"Jangan pernah menyangka bahwa tupai tidak akan pernah jatuh hanya karena ia ahli dalam melompat. Suatu saat, ia akan terjatuh juga, dan semua egonya akan terhempaskan dengan cara yang tidak pernah ia sangka." - Freya Alberta -
Sebelumnya: Setelah menyaksikan perselingkuhan Audrey dan Albert, Chloe memutuskan untuk menemui mereka di dalam lobby bar yang sering mereka kunjungi. **** “Kamu yakin kalau si Chloe ada di bar ini?” tanya Albert saat memasuki lobby bar. Albert sudah berhasil membujuk Audrey lagi setelah insiden tidak senonoh yang mereka lakukan di tempat parkir tadi. “Bukankah ini bar tempat kamu biasa kencan dengan Chloe?” balas Audrey judes. Albert yang sedang fokus untuk menemukan Chloe, tidak memperdulikan perkataan Audrey. Dia langsung mencari keberadaan Chloe di sana. Audrey menatap Albert dengan kesal. Dia tidak ingin pria itu memikirkan Chloe saat sedang bersamanya. Dia hanya mau, Albert fokus kepadanya saat mereka sedang berduaan. Audrey mengenal bar itu dengan baik. Dia sering juga berkumpul bersama Chloe dan teman-temannya yang lain saat weekend atau hari libur. “Mana si Chloe? Kamu bilang tadi, kalau kita bisa menemukannya di tempat ini!” cecar Albert sambil menyisiri ruangan ba
Chloe menyilangkan kedua tangan di dadanya. Dia memandang Audrey dengan senyuman misterius. "Lipstik kamu juga berantakan sekali. Kamu habis menjilat dan memakan sesuatu ya, tadi? Jorok banget," desis Chloe pelan. Audrey yang sudah tegang dari tadi, langsung menggunakan punggung tangannya untuk me-lap bibirnya. Chloe hanya tersenyum miris. Dia jijik melihat Audrey yang mempergunakan berbagai cara untuk menyembunyikan kepanikan dan perbuatannya. Ingin rasanya Chloe mengekspos semua perbuatan mereka berdua yang menjijikan tadi. "Kelihatannya bercak-cercak putih itu susah dihilangkan," cecar Chloe sambil terus menyerang mental Audrey. Wajah Audrey semakin pucat pasi dan dan kalang kabut. Berulang-ulang kali dia menyentuh dan membersihkan bibirnya. Chloe menahan rasa geli di hatinya. Dia benar-benar telah membuat Audrey mati kutu sekarang, walaupun sebenarnya, tidak ada apa-apa di bibir Audrey. “Hmm, sini, biar aku bantu bersih-in,” tawar Chloe sambil menyambar selembar tissue. Ch
Begitu mereka keluar dari pintu utama bar, Chloe langsung buru-buru melepaskan pegangan tangannya pada lengan Albert, lalu dia berjalan dengan santai di depan pria itu. Albert yang bingung dengan perubahan sikap Chloe, segera meraih tangan Chloe dan memeluknya. Chloe berdiri mematung ketika dipeluk oleh Albert. Dia jijik didekap pria tidak tahu diri itu. Kalau bukan karena dia ingin menjebak laki-laki mesum itu, sudah ditendangnya pria itu jauh-jauh dari hadapannya. Chloe telah merencanakan sesuatu yang lebih spektakuler. Jika dia membongkar perselingkuhan Albert dan Audrey saat ini, maka mereka berdua pasti akan dengan mudah berkelit dan malah mencari cara untuk menyalahkannya. Hal yang dia perlu lakukan saat ini adalah merencanakan segala sesuatu dengan matang. Pokoknya, dia harus pintar berpura-pura, bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang hubungan terlarang dua insan tidak tahu malu itu. “Aku sempat menelpon keluargamu tadi karena aku panik saat kamu tidak mengangkat telepon.
Martin mengotak-atik komputernya dengan kesal. Dia masih kecewa berat atas kejadian yang menimpanya beberapa waktu lalu. Seluruh hasil kerja kerasnya telah diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Martin mengambil flashdisk yang dipakainya untuk menyimpan mentahan dari rekaman CCTVSky pub tersebut. Ketika Martin hampir saja menghubungkan flashdisk itu ke komputernya, dia tersentak kaget. “Astaga! Untung saja aku tidak mengkoneksikan benda ini dengan komputer kantor. Kalau tidak, rekaman asli ini akan hilang juga." Wajah Martin terlihat gusar. Dia mengetuk-ngetuk meja dengan sebuah pulpen yang ada di tangannya. Dia berpikir dengan keras, bagaimana caranya dia memulai semua lagi dari awal. Polisi muda itu tahu bahwa ini bukan pekerjaan yang mudah. Itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan ketelitian yang tinggi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. “Aku harus mencari akal, untuk mengatasi masalah ini," gumamnya sambil mengerutkan keningnya. "Tetapi kenapa hanya beberapa
Martin berdiri dengan tegang dan melihat gagang pintunya yang bergerak-gerak dan seperti hendak dibuka dengan paksa. Dia tercekat. Tanpa ragu-ragu, dia menelpon Magnus. Kring, kring, kring... Setelah nada dering ketiga, Magnus mengangkat panggilan telepon dari Martin. “Hi, Magnus. Kamu di mana?” bisik Martin tegang. “Hi! Kenapa kamu ngomong bisik-bisik?” bisik Magnus balik bertanya dan juga ikutan bisik-bisik. Untung bukan bisik-bisik tetangga. “Ada seseorang yang ingin menerobos masuk apartment-ku.” “Hah? Apakah kamu sudah melihat orang tersebut lewat lubang pengintip?” “Sudah, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Apa yang harus aku lakukan sekarang?” “Aku akan menghubungi kantor pusat untuk mengirimkan pertolongan dengan segera.” “Baik, aku tunggu. Terima kasih." Magnus mengubah panggilan Martin menjadi hold on (menunggu) dan segera menelpon kantor pusat untuk mengirimkan bala bantuan. Setelah itu, Magnus kembali menekan nomor Martin dan langsung terhubung kembali. “Done
Samuel memeluk erat pinggang Freya. Tubuhnya menggigil karena ketakutan. “Mommy, aku takut,” bisiknya pelan. Bibirnya sampai bergetar karena menahan tangis. “Ssshh. Mommy mau intip dulu. Kamu tunggu di sini ya.” Bocah lucu dan menggemaskan itu mengangguk dengan ragu-ragu. Freya berjalan dengan hati-hati dan membuka gorden jendela. Samuel mengikutinya dari belakang. “Mommy, ada siapa di luar sana? Aku bisa mendengar suaranya dari sini.” “Ada seseorang tadi. Tapi sekarang, orang itu sudah pergi,” ucap Freya sambil membungkuk dan membelai wajah Samuel dengan lembut. Ternyata Magnus yang membunyikan bel pintu tadi, harus pergi karena Martin membutuhkan bantuannya. Tubuh kecil Samuel gemetar karena ketakutan yang melandanya. “Look at me!” lanjut Freya sambil mengangkat wajah Samuel. (Anak-anak di Norway, dari kecil sudah diajarkan untuk melakukan kontak mata dengan lawan bicara saat mereka sedang diajak untuk berdialog) Samuel menatap mommy dengan matanya yang bulat. “Kamu tida
Ella tersenyum puas melihat video yang sedang diputarnya. Entah sudah berapa kali dia memutar video itu. Ia hanya ingin memastikan bahwa orang yang dia lihat adalah salah satu gadis yang bersama dengan mereka dalam acara pesta lajang malam itu. “Heh, tak kusangka, ternyata ada pengkhianat di antara kita,” gumam Ella pelan. Dia merasa geram melihat pengkhianat itu melakukan sesuatu yang sangat keji. "Minuman siapa sih yang telah diteteskan cairan terkutuk itu? Poor girl.” Tanpa sadar Ella mencengkram ponselnya kuat-kuat. Gadis itu menggulir isi galeri ponselnya dan memeriksa kembali video-video lain hasil rekamannya pada malam itu. Dia berharap akan menemukan siapa pemilik gelas minuman yang telah dimasukan obat pembawa malapetaka itu. Namun, hasilnya nihil. Dia tidak mengambil video selanjutnya karena Hilde telah menariknya ke lantai disco setelah itu. “Aku tidak pernah menyangka kalau dia tega berbuat itu terhadap sahabatnya sendiri." Ella mendengus dengan wajah kesal. In
Chloe hanya terdiam mendengar suara bass milik Mateo. ‘Aku menelponmu karena ingin menyelamatkanmu dari situasi yang tidak menyenangkan itu.’ ‘I know,’ ucap Chloe singkat. ‘Kalau kau perlu bantuan, maka aku akan...' ‘Tidak, terima kasih.’ Chloe lagi-lagi memotong perkataan pria itu dengan cepat. Selain itu, dia tidak mau lagi berurusan dengan pria yang membuat gelora di dalam tubuhnya tidak terkontrol. Untuk saat ini, Chloe hanya ingin fokus memberi pelajaran kepada Audrey dan Albert yang telah mengkhianatinya. ‘Kamu serius mau pulang sama pria mesum itu?’ tanya Mateo dengan nada tegang. Chloe bisa merasakan kekuatiran dalam suaranya. ‘Memangnya kenapa?’ umpan Chloe sambil melirik ke arah Albert yang sudah mulai gelisah dan berjalan mondar-mandir di depannya. ‘Aku hanya tidak mau terjadi apa-apa padamu.’ ‘Terima kasih sudah peduli padaku, tapi aku baik-baik saja,’ ucap Chloe. Ia lalu menutup sambungan telepon. Mateo berdiri dalam kegelapan dan menatap Chloe. Dia tidak mara
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat