"Hati yang risau karena cinta adalah tanda bahwa cinta itu sangat berarti bagimu." - Mateo Ryder -
Ting-tong, ting-tong….Mateo berdiri dengan tidak sabar, sementara Chloe di dalam sana, berusaha untuk berdiri sambil memegang kepalanya yang rasanya berputar-putar seperti gasing.Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Chloe berjalan tertatih-tatih dan membuka pintu.“Freya…”Chloe mengira yang datang adalah Freya.Sedetik saja Mateo terlambat, maka Chloe sudah tersungkur di atas lantai. Dengan sigap, Mateo menggendong Chloe dan membawa gadis itu ke ruang tamu.Dengan lembut dan hati-hati, Mateo membaringkan gadis cantik itu di atas sofa yang nyaman.“What’s wrong with you?” bisik Mateo dengan suara beratnya. Tangannya menyentuh kening Chloe.“Syukurlah kamu tidak demam,” bisiknya lega.Wajah pria itu yang biasa bengis dan memangsa lawan-lawan bisnisnya, terlihat begitu lembut dan penuh cinta. Dengan pelan, dia mengusap wajah Chloe dan memijat kepala gadis itu.“Sebegitu menderita-kah seorang wanita saat sedang berbadan dua?”Diraihnya sebuah bantal dan diletakkannya di bawah kepala Chloe.
'Hari sebelum Aurora janjian dengan William untuk bertemu di Joe and the Juice Oslo.'Aurora menatap wajah William di layar ponselnya. Sudah dari tadi pemuda itu memintanya untuk segera tidur, tapi memang dasar remaja keras kepala, Aurora bertahan untuk mengobrol walaupun dia sudah menguap beberapa kali.“Kamu terlihat mengantuk. Apakah kamu mau tidur sekarang?”“Maybe,” jawab Aurora dengan mata yang hampir tertutup.“Tidurlah, kita bisa ngobrol lagi besok. Jam berapa kamu pulang sekolah?”“Jam tiga sore.”Aurora menguap lagi.“Aku punya satu pertanyaan untukmu.”“Tell me,” ucap William sambil menatap wajah Aurora yang sangat imut. Entah kenapa, pemuda itu seolah-olah terhipnotis setiap kali melihat wajah gadis itu.“Uncle kamu yang waktu itu datang menemuiku, apakah dia benar uncle-mu atau orang bayaranmu?”“Dia adalah uncle-ku. Satu-satunya saudara laki-laki dari keluarga mamaku.”“I see. Dia mirip denganmu.”"Tapi aku lebih tampan, kan?" canda William."Iya, iya. Lebih tampan, deh."
Chloe mendorong tubuhnya dan berusaha untuk duduk. Sakit kepalanya sudah berkurang. Dia melirik tanggal di kalender di atas meja kerjanya.Pada bulan sebelumnya, ada satu tanggal yang dia lingkari merah. Itu adalah tanggal datang bulan terakhir yang dia alami.‘Astaga, sudah lebih dari sebulan aku tidak datang bulan rupanya,’ pekik Chloe dalam hati.Dia masih ingat dengan jelas, dua minggu sebelum bridal shower, dia datang bulan dan sangat senang, karena dia tidak perlu lagi repot-repot memikirkan akan datang bulan saat hari pernikahannya nanti. ‘Kalau hitungannya benar, berarti aku sudah telat satu minggu.’Glek! Chloe menahan keinginannya untuk tidak berteriak karena galau. Tanpa sadar tangannya membelai perutnya yang masih rata dan mulus.Kejadian-kejadian sedih, pahit dan tak terduga seakan datang silih berganti. Dia merasa seperti sedang bermain dalam film drama yang tidak ada endingnya."Kamu kenapa?" tanya Mateo yang heran melihat kepanikan di wajah Chloe."Aku baik-baik saja,"
“Rupanya kamu benar-benar ingin dihukum ya?” bisik Mateo.“Hukum saja kalau kamu berani. Aku tidak akan membiarkanmu menang.”“Really? Baiklah, kalau itu maumu.”Tanpa aba-aba, Mateo langsung mengangkat Chloe dari kursi dan mendudukkan gadis itu di atas meja.“Jangan salahkan aku karena melakukan hal ini. Kamu sendiri yang menantangku,” geram Mateo mendekatkan lagi wajahnya di depan Chloe.“Apa yang akan kamu lakukan?” teriak Chloe panik.Dia kini sadar kalau Mateo sedang tidak main-main. Pria itu benar-benar serius akan menghukumnya. Dia benar-benar harus belajar untuk mengenal pria itu. Boss mafia yang kejam, yang tidak pernah mengampuni orang-orang yang berani melanggar perintahnya.“Bersiaplah menerima hukumanmu,” geram Mateo.Pria itu menunduk dan mengecup lembut rahang indah Chloe. Sebenarnya dia benar-benar ingin menghukum gadis itu, tapi sialnya aura sensual Chloe memaksanya untuk melakukan hal yang belum pernah dia lakukan selama ini.Dia tidak pernah mengasihani orang-orang y
“Kau sangat liar, Nona Chloe.”Mateo menghentikan ciumannya. Dia memandang Chloe yang masih terbakar oleh panasnya ciuman pria itu.“Chloe Adams?”Chloe yang sudah terbakar api asmara memandangnya dengan kebingungan. Antara menginginkan lebih, atau meminta pria itu untuk berhenti saat itu juga.“Ijinkan aku untuk menggantikan Albert untuk menikahimu. Will you marry me?”Chloe tersentak kaget. Tubuhnya yang tadi sempat terbakar oleh gairah terlarang, langsung redup seketika itu juga.Dia benar-benar tidak menyangka kalau Mateo akan melamarnya setelah pertemuan mereka yang begitu singkat.Dengan pelan dia mendorong tubuh Mateo yang masih menempel begitu lekat di tubuhnya. Dia bahkan bisa merasakan panas dan liarnya kelelakian Mateo yang masih menegang di bawah sana.Mateo tidak merespon dorongan Chloe. Dia menyukai saat tubuh mereka menempel seperti itu. Rasanya seperti ada yang siap meledak dalam dirinya kapan saja.Aura seksual Chloe terlalu sulit untuk dihindari. Dia seperti seorang d
“Sayang, kita harus memihak Chloe. Aku tidak mau anak kita menderita pada akhirnya,” ucap Mr. Steven sambil menggenggam tangan Mrs. Kirana.Wanita setengah baya itu hanya menganggukkan kepalanya. Dia setuju dengan ucapan suaminya barusan. Walaupun pada awalnya dia sempat termakan hasutan Albert, tapi dia memilih untuk mempercayai anaknya.Sebagai seorang ibu, dia harus memihak dan membela anaknya. Chloe adalah gadis yang luar biasa, dan dia sangat membanggakan gadis itu.“Mungkin kita perlu menelpon keluarga Albert dan membatalkan pernikahan ini,” usul Mrs. Kirana dengan wajah cemas. “Mereka pasti menolak permintaan kita, sayang.”“Tapi kita harus mencoba, dear. Demi anak kita, please!”“Aku tidak yakin kalau ini akan berhasil.”“Coba saja, sayang. Kita jelaskan juga kalau anak laki-laki mereka yang sudah mengkhianati anak perempuan kita. Jadi mereka tidak akan terlalu menyalahkan Chloe.”“Aku mengenal mereka dengan baik, sayang. Bagaimana kalau mereka mengungkit soal hutang piutang k
“Bagaimana hasilnya, honey? Apakah mereka setuju untuk membatalkan pernikahan Chloe dan Albert?”Mr. Steven mengusap wajahnya dengan frustasi. Dia mencoba untuk menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan istrinya.“Tidak. Mereka tidak mau membatalkan pernikahan itu. Apa pun yang terjadi, Chloe dan Albert akan menikah sesuai dengan rencana sebelumnya.“Apa?”“Hmm, bahkan Albert sudah menentukan tanggal dan hari pernikahan tanpa meminta pendapat dari kita berdua sebagai orang tua Chloe.”“Oh my goodness! Ini benar-benar nonsense! Aku tidak akan membiarkan anak gadisku satu-satunya dirusak oleh pria tak bermoral itu,” cicit Mrs. Kirana.Wanita berumur empat puluh dua tahun itu berjalan mondar-mandir sambil berpikir dan mencari jalan keluar yang terbaik. Dia meremas-remas tangannya dengan gelisah.“Mr. Ragnar mengancam kita, sayang. Hanya dengan melunasi utang dan piutang kita, maka Chloe akan terbebas dari ikatan pernikahan ini.”“Dari mana kita akan mendapatkan uang sebanyak itu,
Baru saja Mateo menginjak pedal mobil balapnya, Chloe tiba-tiba teringat sesuatu.“Mateo, maaf, maaf…, bisakah kita kembali ke apartemenku sebentar?”“Kenapa?”“Aku lupa ponselku.”“Kita beli ponsel baru saja.”“Eh, jangan! Buat apa buang-buang uang. Lagain ponselku juga belum rusak.”“Dasar keras kepala.”“Dasar boros.”Mereka berdua tertawa terbahak-bahak dan tanpa berkomentar lagi, Mateo memutar haluan dan kembali ke apartemen Chloe.Begitu sampai di tujuan, Chloe langsung melepas sabuk pengamannya.“Kamu tunggu di sini ya.”“Tidak bisa. Aku akan menemanimu,” ucap Mateo tegas.“Aku tidak akan berlama-lama kok. Biar cepat."Mateo tidak membalas perkataan Chloe. Dia melepas sabuk pengamannya dan keluar serta membukakan pintu untuk Chloe.“Aku akan menemanimu, Nona keras kepala.”Chloe terkikik dan akhirnya meraih uluran tangan Mateo dengan manja. Mereka berdua kembali memasuki apartemen Chloe.***Sharjeel dan Damian yang masih menunggu di tempat parkiran, mulai resah dan gelisah. Ent
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat