Mela nyaris ketahuan sedang memata-matai seorang Bintang. Mela terlihat tidak seperti biasanya, di mana ia bersikap sedikit aneh saat sedang di kantor. Sikap aneh yang ditunjukkan oleh Mela. Sontak menjadi pertanyaan besar dari dalam diri Bintang. Tidak seperti biasanya Mela melakukan tindakan yang sama. "Aku tidak pernah melihat dia seperti ini sebelumnya. Tapi mengapa dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu." ucap Bintang di dalam hatinya. Mela terlihat begitu mengawasi Bintang. Ini bukan sekali saja, tapi Bintang sudah hampir tiga kali memergoki Mela yang sedang mengintai dia. Bintang pun semakin curiga akan Mela yang diam-diam memang sedang mengawasi dia di kantor. Mela tidak sadar akan rasa curiga yang mulai ditunjukkan oleh Bintang. Di mana Mela tidak sadar, Bintang sendiri sedang mengawasi dia seperti apa yang dilakukan oleh Mela terhadap Bintang. Mela benar-benar tidak tahu hal itu dilakukan oleh Bintang. Mela yang terus mengawasi Bintang, sempat gugup saat Bintang mulai
Dasha langsung menarik tangan Oscar ke dalam sebuah toko baju mahal. Bukan tanpa alasan, toko baju yang Dasha tuju. Merupakan toko baju yang kerap didatangi oleh Dasha. Selain memiliki kualitas baju yang baik. Toko baju itu juga merupakan toko baju yang bisa di bilang menjadi pilihan orang-orang seperti Dasha. Ia begitu senang saat menghirup suasana yang ada di toko baju tersebut. "Aku sudah lama tidak masuk ke toko baju ini. Biasanya aku bersama dengan kedua anakku datang ke sini. Kita belanja di sini. Tapi sejak Bintang menduakan cintaku. Semuanya berubah, aku sudah jarang ke toko baju ini." ucap Dasha penuh semangat. "Kamu boleh ambil baju yang kamu suka di sini. Kamu bebas untuk beli berapa saja yang kamu mau. Asal dengan satu syarat." ucap Oscar sedikit tersenyum. "Syarat apa?" tanya Dasha. Oscar meminta Dasha untuk sedikit mendekat pada dirinya. Sebelum Oscar pun membisikkan sesuatu ke telinga kanan Dasha. "Pulang dari sini, tapi kita main di kamar mandi." bisik Oscar semba
"Saya benar-benar bingung ketika Pak Bintang menatap saya dengan begitu tajamnya. Ini benar-benar diluar perkiraan saya. Dia menatap saya seperti seorang yang penuh rasa curiga. Sepertinya Pak Bintang sudah mulai curiga dengan gerak-gerik yang saya lakukan. Oleh sebab itu saya berharap tugas ini akan segera berakhir. Saya khawatir hal buruk akan menimpa saya." ujar Mela dalam panggilan telepon. "Kamu tidak harus khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan menjamin kamu akan baik-baik saja. Tidak ada yang harus kamu khawatirkan. Posisi kamu akan aman, sekalipun Bintang tahu apa yang kamu lakukan. Jadi kamu tidak harus takut dengan semuanya. Kamu sudah berada di jalan yang tepat." balas Irina dengan penuh keyakinan. "Baiklah Bu. Saya harap tidak akan ada apapun yang akan terjadi pada saya. Sehingga saya akan tetap aman berada di sini. Semuanya akan baik-baik saja untuk saya. Sehingga saya tidak perlu khawatir dengan semuanya." ucap Mela sedikit tenang. Mela menutup panggilan tel
Baru masuk ke dalam rumah, Dasha langsung mencium lembut Oscar. Satu sentuhan yang diberikan oleh Dasha tepat di pipi kanan Oscar. Seketika menciptakan ketegangan yang dirasakan oleh Oscar. Perlahan tongkat sakti Oscar pun mengeras dengan sentuhan yang diberikan oleh Dasha di pipinya tersebut. "Apa kamu yakin dengan hari ini?" tanya Oscar. "Kenapa tidak?" jawab Dasha. "Baiklah. Aku pikir ini adalah waktu yang tepat. Di mana banyak hal yang akan kamu rasakan. Sama halnya dengan apa yang aku rasakan. Aku pikir ini gila, tapi tidak seperti itu. Aku merasa ini bukan hal yang aku duga. Tapi..." Dasha langsung mencumbu lembut bibir Oscar. Dia menciptakan suasana yang begitu romantis saat mencumbu Oscar. Hal yang sama sekali tidak di duga oleh Oscar sebelumnya. "Aku pikir ini bukan hal yang mudah untukmu. Tapi aku menyukai apa yang kamu lakukan padaku." ucap Oscar dengan begitu tenang. Oscar terlihat semakin begitu bahagia dengan apa yang terjadi. Bagaimana Oscar merasa ini adalah hal
Irina terlihat begitu marah saat Bintang masuk ke dalam rumah. Irina melipat kedua tangannya ke atas perut. Menatap wajah Bintang dengan tatapan yang begitu tajam. Dia merasa apa yang sudah Bintang lakukan pada Mela adalah tindakan yang tidak baik. Irina merasa itu adalah perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan oleh Bintang. "Kenapa kamu pecat Irina?" tanya Irina dengan raut wajah marah. "Aku tidak pernah memecat dia. Aku hanya mempersilakan dia untuk pergi dari kantor. Dia setuju, jadi kenapa kamu harus marah." jawaban Bintang dengan begitu lantang. Bintang segera pergi dari hadapan Irina untuk masuk ke dalam kamar. Tetapi Irina masih belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Bintang. Sama sekali ia tidak puas mendengar jawaban tersebut. Irina pun berharap Bintang bisa menjelaskan maksud dari dia memecat seorang Mela. "Dia aku yang suruh. Jadi kamu tidak berhak untuk melakukan itu. Jika memang kamu tidak berselingkuh, mengapa kamu takut dengan Mela. Apa mungkin kamu benar-b
"Kamu sudah sarapan?" "Belum." "Mau sarapan apa?" "Apa saja. Terpenting bisa di makan hehe" "Bubur ayam?" "Bukan ide yang buruk. Tapi aku tidak suka pakai kacang." "Baik. Aku akan pesan bubur ayam untukmu. Dalam 30 menit bubur itu akan sampai di rumahmu." "Terima kasih Bintang." "Sama-sama pacar." Bintang terlihat begitu berseri saat membalas pesan dari Dasha. Padahal Bintang sedang sarapan bersama dengan Irina di meja makan. Sikap yang tidak biasa itu, sontak semakin membuat Irina curiga akan Bintang. Mungkin saja Bintang memang sedang dekat dengan perempuan lain. Perselingkuhan sepertinya sedang dilakukan oleh Bintang dengan perempuan lain. Sehingga ia terlihat begitu gembira saat membalas pesan masuk. Tidak biasanya Bintang seperti ini, tetapi pagi ini gelagat Bintang benar-benar membuat Irina curiga. "Aku tidak pernah melihat Bintang seperti ini. Apa mungkin benar Bintang memang memiliki perempuan lain. Sehingga dia terlihat memiliki dunianya sendiri. Ini memang benar-be
Dasha hampir saja menabrak Oscar yang hendak keluar dari dalam rumah. Dasha yang membawa dua bungkus bubur ayam, terlihat begitu gembira. Apalagi menu bubur ayam yang diberikan oleh Bintang. Menu yang Dasha sukai untuk sarapan. Dasha pun bisa menyantap menu bubur ayam itu bersama dengan Oscar. "Kamu bawa apa?" tanya Oscar penasaran. "Aku bawa bubur ayam. Bintang tadi membeli dua bubur ayam untuk kita." jawab Dasha penuh semangat. Dasha pun langsung menarik tangan Oscar untuk segera mencicipi bubur ayam yang diberikan oleh Bintang pada dirinya. Tidak terkecuali dengan alasan apapun. Oscar yang sebenarnya ingin membeli sarapan juga. Terpaksa masuk ke dalam rumah untuk makan bubur ayam yang diberikan oleh Bintang. Sampai di meja makan, Dasha langsung melayani Oscar seperti seorang tamu yang agung. Dia menarik kursi untuk Oscar duduk. Sementara dirinya duduk di samping kanan Oscar. Dasha segera menyodorkan bubur ayam itu pada Oscar. Di mana Oscar juga sudah begitu tidak sabar untuk s
Elisa terlihat begitu kurang bersemangat saat menyantap menu makan siang yang dihidangkan oleh ibu Oscar. Elisa sama sekali tidak ada selera untuk menyantap menu tersebut. Padahal semua menu yang terhidang di hari ini. Berbagai menu yang memang selama ini Elisa sukai. Ibu Oscar terus memperhatikan bagaimana Elisa yang sama sekali tidak ada selera makan. Dia ingin menegur, tetapi untuk saat ini sepertinya kurang tepat. Ia pun melanjutkan makan siang yang sedang dilakukan olehnya. Sementara Elisa hanya mengaduk saja makanan yang terhidang diatas piring. Tanpa ada sedikitpun rasa untuk mencicipi makanan tersebut. Melihat Elisa yang urung menyantap menu makanan tersebut. Ibu Oscar pun akhirnya mulai berani untuk bertanya. Tidak mungkin ia akan membiarkan gelagat yang tidak baik ditunjukkan oleh Elisa. Sedikit aneh saja dengan sikap yang ditunjukkan oleh Elisa. Seperti ada yang sedang ditutupi oleh Elisa dari ibu Oscar. "Kamu tidak suka dengan makanan hari ini?" tanya ibu Oscar dengan w