"Ketegasan adalah seni untuk membuat keputusan yang sulit dan tetap berdiri teguh di tengah badai." - Chloe Adams -
“Aku beri kamu waktu satu minggu untuk melunasi utang piutang kalian. Kalau kamu tidak berhasil melunasi semua utang-mu, maka pernikahan kalian akan kami laksanakan Sabtu depan.”Chloe beranjak dari tempat duduknya. Dia mengetuk ponselnya dan memilih sebuah aplikasi tulis menulis.“Silahkan tulis di sini nomor rekening dan total semua jumlah utang-ku dan utang kedua orang tuaku. Aku akan melunasinya secepat mungkin.”Mr. Ragnar dan Mrs. Kellie terkesima melihat keberanian gadis cantik di depan mereka itu.Tiba-tiba, Mr. Ragnar tersenyum geli. Dia tidak habis pikir dengan kegigihan Chloe.‘Gadis ini benar-benar keras kepala,’ pikirnya.“Aku tahu sekarang kenapa Albert sangat ingin menikahimu. Selain karena cantik, kamu keras kepala, cerdas, pemberani dan tidak pantang menyerah. Hanya wanita seperti itu yang bisa mengimbangi sepak terjang Albert."“Maaf, aku sudah tidak mempunyai keinginan untuk menikahi Albert, Mr. Ragnar."‘Gadis sombong! Apakah dia kira, dia bisa lepas dari ikatan per
“Bagaimana hasilnya?” tanya Mateo pelan. Walaupun dia sudah sangat penasaran, tapi dia tidak mau memaksa gadis itu untuk menjawab pertanyaannya saat itu juga.“Mereka memintaku untuk melunasi utang piutang dan mengembalikan semua biaya yang telah mereka keluarkan selama proses persiapan pernikahan.”“Brengsek! Mereka benar-benar licik!” cetus Mateo geram.“Berapa total semua utangmu? Aku akan membayar lunas semuanya saat ini juga," lanjutnya dengan suara tertahan.Chloe menunduk sambil meremas-remas ujung baju hangatnya. “Chloe,” panggil Mateo lembut. Dia menggunakan telunjuknya dan menyentuh dagu gadis itu.“Aku mencintaimu, Chloe. Izinkan aku untuk membantumu.”Dengan lembut Mateo melumat bibir Chloe seakan ingin membuat gadis itu melupakan masalah yang dihadapinya.“Please…” ucap Mateo di sela-sela ciuman mereka. Tangannya mengelus punggung Chloe sehingga Chloe merasa tenang.“Aku tidak mau membuatmu terbeban, Mateo.”“Chloe! Aku tidak pernah merasa terbeban. Niatku hanya ingin mem
Aurora memasukkan semua bukunya dengan tergesa-gesa ke dalam tas ranselnya. Dia sudah tidak sabar lagi untuk segera menemui William. Ditambah lagi, pemuda itu sudah mengirimkan begitu banyak pesan padanya.“Kamu mau ke mana? Kok seperti dikejar-kejar setan saja?” tanya Sofia kebingungan.“Siapa yang dikejar setan? Aku hanya ingin segera pulang.”“Ada acara?”‘Duh, cerewet banget sih nih orang,' dengus Aurora dalam hati.“Tidak ada. Aku hanya ingin pulang sekarang.”Sofia mengerutkan keningnya. Tidak biasanya sahabatnya itu bersikap seperti itu. Mereka berdua biasanya selalu bersama-sama menunggu bis di halte depan sekolah. Sofia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Aurora.“Tunggu aku ya. Aku mau ke toilet sebentar,” pinta Sofia sambil berjalan menuju toilet.“Eh! Aku tidak bisa pulang denganmu hari ini, maaf. Aku pergi duluan. Bye…”Belum lagi Sofia sempat protes, Aurora sudah menghilang di ujung lorong.Sofia hanya bisa protes sambil memasuki ruang toilet.“Aneh sekali anak itu. Bia
“Dad, bagaimana? Kita tidak punya banyak waktu lagi.”Dengan kalut Mr. Steven beranjak dari tempat duduknya dan mulai berjalan ke sana ke mari seperti setrikaan.“Honey, ikuti saja kata hatimu.”“Tapi kalian juga bisa ikut berpendapat. Hal ini bisa kita putuskan bersama-sama,” ucap Mr. Steven gusar.Dia merasa keputusan apa pun yang akan dia ambil terlalu berisiko. Dia tidak mau mempertaruhkan kehidupan putrinya, lalu menyesal di kemudian hari.“Dad, tolong jawab sekarang. Aku menunggu persetujuan darimu.”“Kenalkan pria itu kepada kami. Mungkin setelah mengenalnya, Daddy menjadi lebih tenang saat mengambil keputusan nantinya."“Dia ada di depan di tempat parkir. Aku bisa menelponnya sekarang juga.”Chloe segera mengambil ponselnya dan menelpon Mateo.Tak berapa lama kemudian, pria itu sudah berada di depan keluarga Chloe.Baik Mr. Steven dan Mrs. Kirana hanya bisa melongo melihat pria macho dan tampan memasuki ruang tamu mereka. Kehadirannya seperti menghipnotis kedua orang tua Chloe
“Sayang, kita ijinkan saja mereka menikah besok. Tapi sebelumnya, kita harus menandatangani kontrak untuk pelunasan hutang. Jadi tidak ada alasan baginya untuk tidak menerima uang dari kita.”“Sepertinya itu ide yang bagus, tapi sebelum kita menyetujui, aku akan mengajukan satu pertanyaan terakhir padanya.”“Pertanyaan apa itu?” tanya Mrs. Kirana penasaranDengan wajah misterius, Mr. Steven menarik tangan istrinya kembali ke ruang tamu.Mereka menemukan Chloe dan Mateo yang sedang berdiri sambil berpelukan mesra. Terlihat sekali kali kalau kedua sejoli itu menikmati kebersamaan mereka.“Eheeem! Chloe, Mateo, sebelum kami memutuskan apakah kalian akan menikah atau tidak, aku ingin menanyakan sesuatu kepada Mateo.”Pria itu menatap Mr. Steven dengan wajah penuh tanda tanya. Dia melihat kesungguhan di wajah pria separuh baya itu.“Baiklah, perihal apa yang ingin Mr. Steven tanyakan kepadaku?”Mateo tetap terlihat tenang. Dia sudah memperkirakan kemungkinan apa saja yang bakal terjadi.Dia
Warning!!! 18+Aurora duduk di pinggir tempat tidur William Dia menikmati keindahan kamar William sambil menunggu pemuda itu datang kembali.Dia merasa aneh karena tidak terlalu begitu banyak barang di kamar itu. Hanya ada beberapa lemari saja, sehingga kamar itu terasa semakin luas.Aurora berdecak kagum. Tidak henti-hentinya dia mengagumi kerapian kamar Willian. Lalu ia melirik jam yang berdetak di dinding kamar.‘Hmm, kenapa dia lama sekali perginya?’ pikir Aurora.Dia berdiri dan hendak menyibak kain gorden di jendela. Dia penasaran dengan pemandangan yang ada di luar sana.‘Pasti pemandangan dari kamar ini sangat indah,’ gumamnya dalam hati sambil mengulurkan tangannya ke arah gorden.Aurora hampir memekik kaget karena tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya.Tidak ada jendela di sana. Hanya tembok kosong yang ditutupi oleh kain jendela.Karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Aurora menarik semua kain gorden itu ke arah samping.Sama saja, hanya ada tembok put
Chloe dan Mateo tiba di salah satu butik sepatu terbaik di kota itu. Setelah memarkir mobilnya di tempat parkir khusus, Mateo meraih tangan Chloe dan mengecupnya dengan manis.“Terima kasih karena sudah memperkenalkanku pada kedua orang tua.”“You are welcome.”"Maaf kalau aku telah melakukan kesalahan tadi.""Maksudmu? Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun, Tuan Mateo yang tampan."Mateo menangkup wajah Chloe dan menelusuri wajah wanita wanita cantik itu dengan penuh arti. Dia ingin sekali bercumbu dengan gadis itu.Huff, tiap bersama Chloe, otak Mateo selalu travelling dan ternoda, readers."Hmm, jadi aku tampan rupanya?""Sangat tampan," ucap Chloe dengan mata berbinar-binar.“Aku sangat mencintaimu, Chloe,” bisiknya sambil berusaha untuk tidak mencium Chloe.“Aku juga mencintaimu, Mateo. Kamu pria yang luar biasa. Aku harap sikap daddy dan mommy tidak melukai hatimu.”“Nope! Tidak sama sekali. Sebagai orang tua, mereka berhak untuk melakukan semua itu.”Chloe melepas sabuk pengama
“Ayo kita pergi,” ucap Mateo sambil memegang pundak Chloe dan mengawalnya ke arah pintu ke luar.“Siapa orang itu? Kenapa dia harus menyamar?”“Aku tidak punya jawabannya saat ini, tetapi yang paling penting saat ini adalah, kita harus segera pergi.”Tak lama kemudian, mobil milik Mateo sudah berbaur dengan kendaraan lain di jalan utama. Chloe duduk dengan gelisah. Seumur hidupnya dia tidak pernah mengalami peristiwa mengerikan seperti tadi.“Kamu baik-baik saja, Chloe?”Wajah Mateo terlihat cemas. Dia takut kalau sampai Chloe trauma. “Itu benar-benar hal yang mengerikan,” gumam Chloe sambil mengusap matanya.Mateo meraih tangan Chloe dan menggenggamnya erat. Sedangkan tangan yang satunya sibuk menyetir.“Jangan takut, my love. Aku akan selalu ada untukmu. Tidak akan aku biarkan orang-orang berbuat jahat padamu.”“Thanks, darling.”“"I love you more than you will ever know."Mendengar ucapan Mateo, hati Chloe mulai tenang. Digenggamnya tangan Mateo dengan kuat.“Kita pulang saja kalau
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat