Bintang langsung mengirim pesan pada Dasha akan meja yang sudah dia pesan. Dasha yang berada di dekat tempat kasir segera mencari keberadaan dari Bintang yang berada di meja nomor 9. Sepertinya itu adalah meja yang cukup sulit untuk di cari. Mengingat jam makan siang di hari ini di penuhi oleh pelanggan yang datang ke restoran itu dengan begitu antusiasnya. Dasha mulai mencari, sebelum akhirnya dia melihat lambaian tangan yang dilakukan oleh Bintang. Dasha pun segera mendatangi meja yang sudah dipesan oleh Bintang tersebut. Dia sudah tidak sabar untuk mencicipi makanan yang disebut Bintang sebagai makanan yang istimewa. Kedatangan dari Dasha langsung di sambut Bintang dengan sebuah senyuman manis. Dia memberikan sebuah penyambutan yang cukup hangat. Hingga Dasha semakin merasa nyaman dengan apa yang diberikan oleh Bintang pada dirinya. "Apa aku boleh duduk sekarang?" tanya Dasha. "Tentu saja boleh, silakan." Bintang menarik kursi untuk Dasha. Bintang terlihat begitu mengagumi kec
Oscar terlihat begitu terkejut saat Bintang mulai melakukan tindakan yang cukup agresif pada Dasha. Dia melihat dengan jelas, bagaimana Bintang yang berani menyentuh wajah Dasha sebelum mereka berpisah dari satu mobil yang sama. Oscar benar-benar ingin melempar wajah Bintang yang seorang mata keranjang itu. Oscar semakin dibuat tidak karuan saat melihat Bintang yang tidak ragu untuk menggenggam tangan Dasha dengan begitu lembutnya. Meletakkan tangan itu di atas dadanya. "Terima kasih untuk makan siang hari ini. Aku harap akan ada makan siang berikutnya lagi." Dasha kurang nyaman dengan keberanian dari Bintang akan rasa cintanya pada Dasha. Ia segera melepaskan tangannya di dada Bintang. Khawatir hal buruk akan terjadi pada dirinya saat ada orang yang mengenali mereka melihat kejadian tersebut. Tentu akan jadi celaka bagi mereka berdua. Apalagi ini baru di mulai untuk Dasha. Ia masih ingin bermain rapi, tidak diketahui oleh siapapun. "Sama-sama Bintang. Tapi aku harus segera pergi k
Dasha membuka jendela kamar hotel, merasakan udara dingin yang semakin menusuk ke tulang. Ia pun begitu bahagia bisa melihat keindahan dari kota Paris di malam ini. Dengan teh hangat yang Dasha bawa dalam sebuah cangkir besar. Ia mulai merasakan sensasi berbeda saat butiran salju mulai menghujam tubuhnya. Butiran salju yang terbawa oleh hembusan angin yang kuat di malam ini. Dasha pun begitu bahagia bisa menikmati suasana malam yang indah tersebut. Semakin lama, rasanya semakin nikmat untuk dirasakan. Bagaimana butiran salju yang mulai membasahi wajah Dasha, kini semakin membuatnya merasa tenang. Dingin, tetapi Dasha begitu menikmati butiran salju yang menempel di wajahnya. Oscar yang baru menyelesaikan semua tugasnya. Mulai datang dengan secangkir kopi hangat di gelas yang sama dengan Dasha. Dia berdiri di samping Dasha untuk melihat bagaimana indahnya Paris dari ketinggian 60 meter. Melihat setiap gedung yang begitu cantik dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip."Apa kamu tidak m
Pesta meriah di selenggarakan oleh kedutaan besar Indonesia di Paris. Seluruh diaspora Indonesia yang ada di Paris pun berkumpul. Mereka diundang untuk bisa menghadiri perayaan yang dibuat oleh pihak KBRI Paris. Tidak hanya diaspora saja yang datang ke lokasi perayaan itu. Melainkan wisatawan asal Indonesia yang sedang berlibur di Prancis, juga diundang untuk datang ke pesta tersebut. Semua orang Indonesia pun merasa bahagia bisa datang ke acara yang dibuat oleh pihak KBRI Paris. Tidak terkecuali pasangan pengantin baru Irina dan Bintang. Serta Oscar dan Dasha yang juga hadir dalam acara yang digagas oleh pihak KBRI Paris tersebut. Mereka mengaku senang dengan undangan dari pihak KBRI. Sehingga akan terjalin relasi yang cukup kuat sesama diaspora Indonesia yang ada di Paris. Gaun merah menyala di kenakan oleh Dasha dengan begitu anggunnya. Dengan sebuah dompet berwarna senada. Serta rambut yang dibuat seperti konde kecil. Dasha semakin terlihat seperti seorang putri kerajaan. Dia t
Oscar begitu perhatian saat Dasha sedikit merasa pusing berada di dalam pesawat. Oscar meminta Dasha untuk tidur di pangkuannya selama perjalanan dari Qatar menuju Jakarta. Oscar tidak ingin terjadi hal buruk pada Dasha. Perhatian dari Oscar pada Dasha, benar-benar dirasakan oleh Dasha dengan begitu besarnya. Dia bisa merasakan apa yang Oscar berikan pada dirinya. Perhatian lembut yang Oscar berikan pada Dasha, benar-benar membuat ia terkesan. Apalagi Oscar mulai mengelus lembut rambut dari Dasha. Itu adalah momen yang tidak pernah bisa dilupakan oleh Dasha. Tangan pria itu benar-benar membuat Dasha merasa nyaman, tenang dan pastinya aman. Itu yang dirasakan oleh Dasha, saat Oscar mengelus lembut rambutnya. "Kamu kecapekan, makanya jadi sakit begini. Tapi setelah minum obat, nanti kamu akan sembuh secepatnya." ucap Erik terus mengelus lembut rambut Dasha. "Terima kasih Oscar, aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi padamu. Kebaikanmu benar-benar tidak bisa ku balas lagi. Aku hanya
Mata ibu Oscar seketika ditutup rapat oleh kedua tangan seorang perempuan cantik dengan rambut berwarna biru bercampur hitam. Perempuan itu pun membuat ibu Oscar tidak dapat melihat apapun lagi. Pandangannya kabur dibuat oleh kedua tangannya.Ibu Oscar sempat panik dibuatnya. Tetapi kepanikan yang dirasakan oleh ibu Oscar seketika hilang, saat perempuan itu mulai bertanya akan dirinya. "Coba tebak, siapa aku?" tanya perempuan itu sedikit tersenyum. Ibu Oscar mencoba mengingat suara dari perempuan itu. Sepertinya suara perempuan itu tidak asing di telinga ibu Oscar. Apalagi mendengar suaranya yang sedikit kebarat-baratan. Rasanya tidak asing di telinga ibu Oscar akan perempuan itu. Setelah berpikir cukup dalam, akhirnya ibu Oscar ingat akan suara yang masuk ke telinganya itu. Dia tahu, suara itu adalah suara dari Elisa. Dia merupakan pacar dari Oscar. Seketika dengan penuh keyakinan, ibu Erik pun menjawab. "Elisa! Aku yakin ini Elisa." Ibu Erik segera melepaskan tanga Elisa dari ke
Tiga kali ketukan pintu yang dilakukan oleh ibunya dan Elisa di pintu rumah Oscar. Tidak juga membuat Oscar keluar dari dalam rumahnya. Mereka berdua pun sudah tidak sabar untuk datang memberikan kejutan pada Oscar. Apalagi Elisa yang sudah lama tidak berjumpa dengan Oscar. Sudah merasa rindu melihat wajah Oscar yang tampan tersebut. Satu ketukan kembali dilakukan oleh ibu Oscar. Dengan sedikit kuat, mungkin Oscar akan segera keluar dari dalam rumah. Oscar tetap saja tidak membuka pintu rumahnya. Padahal ibunya sudah mengetuk pintu rumah Oscar dengan cukup kuat. "Mungkin Oscar sedang pergi ke luar Tante. Coba aku telepon dia terlebih dahulu." ucap Elisa mencari nomor telepon Oscar. Seperti biasa, Oscar tidak mengangkat panggilan telepon dari Elisa. Oscar memang tidak pernah mengangkat panggilan telepon dari Elisa. Dia merasa tidak begitu penting bagi Oscar untuk berbicara di telepon dengan Elisa. Sebab Oscar sama sekali tidak nyaman untuk mengobrol dengan Elisa yang terkadang egois
Uwe... Uwe.... Uwe.... Suara muntahan dari seorang Irina terdengar oleh Bintang yang berada di luar kamar mandi bandara. Tidak seperti biasanya yang tidak pernah mabuk perjalanan. Namun kali ini Irina mabuk perjalanan di saat yang tidak tepat bagi Bagi Bintang. Bintang mulai kesal menunggu Irina yang tidak kunjung keluar dari dalam toilet. Padahal dia sudah cukup lama menunggu Irina sedari tadi. Tetapi Irina tidak urung keluar dari dalam toilet. Meninggalkan sebuah pertanyaan besar dari diri Bintang. Mengapa Irina yang sudah sering berpergian ke mana-mana, masih mabuk perjalanan? "Yang... Masih belum selesai juga muntahnya?" tanya Bintang dengan suara yang begitu keras. "Baru nunggu sebentar saja sudah banyak omong. Sabar sedikit bisakan!" jawab Irina dengan nada tinggi. Bintang tentu saja terkejut dengan ucapan dari Irina. Ia sama sekali tidak menyangka Irina akan menjawab dengan nada yang begitu tinggi. Membentak Bintang seperti itu. Bintang pun mulai mengirimkan pesan pada Da