"Pelukan dan perhatianmu adalah sumber kekuatanku. Semua itu memberikan aku keberanian untuk menghadapi hari-hari yang sulit." - Freya Alberta -
“Sekarang kita gosok gigi. Lalu…, tidur deh,” ucap Chloe sambil menyiapkan sikat gigi dan meraih pasta gigi khusus untuk anak-anak yang sudah dibelinya di apotek saat dalam perjalanan pulang tadi.“Auntie, aku akan ulang tahun di bulan Maret. Auntie ingat ‘kan?”“Iya dong, sayang. Auntie ingat ‘kok. Kamu mau hadiah apa?”“Aku tidak mau apa-apa, Auntie.” Samuel meraih sikat gigi dan mulai mengoleskan pasta gigi di sana. “Loh, kok tumben kamu tidak mau hadiah?”“Aku mau hadiah, tapi bukan hadiah yang harus dibeli.”Chloe menaikkan alisnya. Dia ingin bertanya lebih lanjut, tapi Samuel sudah mulai menggosok giginya. Dia pun dengan sabar menunggu sampai bocah itu selesai.“Aaa? Open your mouth, please? Auntie mau periksa dulu, sudah bersih atau belum.”Dengan patuh Samuel membuka mulutnya dan memperlihatkan giginya yang putih tersusun rapi.“Well done!”puji Chloe sambil ber-high five dengannya.Samuel tersenyum senang. Dia suka karena Chloe melakukan hal-hal yang mommynya juga biasa lakuka
Chloe segera menggosok giginya. Dia menatap wajahnya di dalam cermin di depannya. Di sana terlihat sekali kalau dia letih dan butuh istirahat. Sepanjang hari, energinya terkuras untuk menangis dan memikirkan nasib sahabatnya. Dia tidak akan pernah rela kalau Freya sampai perginya meninggalkannya. Chloe berkumur dan melanjutkan dengan mencuci mukanya dengan menggunakan produk-produk kecantikan yang dibelikan Mateo sebagai hadiah pernikahan mereka.Setelah menyelesaikan semua itu, dia segera membuka tas kecil yang terletak di bawah rak dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Sebuah test pack yang akan ia gunakan sebentar lagi. Dengan wajah tegang, dia melakukan semua sesuai dengan petunjuk yang tertera di atas kertas. Walaupun di sana dianjurkan untuk melakukan test tersebut pagi hari untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, tapi Chloe sudah tidak sabar lagi untuk menunggu hari esok. Dia mencelupkan alat itu ke dalam air seni yang sudah dia tampung dalam sebuah wajah. Chloe menghitung s
Setelah selesai mengatur napasnya yang terengah-engah akibat kenakalan istrinya, Mateo meraih tangan Chloe dan mengecupnya lembut.“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”“Hmm,” balas Chloe sambil tangannya membelai dada Mateo yang berbidang. Dia menyukai struktur tubuh proporsional suaminya. Mateo segera menghentikan tangan Chloe. Mana bisa dia konsentrasi kalau seperti itu. Berdekatan dengan Chloe saja, sudah membuatnya candu, ditambah lagi kalau dibelai-belai seperti itu. Tubuhnya kembali menginginkan Chloe.“Apa yang ingin kamu katakan?” tangan Chloe sambil menatap suaminya dengan penuh cinta.Mateo menarik napas panjang.“Kamu hamil,” ucap Mateo dengan senyum mengembang.“Hah? Dari mana kamu tahu?"Chloe tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Dia menatap suaminya dengan penasaran.“Aku sudah tahu dari hari pertama kamu muntah-muntah saat makan malam bersama mommy.”“Oh, jadi selama ini kamu sudah merahasiakan hal itu dariku?”“Eh, bukan, bukan itu maksudku,” gagap Mateo. Dia kha
Magnus meraih cangkir kosong di depannya dan berniat meneguk kopi hitam kesukaannya. “Yah, sudah habis ternyata,” gumamnya pelan. Entah sudah berapa cangkir kopi yang dia sudah konsumsi hari ini. “Mungkin aku harus istirahat sebentar.”Magnus menguap dan hendak meng-off kan komputernya, tapi dia segera mengurungkan niat begitu melihat pesan yang ada dalam inbox em*ilnya.“Surat elektronik dari bagian Polisi Khusus Pemasyarakatan (Polsuspas)?"Departemen itu biasanya bertugas melakukan pengawasan, pembinaan, keamanan, serta keselamatan narapidana dan tahanan."Semoga bukan berita buruk," harap Magnus.Gegas, Magnus mengklik surat elektronik tersebut. Betapa terkejutnya dia setelah membaca isi pesan tersebut.“Kurang ajar! Berarti si Jason lagi cuti dalam minggu ini. Aku akan segera mengirimkan penjagaan dan pengawalan untuk Freya.”Magnus rupanya telah meminta salah satu temannya yang bertugas di sana untuk menginformasikan kepadanya setiap kali Jason mendapat cuti bersyarat.Seluruh
“Bagaimana, Boss? Apakah Boss mau ikut masuk ke dalam?”Jason berpikir sebentar. Dia ragu untuk melakukan itu, tapi dengan topi dan selembar masker yang menutupi wajahnya, sepertinya itu tidak akan mendatangkan masalah baginya.“Hmm, baiklah. Ayo kita masuk.”Mereka berdua berjalan memasuki lobby rumah sakit dan berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja. Jason mengedarkan pandangan dan mencoba sebisa mungkin untuk menghidar dari area-area yang disorot CCTV.“Maaf, Tuan-Tuan, ini sudah jam dua pagi. Waktu berkunjung sudah berakhir.”Bendic, orang sewaan Jason segera pasang badan dan menjawab pertanyaan dari petugas rumah sakit.“Kami baru tiba dari luar kota dan ingin menjenguk keluarga kami yang sedang sakit. Maafkan atas gangguan ini.”“Saya mengerti, Tuan. Tapi kualitas istirahat dari pasien, sangat kami utama di sini. Dengan beristirahat yang cukup, proses pemulihan pun bisa berjalan dengan lebih cepat.”"Kami janji akan menengoknya sebentar saja.""Maaf, saya tetap tidak bisa mengi
Aurora mengikat tali sepatunya dengan perlahan. Diliriknya jam dinding di depannya. Melihat angka yang tertera di sana, membuat hatinya menciut. Hari ini adalah hari pertama Aurora kembali ke sekolah setelah tragedi yang menimpanya beberapa waktu yang lalu.“Apakah kamu sudah siap?” tanya daddy sambil meraih tas kerjanya yang selalu digantung di tempat yang sama.“Aku tidak tahu,” jawab Aurora pelan. Tangannya gemetar ketika mengikat tali sepatu sebelah kanan. Dia takut kalau William akan kembali mendatangi dan menangkapnya saat dia berada di sekolah atau jauh dari keluarganya. “Daddy yakin kamu akan baik-baik saja,” ucap daddy dari Aurora. Dia menepuk pundak anak perempuannya itu dan meraih sebuah jaket tebal. Tiga hari lagi, musim dingin akan tiba. Udara terasa semakin menggigit. “Bagaimana kalau dia menangkapku, Daddy?” Wajah Aurora memucat. Kakinya terasa diajak berat untuk melangkah. Andai saja dia bisa memilih, Aurora ingin di rumah seharian. Aurora bahkan tidak mau menyentuh
“Kuatkan aku untuk menghadapi mereka,” doa Chloe dalam hati ketika dia tiba di rumah besar yang memiliki halaman yang luas. Pagarnya yang kokoh membuat orang-orang yang berniat untuk maling atau merampok langsung menciut. Ditambah lagi dengan CCTV yang dipasang di berbagai tempat. Dengan ragu-ragu, Chloe menekan bell pada pagar depan. Tidak lama kemudian, terdengar suara dari alat interkom.“Nona mau cari siapa?” Terdengar suara seorang pria dengan suara tegas, yang membuat Chloe gugup. Seperti biasa, tangannya meremas-remas ujung bajunya.“Aku ingin bertemu dengan Tuan Chriss,” ucap Chloe pelan. Ditahannya debaran jantungnya yang bertalu-talu.“Apakah Nona sudah buat janji?” tanya suara itu lagi. Terdengar sekali kalau sang pemilik suara tidak suka ditemui tanpa membuat janji terlebih dahulu.“Aku Chloe, sahabat Freya.”Mendengar nama Freya disebut, pemilik suara itu menarik napas dan terdiam dalam waktu yang cukup panjang.“Hello?” tanya Chloe dengan hati-hati. Dia membuang semua
“Tutup mulutmu, Nona! Duduklah dengan manis sebelum aku melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan.”Ban mobil berdecit dengan keras dan melaju dengan kencang di jalanan ibu kota.Chloe mencoba untuk duduk dengan tenang dan mengikuti perintah pria itu. Tangannya bergerak dengan perlahan ke arah kantong tas untuk meraih ponselnya.‘Aduh, ke mana lagi ponselku?’ gumam Chloe dalam hati.“Kamu mencari ponselmu?” Pria di depannya menggenggam ponsel Chloe dan menggoyang-goyangkan benda itu di samping kepalanya.“Eiiitss!” Pria itu langsung membuka kaca jendela saat Chloe hendak merebut ponsel dari tangannya.“Jangan membuat kita berdua kecelakaan karena tindakanmu sendiri, Nona. Dan ponsel ini akan berakhir di atas jalanan beraspal, lalu remuk kalau kamu mencoba bertindak macam-macam.“Di mana Glenn?” sentak Chloe sambil menahan amarah.“Di bagasi belakang. Percuma saja kamu mencarinya, dia sudah tertidur nyenyak di sana.”“Apa yang telah kau lakukan padanya?” teriak Chloe gusar.“Tenangkan
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat