"Chloe Adams, will you marry me?" - Mateo Ryder -
“Kau sangat liar, Nona Chloe.”Mateo menghentikan ciumannya. Dia memandang Chloe yang masih terbakar oleh panasnya ciuman pria itu.“Chloe Adams?”Chloe yang sudah terbakar api asmara memandangnya dengan kebingungan. Antara menginginkan lebih, atau meminta pria itu untuk berhenti saat itu juga.“Ijinkan aku untuk menggantikan Albert untuk menikahimu. Will you marry me?”Chloe tersentak kaget. Tubuhnya yang tadi sempat terbakar oleh gairah terlarang, langsung redup seketika itu juga.Dia benar-benar tidak menyangka kalau Mateo akan melamarnya setelah pertemuan mereka yang begitu singkat.Dengan pelan dia mendorong tubuh Mateo yang masih menempel begitu lekat di tubuhnya. Dia bahkan bisa merasakan panas dan liarnya kelelakian Mateo yang masih menegang di bawah sana.Mateo tidak merespon dorongan Chloe. Dia menyukai saat tubuh mereka menempel seperti itu. Rasanya seperti ada yang siap meledak dalam dirinya kapan saja.Aura seksual Chloe terlalu sulit untuk dihindari. Dia seperti seorang d
“Sayang, kita harus memihak Chloe. Aku tidak mau anak kita menderita pada akhirnya,” ucap Mr. Steven sambil menggenggam tangan Mrs. Kirana.Wanita setengah baya itu hanya menganggukkan kepalanya. Dia setuju dengan ucapan suaminya barusan. Walaupun pada awalnya dia sempat termakan hasutan Albert, tapi dia memilih untuk mempercayai anaknya.Sebagai seorang ibu, dia harus memihak dan membela anaknya. Chloe adalah gadis yang luar biasa, dan dia sangat membanggakan gadis itu.“Mungkin kita perlu menelpon keluarga Albert dan membatalkan pernikahan ini,” usul Mrs. Kirana dengan wajah cemas. “Mereka pasti menolak permintaan kita, sayang.”“Tapi kita harus mencoba, dear. Demi anak kita, please!”“Aku tidak yakin kalau ini akan berhasil.”“Coba saja, sayang. Kita jelaskan juga kalau anak laki-laki mereka yang sudah mengkhianati anak perempuan kita. Jadi mereka tidak akan terlalu menyalahkan Chloe.”“Aku mengenal mereka dengan baik, sayang. Bagaimana kalau mereka mengungkit soal hutang piutang k
“Bagaimana hasilnya, honey? Apakah mereka setuju untuk membatalkan pernikahan Chloe dan Albert?”Mr. Steven mengusap wajahnya dengan frustasi. Dia mencoba untuk menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan istrinya.“Tidak. Mereka tidak mau membatalkan pernikahan itu. Apa pun yang terjadi, Chloe dan Albert akan menikah sesuai dengan rencana sebelumnya.“Apa?”“Hmm, bahkan Albert sudah menentukan tanggal dan hari pernikahan tanpa meminta pendapat dari kita berdua sebagai orang tua Chloe.”“Oh my goodness! Ini benar-benar nonsense! Aku tidak akan membiarkan anak gadisku satu-satunya dirusak oleh pria tak bermoral itu,” cicit Mrs. Kirana.Wanita berumur empat puluh dua tahun itu berjalan mondar-mandir sambil berpikir dan mencari jalan keluar yang terbaik. Dia meremas-remas tangannya dengan gelisah.“Mr. Ragnar mengancam kita, sayang. Hanya dengan melunasi utang dan piutang kita, maka Chloe akan terbebas dari ikatan pernikahan ini.”“Dari mana kita akan mendapatkan uang sebanyak itu,
Baru saja Mateo menginjak pedal mobil balapnya, Chloe tiba-tiba teringat sesuatu.“Mateo, maaf, maaf…, bisakah kita kembali ke apartemenku sebentar?”“Kenapa?”“Aku lupa ponselku.”“Kita beli ponsel baru saja.”“Eh, jangan! Buat apa buang-buang uang. Lagain ponselku juga belum rusak.”“Dasar keras kepala.”“Dasar boros.”Mereka berdua tertawa terbahak-bahak dan tanpa berkomentar lagi, Mateo memutar haluan dan kembali ke apartemen Chloe.Begitu sampai di tujuan, Chloe langsung melepas sabuk pengamannya.“Kamu tunggu di sini ya.”“Tidak bisa. Aku akan menemanimu,” ucap Mateo tegas.“Aku tidak akan berlama-lama kok. Biar cepat."Mateo tidak membalas perkataan Chloe. Dia melepas sabuk pengamannya dan keluar serta membukakan pintu untuk Chloe.“Aku akan menemanimu, Nona keras kepala.”Chloe terkikik dan akhirnya meraih uluran tangan Mateo dengan manja. Mereka berdua kembali memasuki apartemen Chloe.***Sharjeel dan Damian yang masih menunggu di tempat parkiran, mulai resah dan gelisah. Ent
Damian berdiri dengan gelisah di samping Sharjeel. Dia benar-benar tegang sekarang. Dia ketakutan kalau sampai ada yang memergoki aksi mereka.Salah profesi kayaknya si Damian ini. Penakut, tapi kok sok-sok jadi penjahat?Sharjeel menekan bel pintu sekali lagi dan menunggu dengan tidak sabar. Mereka saling menatap dan memberi tanda untuk bersiap-siap menyergap Chloe begitu gadis itu membuka pintu untuk mereka.Sedangkan di dalam apartment Chloe, Mateo sedang duduk sambil menunggu Chloe mengambil ponselnya. Semua gerakan Chloe tidak luput dari perhatiannya. Seluruh dunianya teralihkan hanya pada satu titik fokus saja, yaitu Chloe, Chloe dan Chloe.Mendengar bunyi bel pintu, Mateo langsung waspada. Dia meletakkan jari telunjuknya di atas bibir, memberi isyarat pada Chloe untuk tidak bersuara. Pelan-pelan, Mateo beranjak ke arah pintu.“Siapa?” tanya Chloe sambil berbisik pelan.“Sebentar, aku lihat dulu.”Mateo menggunakan lubang pengintip yang dipasang di tengah-tengah daun pintu untuk
“Detektif Rodriguez, aku menemukan satu hal baru dari video rekaman CCTV!” seru Magnus sambil menekan tombol pause pada keyboard laptopnya.Detektif Rodriguez yang sedang menata arsip perkara yang sedang mereka tangani, menghampiri Magnus dengan wajah penasaran.“What’s that?”“Coba lihat di timeline bagian ini. Apakah itu suatu kebetulan? Albert Wesley, orang kedua yang kita cari-cari selama ini, ternyata dia juga ada dalam pub yang sama malam itu.”“Are you kidding me? Wow, interesting! Kill two birds with one stone, huh?”“Exactly! Ini merupakan sebuah pertanda yang bagus. Apa yang Mateo dan Albert lakukan di sana di saat yang sama?”“Kita akan menyelidikinya lebih dalam lagi. Ini benar-benar membangunkan sisi detektif dari diriku.”“Aku rasa, kita harus mencari tahu timeline, kapan Albert meninggalkan pub itu, sehingga kita bisa cocokkan dengan keterangan dari saksi yang lain.”“I like that idea. Kapan kita memanggilnya untuk proses interogasi?”“Aku akan siapkan surat pemanggilan
“Cari tahu kenapa aku bisa menerima surat panggilan interogasi ini?” perintah Albert dengan mata memerah.Albert memasuki mobil dengan emosi. Hati kecilnya mengatakan bahwa polisi telah menemukan bahwa dia berada di tempat kejadian perkara.Tom yang diberikan perintah seperti itu, hanya bisa mengangguk walaupun dia sendiri bingung bagaimana caranya untuk mencari informasi yang diinginkan oleh tuannya.Mereka menunggu sampai Magnus berlalu dari sana. Setelah mobil polisi itu menghilang dari pandangan mereka, Albert memerintahkan anak buahnya untuk segera berangkat dan melanjutkan rencana awal mereka.Telepon Albert berdering nyaring. Pria itu melirik nama pemanggil dan mengangkat teleponnya.“Hello!”“Hello, Tuan. Saya sedang mengikuti orang yang bernama Mateo. Dia sedang bersama dengan seorang gadis, dan mereka sekarang berbalik arah menuju ke suatu tempat."“Seorang gadis? Bagaimana rupa dari gadis itu?”Rupanya Albert telah memerintahkan salah seorang anak buahnya untuk mengintai Mat
“Nona Chloe!” sapa sekuriti yang sedang bertugas siang itu.“Selamat siang, Gio.”Pemuda berbadan besar dan kekar itu segera membuka pintu pagar yang kecil untuk Chloe.“Tuan Albert sedang tidak ada di sini, Nona Chloe.”“Aku tahu, dan aku tidak sedang mencari Albert saat ini. Apakah Mr. dan Mrs. Ragnar ada di rumah sekarang?”“Kebetulan sekali mereka ada di rumah saat ini. Silahkan masuk. Akan saya bantu untuk membukakan pintu utama.”Chloe mengangguk singkat dan mengikuti Gio dari belakang. Mereka berjalan melewati taman yang sudah tidak ada bunganya sama sekali.Musim gugur sudah mengambil kehidupan dari tanaman-tanaman yang ada dalam taman itu. Daun warna-warni menghiasi halaman mansion yang megah milik keluarga Albert.Chloe sudah sering main ke sini, tapi keindahan mansion itu selalu membuatnya takjub. Bangunan itu dikelilingi hutan pinus dan ada farm (perkebunan kecil) di halaman belakang.Musim gugur adalah musim dimana mereka biasanya menuai. Dari kejauhan, bulir-bulir gandum
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat