan sebuah dress panjang berwarna coklat muda. Dress yang tidak memiliki lengan itu, semakin menambah kesan anggun dari seorang Irina. Ia pun begitu bahagia bisa berada dalam persidangan yang akan segera di gelar tersebut. Persidangan yang akan memutuskan perkara perceraian dari Dasha dan Bintang. Di pihak Dasha, Riska yang mewakili Dasha. Duduk dengan wajah penuh keyakinan. Dia siap menerima setiap keputusan yang akan dibacakan oleh majelis hakim. Tidak ada keberatan dari dalam diri Dasha untuk berpisah dari Oscar. Sehingga ia sudah siap dengan
Dasha sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. Bagaimana dirinya begitu hancur dengan semua yang dibuat oleh Bintang. Fitnah besar yang tunjukkan oleh Bintang akan Dasha. Terdengar begitu menyakitkan begitu masuk ke telinganya. Sepertinya ini adalah sebuah fitnah yang tidak pernah keluar dari mulut orang lain pada Dasha. Tetapi fitnah itu dilakukan Bintang pada Dasha. Padahal mereka pernah menjadi sepasang suami istri. Dasha terus menangis saat berada di bangku taman. Menangisi dirinya yang begitu hina di mata seorang Bintang. Dia seperti tidak memiliki harga diri sama sekali. Dibuat hancur berkeping-keping oleh Bintang dengan segala fitnah yang dilontarkannya. Beberapa orang mulai memperhatikan Dasha yang menangis hebat di bangku taman. Sebagian mulai merasa iba dengan kondisi dari Dasha. Mereka pun mulai menyodorkan beberapa lembar tisu pada Dasha. "Sepertinya kamu butuh tisu ini untuk mengelap air matamu yang mulai berjatuhan tersebut." ucap sal
Irina tidak sabar ketika membawa Bintang menemui salah seorang temannya yang memiliki wedding organizer. Farhan adalah teman baik Irina ketika di SMA. Irina ingat betul dengan semua kenangan yang pernah dibuat bersama dengan temannya tersebut. Dari sekian kenangan yang ada di dalam memori Irina. Tentu kenangan akan janji Irina untuk didandani oleh Farhan menjadi kenangan yang tidak akan pernah Irina lupakan. Sampai kini Farhan sudah memiliki sebuah wedding organizer yang cukup terkenal. Kedatangan dari Bintang dan Irina disambut dengan baik oleh Farhan. Dia melempar senyum manis pada Irina dan Bintang. Sebelum sifat asli dari Farhan yang heboh mulai keluar saat Irina bercengkrama dengannya. "Aku pikir kamu tidak akan datang ke sini. Wacana... Wacana... Wacana... Lama-lama jadi bencana say." ucap Farhan sedikit ngondek. "Iya Han, gue lupa mulu. Maklum yang dulu belum pasti. Tapi kalau yang ini, sepertinya sudah pasti. Sebab kita memang akan seg
Cebur......Oscar mendengar bagaimana seseorang telah menjatuhkan dirinya ke dalam kolam renang. Dia seketika penasaran dengan orang yang berenang di malam buta seperti ini. Oscar beranjak dari kursi tempat biasanya dia mengerjakan beberapa pekerjaan rumah sakit yang belum selesai. Ia pun perlahan mulai berjalan menuju kolam renang. Mengetahui siapa orang yang berenang tersebut. Sudah tentu orang itu adalah Dasha. Tidak ada lagi orang di rumah itu, selain Oscar dan Dasha. Namun mengapa perempuan itu berenang di malam seperti ini. Apakah dia tidak merasa kedinginan? Angin berhembus cukup kuat di malam ini, sebenarnya. Oscar menghampiri Dasha di dekat tangga kolam renang. Dia melihat dengan jelas, bagaimana moleknya bentuk tubuh dari Dasha Semakin memandangi kemolekan dari bentuk tubuh Dasha, Oscar semakin tegang. Perlahan tongkat sakti miliknya meronta-ronta. Oscar semakin dibuat tidak berdaya dengan lekuk tubuh dari Dasha. Dia melihat
Wajah cemberut masih terlihat dengan jelas di wajah Irina. Dia masih kesal dengan Farhan yang justru malah mencoba menggoda Bintang. Irina pun menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa. Dengan segera dia melipat kedua tangannya di atas perut. Bintang mencoba menenangkan Irina. Dia duduk di samping Irina, mencoba sedikit memberikan sentuhan lembut. Berharap calon istrinya tersebut bisa segera bahagia kembali. "Kamu masih kesal dengan teman kamu itu?" tanya Bintang dengan wajah bingung. "Lumayan, aku benar-benar tidak suka cara dia memperlakukan kamu. Dia benar-benar tidak sopan!" jawab Irina dengan wajah kesalnya. "Tapi aku tidak akan tergoda dengan laki-laki seperti itu. Aku sudah punya kamu yang sempurna, masa masih tergoda dengan tulang lunak seperti dia. Tentu saja tidak." ucap Bintang dengan tegas. Irina menoreh ke arah Bintang. Memberikan sedikit senyuman untuk calon suaminya tersebut. "Kamu janji tidak akan tergoda dia?" tany
Teng tong....Bunyi bel rumah kembali terdengar. Dasha yang sedang menyiapkan sarapan untuk Oscar. Segera menghampiri orang yang menekan bel rumah Oscar. Seorang kurir dengan sebuah paket kecil berwarna hitam berada di depan pintu rumah Oscar. Wajah kurir itu sepertinya sudah tidak asing lagi. Ia adalah kurir yang 3 hari sebelumnya mengirimkan paket juga ke rumah Oscar. "Bukankah kamu kurir yang waktu itu mengirim paket ke rumah ini?" tanya Dasha mencoba mengingat. "Iya Bu, saya yang mengirimkan paket waktu itu ke rumah ini. Setiap ada kiriman paket, sudah pasti saya yang akan mengirimkannya." jawab kurir itu dengan lembut. "Paket dari siapa?" tanya Dasha penasaran. "Paket dari seseorang yang sudah tidak asing lagi untuk Bapak Oscar. Perempuan yang sama, dengan isi paket yang berbeda." jawab kurir itu memberikan paketnya. "Maksudnya bagaimana, saya tidak mengerti." ucap Agatha menerima paket itu. "Perempu