"Kau adalah canduku, Chloe, dan aku sangat mencintaimu."
Setelah selesai mengatur napasnya yang terengah-engah akibat kenakalan istrinya, Mateo meraih tangan Chloe dan mengecupnya lembut.“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”“Hmm,” balas Chloe sambil tangannya membelai dada Mateo yang berbidang. Dia menyukai struktur tubuh proporsional suaminya. Mateo segera menghentikan tangan Chloe. Mana bisa dia konsentrasi kalau seperti itu. Berdekatan dengan Chloe saja, sudah membuatnya candu, ditambah lagi kalau dibelai-belai seperti itu. Tubuhnya kembali menginginkan Chloe.“Apa yang ingin kamu katakan?” tangan Chloe sambil menatap suaminya dengan penuh cinta.Mateo menarik napas panjang.“Kamu hamil,” ucap Mateo dengan senyum mengembang.“Hah? Dari mana kamu tahu?"Chloe tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Dia menatap suaminya dengan penasaran.“Aku sudah tahu dari hari pertama kamu muntah-muntah saat makan malam bersama mommy.”“Oh, jadi selama ini kamu sudah merahasiakan hal itu dariku?”“Eh, bukan, bukan itu maksudku,” gagap Mateo. Dia kha
Magnus meraih cangkir kosong di depannya dan berniat meneguk kopi hitam kesukaannya. “Yah, sudah habis ternyata,” gumamnya pelan. Entah sudah berapa cangkir kopi yang dia sudah konsumsi hari ini. “Mungkin aku harus istirahat sebentar.”Magnus menguap dan hendak meng-off kan komputernya, tapi dia segera mengurungkan niat begitu melihat pesan yang ada dalam inbox em*ilnya.“Surat elektronik dari bagian Polisi Khusus Pemasyarakatan (Polsuspas)?"Departemen itu biasanya bertugas melakukan pengawasan, pembinaan, keamanan, serta keselamatan narapidana dan tahanan."Semoga bukan berita buruk," harap Magnus.Gegas, Magnus mengklik surat elektronik tersebut. Betapa terkejutnya dia setelah membaca isi pesan tersebut.“Kurang ajar! Berarti si Jason lagi cuti dalam minggu ini. Aku akan segera mengirimkan penjagaan dan pengawalan untuk Freya.”Magnus rupanya telah meminta salah satu temannya yang bertugas di sana untuk menginformasikan kepadanya setiap kali Jason mendapat cuti bersyarat.Seluruh
“Bagaimana, Boss? Apakah Boss mau ikut masuk ke dalam?”Jason berpikir sebentar. Dia ragu untuk melakukan itu, tapi dengan topi dan selembar masker yang menutupi wajahnya, sepertinya itu tidak akan mendatangkan masalah baginya.“Hmm, baiklah. Ayo kita masuk.”Mereka berdua berjalan memasuki lobby rumah sakit dan berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja. Jason mengedarkan pandangan dan mencoba sebisa mungkin untuk menghidar dari area-area yang disorot CCTV.“Maaf, Tuan-Tuan, ini sudah jam dua pagi. Waktu berkunjung sudah berakhir.”Bendic, orang sewaan Jason segera pasang badan dan menjawab pertanyaan dari petugas rumah sakit.“Kami baru tiba dari luar kota dan ingin menjenguk keluarga kami yang sedang sakit. Maafkan atas gangguan ini.”“Saya mengerti, Tuan. Tapi kualitas istirahat dari pasien, sangat kami utama di sini. Dengan beristirahat yang cukup, proses pemulihan pun bisa berjalan dengan lebih cepat.”"Kami janji akan menengoknya sebentar saja.""Maaf, saya tetap tidak bisa mengi
Aurora mengikat tali sepatunya dengan perlahan. Diliriknya jam dinding di depannya. Melihat angka yang tertera di sana, membuat hatinya menciut. Hari ini adalah hari pertama Aurora kembali ke sekolah setelah tragedi yang menimpanya beberapa waktu yang lalu.“Apakah kamu sudah siap?” tanya daddy sambil meraih tas kerjanya yang selalu digantung di tempat yang sama.“Aku tidak tahu,” jawab Aurora pelan. Tangannya gemetar ketika mengikat tali sepatu sebelah kanan. Dia takut kalau William akan kembali mendatangi dan menangkapnya saat dia berada di sekolah atau jauh dari keluarganya. “Daddy yakin kamu akan baik-baik saja,” ucap daddy dari Aurora. Dia menepuk pundak anak perempuannya itu dan meraih sebuah jaket tebal. Tiga hari lagi, musim dingin akan tiba. Udara terasa semakin menggigit. “Bagaimana kalau dia menangkapku, Daddy?” Wajah Aurora memucat. Kakinya terasa diajak berat untuk melangkah. Andai saja dia bisa memilih, Aurora ingin di rumah seharian. Aurora bahkan tidak mau menyentuh
“Kuatkan aku untuk menghadapi mereka,” doa Chloe dalam hati ketika dia tiba di rumah besar yang memiliki halaman yang luas. Pagarnya yang kokoh membuat orang-orang yang berniat untuk maling atau merampok langsung menciut. Ditambah lagi dengan CCTV yang dipasang di berbagai tempat. Dengan ragu-ragu, Chloe menekan bell pada pagar depan. Tidak lama kemudian, terdengar suara dari alat interkom.“Nona mau cari siapa?” Terdengar suara seorang pria dengan suara tegas, yang membuat Chloe gugup. Seperti biasa, tangannya meremas-remas ujung bajunya.“Aku ingin bertemu dengan Tuan Chriss,” ucap Chloe pelan. Ditahannya debaran jantungnya yang bertalu-talu.“Apakah Nona sudah buat janji?” tanya suara itu lagi. Terdengar sekali kalau sang pemilik suara tidak suka ditemui tanpa membuat janji terlebih dahulu.“Aku Chloe, sahabat Freya.”Mendengar nama Freya disebut, pemilik suara itu menarik napas dan terdiam dalam waktu yang cukup panjang.“Hello?” tanya Chloe dengan hati-hati. Dia membuang semua
“Tutup mulutmu, Nona! Duduklah dengan manis sebelum aku melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan.”Ban mobil berdecit dengan keras dan melaju dengan kencang di jalanan ibu kota.Chloe mencoba untuk duduk dengan tenang dan mengikuti perintah pria itu. Tangannya bergerak dengan perlahan ke arah kantong tas untuk meraih ponselnya.‘Aduh, ke mana lagi ponselku?’ gumam Chloe dalam hati.“Kamu mencari ponselmu?” Pria di depannya menggenggam ponsel Chloe dan menggoyang-goyangkan benda itu di samping kepalanya.“Eiiitss!” Pria itu langsung membuka kaca jendela saat Chloe hendak merebut ponsel dari tangannya.“Jangan membuat kita berdua kecelakaan karena tindakanmu sendiri, Nona. Dan ponsel ini akan berakhir di atas jalanan beraspal, lalu remuk kalau kamu mencoba bertindak macam-macam.“Di mana Glenn?” sentak Chloe sambil menahan amarah.“Di bagasi belakang. Percuma saja kamu mencarinya, dia sudah tertidur nyenyak di sana.”“Apa yang telah kau lakukan padanya?” teriak Chloe gusar.“Tenangkan
“Di mana, Chloe,” tanya Mateo panik.“Chloe? Dia tidak ada di sini, "jawab Freya kaget.“Nona Chloe ke rumah kami tadi pagi. Dialah yang memberitahu kami tentang keberadaan Freya,” celetuk Mr. Chriss.Tanpa bertanya lebih lanjut, Mateo pamit dan berlari dengan tergesa-gesa ke tempat parkir.“Aku mohon! Jangan sampai terjadi apa-apa dengan Chloe,” gumam Mateo. Udara yang dingin tidak menghalangi keringatnya mengalir dengan deras. Buku-buku tangannya sampai memutih karena dia mencengkram setir mobil dengan sangat kuat.“Berpikir dengan jernih sekarang!” bentaknya kepada dirinya sendiri. Jujur saja, saat panik seperti ini, pikiran sehatnya pergi entah kenapa, apalagi kalau itu menyangkut Chloe.“GPS! Ya, GPS mobil yang digunakan Chloe hari ini terhubung dengan GPS mobilku.”Mateo segera mencari tempat parkir agar bisa menghubungkan ponsel pintarnya dengan GPS mobil yang dikendarai Glenn dan Chloe. Namun, sialnya hanya layar putih yang terpampang di hadapannya.“Sialan!!!” maki Mateo memu
Jalan yang dipilih Mateo benar-benar sepi. Tak lama kemudian, Mateo tiba di sebuah hutan yang lebat. Dia menghentikan mobil, lalu ia membungkukkan tubuhnya di atas tanah dan mulai memeriksa sesuatu.Mateo melihat jejak ban mobil yang masuk ke dalam hutan tersebut. Ia menyalakan ponselnya dan mengetuk tombol kamera, lalu mengambil beberapa foto, lalu memperbesarnya. Begitu melihat jejak ban mobil itu, dia yakin bahwa itu adalah jejak ban mobil miliknya.Mateo yakin dengan pasti itu mobilnya karena semua mobil pribadi miliknya memiliki ban dengan inisial MR (Mateo Ryder). Itu hanya berlaku untuk mobil pribadi miliknya, sedangkan mobil untuk keperluan kerja, menggunakan ban mobil seperti biasanya.“Sabarlah, Chloe. Aku akan segera menjemputmu,” ucap Mateo menahan rasa geram dalam hati. Dia melompat ke dalam mobil dan mengemudi mengikuti jalan dan jejak di depannya tanpa keraguan sedikit pun.***Beberapa jam sebelum Mateo tiba di sana.“Jalan terus! Jangan pernah berpikir untuk melarikan