Glenn segera menelpon Mateo begitu selesai berbicara dengan Isac. Dengan wajah tegang, dia menunggu panggilan teleponnya dijawab oleh Sang Boss Mafia.“Hello?” terdengar suara bass Mateo yang membuat Glenn menahan napas karena kepanikan yang tiba-tiba melandanya.“Hello, Boss. A-ada masalah di s-sini,” ucap Glenn gagap.“Kalian baik-baik saja ‘kan?” Suara Mateo kini terdengar khawatir.“K-kmi baik-baik saja, Boss, t-tapi tidak dengan Olav dan salah satu tahanan.”“Tarik napas tiga kali, biar kamu tidak gugup seperti itu,” anjur Mateo.Glenn menarik napas beberapa kali dan setelah merasa cukup tenang, dia pun kembali angkat bicara.“Albert berhasil melarikan diri, Tuan.”Terdengar helaan napas berat di ujung telepon. “Kenapa dia bisa lolos dari sana?” tanya Mateo sambil menahan emosi.Dengan gugup, Glenn menjelaskan rincian kejadiannya seperti apa.“Aku benar-benar minta maaf, Boss, dan aku siap dihukum atas keteledoranku ini.”“Itu kita bisa bicarakan nanti karena aku harus meningkatka
“Hello, Isac! Cari tahu di mana keberadaan Albert sekarang!” ucap Mateo sambil mengedit beberapa laporan yang akan ia setor hari ini untuk mengakhiri bisnis gelapnya. Dia sudah berjanji pada Chloe untuk mengakhiri semua ini, dan baginya, janji adalah hutang.“Baik, Boss. Saya akan mencari tahu masalah ini sekarang juga.”“Bagus! Berikan laporan padaku secepat mungkin.”“Siap, Boss!”Mateo langsung menutup panggilan telepon dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Tiga puluh menit kemudian, Isac telah mengirimnya sebuah video saat pihak berwajib meringkus Albert di mansionnya sendiri. Mateo sendiri hampir tidak mengenali Albert karena bonyoknya wajah pria itu.“Hmm, ternyata si Albert, setelah lolos dari anak buahku, malah masuk penjara,” gumam Mateo puas. Kini dia bisa bernapas lega seperti biasanya. Keamanan Chloe dan ketiga bayi kembarnya adalah segala-galanya. Dia bahkan rela mengorbankan apa pun termasuk nyawanya demi orang-orang yang dia sayangi dan cintai.Setelah menyelesaikan sem
Magnus tertidur dengan nyenyak sambil menyandarkan kepalanya pada pinggiran tempat tidur Freya. Hari ini, Freya telah menjalani proses operasi yang kedua. Walaupun dia sangat ketakutan sebelum operasi, tapi berkat dukungan dari kedua orang tuanya, Chloe, Mateo, Magnus, dan sahabat-sahabatnya, dia berhasil melewati meja operasi dengan baik.Sekarang dia tertidur lelap dan belum sadar dari pengaruh obat bius. Suara alat monitor detak jantung Freya dalam ruangan itu, seakan berlomba dengan detak jantung milik orang-orang yang sedang menunggunya dengan resahDi sudut ruangan, terlihat Chloe dan Mateo yang sedang duduk sambil berpelukan di atas sofa.Magnus juga hari ini telah berkenalan dengan kedua orang tua Freya dan mereka sangat menyukainya dan menghargai ketulusannya dalam menerima Freya apa adanya.“Kamu lelah, sayang?” bisik Mateo sambil tangannya memijat pinggang bagian belakang Chloe.“Aku lelah, tapi aku mau memastikan Freya baik-baik saja. Dan saat dia membuka matanya, aku ingi
Mateo menatap Chloe dengan pilu. Dia ikut terpukul melihat air mata Chloe yang berlinang tanpa henti.“Freya adalah wanita yang kuat, dia pasti akan bertahan.”“Aku sangat menyayanginya. Dia berhak untuk bahagia.”“Iya, aku mengerti.”Mateo berusaha sekuat mungkin untuk menenangkan Chloe. Dielus-elusnya rambut Chloe dengan lembut."Makasih, sayang. Kamu sudah menemani aku di sini.""Sshhh... Kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih. Aku akan selalu ada untukmu."Mateo menarik tangan Chloe dan mengecupnya lembut."Kita duduk di sana, yuk, sambil menunggu kabar tentang kondisi Freya."“Tidak! Aku mau di sini saja, biar gampang mendengar kalau terjadi apa-apa di dalam sana.”“Sayang, Magnus pasti akan memanggil kita kalau terjadi sesuatu. Lagi pula, kamu pasti akan lelah kalau berdiri seperti ini.”Chloe masih ingin menolak, tapi akhirnya dia menyerah juga dan menuruti nasehat sang suami. Mereka berdua pun duduk di sebuah bangku yang panjang dan menunggu dengan gelisah.*****"Suster, t
Beep…beep… beep…Suasana di kamar inap Freya yang tadinya menegangkan, kini berubah ketika monitor jantung mulai menunjukkan aktivitas yang lebih stabil.“Yes! Detak jantungnya kembali, Dokter! Kita berhasil!”Kalau tidak ingat bahwa dia sedang ada di rumah sakit, mungkin suster itu sudah menari-nari dengan riang.Para team medis menghembuskan napas lega. Mereka saling berjabat tangan untuk memberi semangat satu sama lain.***“Sayang, apa yang telah terjadi???” tanya Chloe saat melihat tim medis berlarian ke dalam kamar Freya.“Aku juga tidak tahu, babe. Mungkin mereka hendak memeriksa pasien?”“Tuhan, aku mohon, tolonglah Freya.”“Semoga dia baik-baik saja, Tuhan,” balas Mateo.Chloe yang tadinya sudah mulai tenang, kini kembali terguncang hatinya. Dia mondar-mandir di depan pintu kamar Freya. “Sayang, aku tahu kamu sangat khawatir saat ini, tapi tolong jaga kandunganmu. Aku tidak ingin terjadi apa-apa padamu.”Chloe akhirnya mencoba menenangkan diri begitu menyadari kebenaran dari
“Kami minta maaf karena baru datang sekarang,” ucap daddy dari Freya, Mr. Chriss.Magnus hanya mengangguk sedih, dia lebih memikirkan Freya saat ini dari pada apa pun juga..“Aku permisi sebentar,” ucap Mr. Chriss. Dia segera ke kantor khusus para dokter untuk memastikan bahwa anaknya mendapat dokter yang handal dan kompeten. Bukan tanpa alasan mereka datang terlambat hari ini, karena nenek dari Freya sedang sakit keras. Namun, mereka tidak berani memberitahukan kepada Freya tentang hal itu, karena takut putri mereka semakin kepikiran.“Mr. Danny, Aku mau tim yang terbaik untuk anakku.”“Jangan khawatir, kami sudah siapkan yang terbaik untuk anak Mr. Chriss.”“Terima kasih banyak. Maaf, karena kami tidak hadir di saat-saat kritis tadi.”“Apakah ada masalah yang terjadi?” tanya rekan sekerja Mr. Chriss, yaitu Mr. Danny. Mr. Chriss mengusap wajahnya dan menarik napas panjang. Lalu, dia mulai menceritakan semua yang terjadi, termasuk nenek Freya yang juga sedang terbaring di rumah saki
Setelah mengalami proses pemeriksaan yang lama dan melelahkan, akhirnya Freya diperbolehkan untuk kembali ke kamar inapnya. Aura kebahagian dan senyum kelegaan terlihat jelas di wajah-wajah orang-orang yang mengasihi Freya. Namun, Chloe, Magnus dan Mateo, harus rela menunggu giliran mereka untuk menjenguk Freya. Mereka mendahulukan kedua orang tua Freya. Mrs. dan Mrs.Chriss masuk dengan perlahan ke dalam kamar tempat sang anak dirawat. Freya tertidur lelap. Dia baru saja mengalami masa krisis yang lumayan panjang, pemeriksaan dan pengawasan yang ketat, tapi akhirnya kembali stabil. Wajahnya yang sejak semalam pucat pasi, kini mulai terlihat berwarna dan segar kembali.Dengan hati-hati, Mrs. Chriss menggenggam tangan Freya.“Hai, Freya darling! Apa kabar?” bisik sang mommy lembut. Dia tidak ingin mengusik waktu istirahat Freya.“Mommy di sini, darling. Oh iya. daddy-mu juga ada di sini. Kami berdua baru datang dan sempat menunggu di luar tadi, tapi sekarang, kami akhirnya menemanimu
“Mateo, Magnus, kalian tahu tidak, apa yang paling aku ingat saat ini?”“Ceritakan pada kami,” pinta Magnus. "Aku yakin, Freya pasti mendengar semua cerita kita dari alam bawah sadarnya,” ujarnya lagi penuh antusias.“Hmm, aku paling ingat saat Freya dan aku menghabiskan waktu bersama di bawah langit malam. Kami berpegangan tangan sambil bercerita tentang hidup dan semua kisah suka dan duka yang telah kami lalui bersama. Aku tidak pernah bisa melupakan kenangan itu, dan aku ingin melakukan hal itu lagi bersama Freya."Chloe berusaha tersenyum. Namun, air matanya kembali tumpah ruah ketika mengingat betapa indahnya persahabatannya bersama Freya selama ini. Mereka bahkan sudah seperti kakak beradik. Saking sedihnya, Chloe harus memeluk Mateo agar tangisannya tidak mengganggu Freya.Magnus ikut memeluk Chloe. Mereka bertiga saling berpelukan, dan menangis dalam satu harapan yang sama.“Terima kasih, untuk kalian berdua yang selama ini sudah menemani dan mendukung Freya. Aku sangat mengha
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat