Kaos tipis yang dikenakan oleh Dasha, langsung ditutupi oleh Oscar dengan sebuah jaket kulit yang tebal. Siang ini Oscar ingin mengajak Dasha pergi belanja ke salah satu rumah mode fashion di dunia. Dasha tentu penasaran dengan rumah mode yang di maksud oleh Oscar. Dia pun sudah tidak sabar untuk datang ke tempat yang dikatakan oleh Oscar. Hanya memerahkan bibirnya saja, Dasha tampil begitu sederhana di hari ini. Tidak ada alat make up lain yang menempel di wajah cantiknya. Dasha tampil begitu alami di siang ini. Tidak seperti biasanya saat dia akan pergi ke sebuah tempat. Sudah pasti banyak alat make up akan dia tempelkan di wajahnya sebagai sebuah riasan. Kali ini Dasha benar-benar tampil tanpa alat make, iya hanya lipstik merah saja. Oscar yang biasa melihat Dasha dengan make yang sedikit tebal. Tidak melihat Dasha seperti biasanya, dia kurang lebih sedikit berubah. Entah apa yang membuat Dasha berubah di hari ini. Tapi Oscar lebih suka penampilan dari Dasha yang seperti ini. Dia
Dasha langsung mencoba sebuah gaun cantik berwarna ungu. Gaun pendek itu, sepertinya cocok di tubuh Dasha yang tinggi. Oscar pun sudah tidak sabar untuk melihat Dasha dengan gaun berwarna ungu pilihan dari Oscar. Mengingat warna ungu adalah warna yang paling disukai oleh Rena. hampir 2 menit menunggu Dasha mengganti pakaiannya, Oscar pun akhirnya bisa melihat bagaimana Dasha begitu cantik dengan gaun berwarna ungu itu. Dia terlihat seperti Rena, mungkin tingkat kemiripan yang dirasakan oleh Oscar mencapai hampir seratus persen. Tidak ada sedikit pun dari Dasha yang tidak mirip dengan Rena. Hampir semuanya mirip, Oscar menyukai Dasha dengan gaun berwarna ungu tersebut. Oscar mulai berjalan mendekat ke arah Dasha. Wajah Oscar tidak henti mengangumi kecantikan dari Dasha dengan gaun tersebut. Padahal pagi ini Dasha tidak mengenakan make up sama sekali. Tetapi Oscar begitu menyukai penampilan dari Dasha yang terlihat begitu cantik. Oscar menyentuh wajah Dasha, perlahan dia memejamkan k
Oscar melihat waktu di jam mahal yang dikenakan di tangan kanannya. Sepertinya dia memiliki acara yang harus dia hadiri saat ini juga. Tidak heran, Oscar terlihat begitu antusias untuk bisa segera pergi dari butik tersebut. Mengingat sudah ada janji untuk makan siang di sebuah restoran yang terkenal sibuk di kota Paris. "Kamu suka Crepes dan Galattes?" tanya Oscar. "Crepes mungkin aku pernah makan, tapi Galattes. Itu nama yang cukup asing bagiku. Maaf jika aku sedikit norak." jawab Dasha sedikit lesuh. "Aku sudah reservasi sebuah restoran terkenal yang ada di kota ini. Mereka menyajikan Crepes dan Galattes yang lezat. Nama restorannya, Breizh Café. Restoran Crepes dan Galattes yang paling terkenal seantero Paris." ucap Oscar. Mendengar namanya saja sudah membuat Dasha penasaran. Dia tentunya saja tidak menolak ajakan dari Oscar untuk pergi ke restoran mahal tersebut. Apalagi Oscar mengatakan jika restoran itu terkenal akan jam sibuknya. Tentu hal itu membuat Dasha semakin tertarik
Sorot lampu restoran mulai mengarah pada Dasha dan Oscar. Mereka terlihat begitu bahagia ketika mereka menjadi pusat perhatian di restoran. Orang-orang melihat mereka yang mulai masuk ke dalam restoran. Seorang pelayan perempuan mulai membawa keduanya menuju meja yang telah di persiapkan dengan baik oleh pihak restoran. Ruangan VIP yang tentunya mahal sudah dipesan oleh Oscar menjadi tempat makan dirinya dan Dasha. Oscar pun terlihat begitu bahagia saat melihat ekspresi Dasha yang tersenyum melihat suasana yang ada. Sebuah meja dengan dua kursi, sudah siap untuk dipakai oleh Dasha dan Oscar. Kursi itu cukup nyaman untuk diduduki. Begitu juga dengan mejanya yang begitu kokoh. Mereka menikmati suasana yang ada di restoran yang begitu terasa nyaman. Ruangan itu cukup memberikan dekorasi yang cukup baik. Dasha dan Oscar pun begitu nyaman berada di restoran dengan segala fasilitas mewah yang tersedia. Dia sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan sebuah perlakuan yang istimewa, hingg
Bintang menarik tangan Irina saat akan meninggalkan kamar hotel. Ini untuk kesekian kalinya, Irina meninggalkan Bintang sendiri di kamar hotel. Sementara Irina justru senang-senang bersama dengan teman-temannya untuk belanja pakaian mahal. "Mau pergi ke mana kamu hari ini?" tanya Bintang dengan raut wajah tegas. Irina melempar dengan keras tangan Bintang. Menunjukkan ekspresi marah yang begitu besar akan pertanyaan dari Bintang pada dirinya. "Bukan urusanmu!" Bintang mendekat ke arah Irina, mulai berjalan memutari Irina. Dia bertepuk tangan sambil terus memutari Irina yang terlihat kalang kabut dibuat oleh Bintang. "Bukan urusanmu..... Tapi aku ini suami kamu. Apa kamu lupa akan hal itu. Aku adalah suami kamu Irina. Aku berhak tahu, kemana kamu akan pergi. Paham!" ucap Bintang dengan tegasnya. "Aku mau jalan-jalan di sekitar lokasi museum Louvre bersama teman-temanku. Aku ingin menghabiskan waktu bersama mereka. Sebelum aku benar-benar menjadi istrimu. Istri yang baik untukmu, Bi
Bintang langsung mengirim pesan pada Dasha akan meja yang sudah dia pesan. Dasha yang berada di dekat tempat kasir segera mencari keberadaan dari Bintang yang berada di meja nomor 9. Sepertinya itu adalah meja yang cukup sulit untuk di cari. Mengingat jam makan siang di hari ini di penuhi oleh pelanggan yang datang ke restoran itu dengan begitu antusiasnya. Dasha mulai mencari, sebelum akhirnya dia melihat lambaian tangan yang dilakukan oleh Bintang. Dasha pun segera mendatangi meja yang sudah dipesan oleh Bintang tersebut. Dia sudah tidak sabar untuk mencicipi makanan yang disebut Bintang sebagai makanan yang istimewa. Kedatangan dari Dasha langsung di sambut Bintang dengan sebuah senyuman manis. Dia memberikan sebuah penyambutan yang cukup hangat. Hingga Dasha semakin merasa nyaman dengan apa yang diberikan oleh Bintang pada dirinya. "Apa aku boleh duduk sekarang?" tanya Dasha. "Tentu saja boleh, silakan." Bintang menarik kursi untuk Dasha. Bintang terlihat begitu mengagumi kec
Oscar terlihat begitu terkejut saat Bintang mulai melakukan tindakan yang cukup agresif pada Dasha. Dia melihat dengan jelas, bagaimana Bintang yang berani menyentuh wajah Dasha sebelum mereka berpisah dari satu mobil yang sama. Oscar benar-benar ingin melempar wajah Bintang yang seorang mata keranjang itu. Oscar semakin dibuat tidak karuan saat melihat Bintang yang tidak ragu untuk menggenggam tangan Dasha dengan begitu lembutnya. Meletakkan tangan itu di atas dadanya. "Terima kasih untuk makan siang hari ini. Aku harap akan ada makan siang berikutnya lagi." Dasha kurang nyaman dengan keberanian dari Bintang akan rasa cintanya pada Dasha. Ia segera melepaskan tangannya di dada Bintang. Khawatir hal buruk akan terjadi pada dirinya saat ada orang yang mengenali mereka melihat kejadian tersebut. Tentu akan jadi celaka bagi mereka berdua. Apalagi ini baru di mulai untuk Dasha. Ia masih ingin bermain rapi, tidak diketahui oleh siapapun. "Sama-sama Bintang. Tapi aku harus segera pergi k
Dasha membuka jendela kamar hotel, merasakan udara dingin yang semakin menusuk ke tulang. Ia pun begitu bahagia bisa melihat keindahan dari kota Paris di malam ini. Dengan teh hangat yang Dasha bawa dalam sebuah cangkir besar. Ia mulai merasakan sensasi berbeda saat butiran salju mulai menghujam tubuhnya. Butiran salju yang terbawa oleh hembusan angin yang kuat di malam ini. Dasha pun begitu bahagia bisa menikmati suasana malam yang indah tersebut. Semakin lama, rasanya semakin nikmat untuk dirasakan. Bagaimana butiran salju yang mulai membasahi wajah Dasha, kini semakin membuatnya merasa tenang. Dingin, tetapi Dasha begitu menikmati butiran salju yang menempel di wajahnya. Oscar yang baru menyelesaikan semua tugasnya. Mulai datang dengan secangkir kopi hangat di gelas yang sama dengan Dasha. Dia berdiri di samping Dasha untuk melihat bagaimana indahnya Paris dari ketinggian 60 meter. Melihat setiap gedung yang begitu cantik dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip."Apa kamu tidak m