"Dalam cinta yang aku miliki untuk Chloe, aku menemukan tujuan hidupku. Aku akan membuatnya merasa dicintai, dihargai, dan nyaman setiap saat." - Mateo Ryder -
“Sayang, kita ijinkan saja mereka menikah besok. Tapi sebelumnya, kita harus menandatangani kontrak untuk pelunasan hutang. Jadi tidak ada alasan baginya untuk tidak menerima uang dari kita.”“Sepertinya itu ide yang bagus, tapi sebelum kita menyetujui, aku akan mengajukan satu pertanyaan terakhir padanya.”“Pertanyaan apa itu?” tanya Mrs. Kirana penasaranDengan wajah misterius, Mr. Steven menarik tangan istrinya kembali ke ruang tamu.Mereka menemukan Chloe dan Mateo yang sedang berdiri sambil berpelukan mesra. Terlihat sekali kali kalau kedua sejoli itu menikmati kebersamaan mereka.“Eheeem! Chloe, Mateo, sebelum kami memutuskan apakah kalian akan menikah atau tidak, aku ingin menanyakan sesuatu kepada Mateo.”Pria itu menatap Mr. Steven dengan wajah penuh tanda tanya. Dia melihat kesungguhan di wajah pria separuh baya itu.“Baiklah, perihal apa yang ingin Mr. Steven tanyakan kepadaku?”Mateo tetap terlihat tenang. Dia sudah memperkirakan kemungkinan apa saja yang bakal terjadi.Dia
Warning!!! 18+Aurora duduk di pinggir tempat tidur William Dia menikmati keindahan kamar William sambil menunggu pemuda itu datang kembali.Dia merasa aneh karena tidak terlalu begitu banyak barang di kamar itu. Hanya ada beberapa lemari saja, sehingga kamar itu terasa semakin luas.Aurora berdecak kagum. Tidak henti-hentinya dia mengagumi kerapian kamar Willian. Lalu ia melirik jam yang berdetak di dinding kamar.‘Hmm, kenapa dia lama sekali perginya?’ pikir Aurora.Dia berdiri dan hendak menyibak kain gorden di jendela. Dia penasaran dengan pemandangan yang ada di luar sana.‘Pasti pemandangan dari kamar ini sangat indah,’ gumamnya dalam hati sambil mengulurkan tangannya ke arah gorden.Aurora hampir memekik kaget karena tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya.Tidak ada jendela di sana. Hanya tembok kosong yang ditutupi oleh kain jendela.Karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Aurora menarik semua kain gorden itu ke arah samping.Sama saja, hanya ada tembok put
Chloe dan Mateo tiba di salah satu butik sepatu terbaik di kota itu. Setelah memarkir mobilnya di tempat parkir khusus, Mateo meraih tangan Chloe dan mengecupnya dengan manis.“Terima kasih karena sudah memperkenalkanku pada kedua orang tua.”“You are welcome.”"Maaf kalau aku telah melakukan kesalahan tadi.""Maksudmu? Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun, Tuan Mateo yang tampan."Mateo menangkup wajah Chloe dan menelusuri wajah wanita wanita cantik itu dengan penuh arti. Dia ingin sekali bercumbu dengan gadis itu.Huff, tiap bersama Chloe, otak Mateo selalu travelling dan ternoda, readers."Hmm, jadi aku tampan rupanya?""Sangat tampan," ucap Chloe dengan mata berbinar-binar.“Aku sangat mencintaimu, Chloe,” bisiknya sambil berusaha untuk tidak mencium Chloe.“Aku juga mencintaimu, Mateo. Kamu pria yang luar biasa. Aku harap sikap daddy dan mommy tidak melukai hatimu.”“Nope! Tidak sama sekali. Sebagai orang tua, mereka berhak untuk melakukan semua itu.”Chloe melepas sabuk pengama
“Ayo kita pergi,” ucap Mateo sambil memegang pundak Chloe dan mengawalnya ke arah pintu ke luar.“Siapa orang itu? Kenapa dia harus menyamar?”“Aku tidak punya jawabannya saat ini, tetapi yang paling penting saat ini adalah, kita harus segera pergi.”Tak lama kemudian, mobil milik Mateo sudah berbaur dengan kendaraan lain di jalan utama. Chloe duduk dengan gelisah. Seumur hidupnya dia tidak pernah mengalami peristiwa mengerikan seperti tadi.“Kamu baik-baik saja, Chloe?”Wajah Mateo terlihat cemas. Dia takut kalau sampai Chloe trauma. “Itu benar-benar hal yang mengerikan,” gumam Chloe sambil mengusap matanya.Mateo meraih tangan Chloe dan menggenggamnya erat. Sedangkan tangan yang satunya sibuk menyetir.“Jangan takut, my love. Aku akan selalu ada untukmu. Tidak akan aku biarkan orang-orang berbuat jahat padamu.”“Thanks, darling.”“"I love you more than you will ever know."Mendengar ucapan Mateo, hati Chloe mulai tenang. Digenggamnya tangan Mateo dengan kuat.“Kita pulang saja kalau
Ella yang telah menginstal aplikasi pelacak pada ponselnya segera mengetahui keberadaan Aurora.“Mommy, dia tidak sedang berada di rumah Sofia, tapi di tempat lain.”“Di tempat lain? M-maksud kamu?”“Ini adalah alamat terakhir yang dikunjungi Aurora, setelah itu sudah tidak ada lagi histori perjalanannya dari jam setengah lima ke atas.”“Coba telepon Sofia sekarang!” perintah mommy.Tanpa diminta kedua kali, Ella segera menelpon Sofia. Cukup lama dia menunggu sampai gadis belia itu mengangkat ponselnya.“Hello, Sofia! Ini aku, Ella, kakak perempuan Aurora.”“Oh iya, Kak. Apa kabar?”“Baik!” jawab Ella singkat. “Apakah kamu tahu di mana Aurora?” lanjutnya.“Aku tidak tahu, Kak.”“Loh, bukankah kalian akan kerja kelompok hari ini?”“Kerja kelompoknya minggu lalu, Kak. Itu pun di sekolah, bukan di rumah.”“Oh Tuhan!” ucap Ella lirih."Ada apa, Kak?""Aurora belum pulang juga sampai jam segitu."“Hah?"Suara Sofia terdengar begitu cemas."Aurora tidak mau pulang bareng aku tadi. Dia bahkan
“Chloe, kamu menginap saja di tempatku malam ini. Lagi pula, Freya dan Samuel sudah pulang ke apartemen mereka,” tawar Mateo.“Aku tidak bisa menginap di tempatmu karena masih ada beberapa hal yang ingin aku persiapkan untuk pernikahan kita besok,” tolak Chloe halus.“Benar, Chloe. Kamu menginap saja di mansion Mateo.”Camilie juga ikut menganjurkan yang sama.Akhirnya mereka bertiga berusaha untuk membujuk Chloe, tapi gadis itu tetap menolak."Please! Aku merasa lebih nyaman kalau kau berada di mansionku.""Mateo, Freya, Camilie, aku sudah tinggal sendiri selama bertahun-tahun. Jangan khawatir, Tuhan pasti akan menjagaku di mana pun aku berada."Mereka bertiga hanya bisa mengangguk dan mengalah.“Aku dan Mateo pamit dulu ya.”“Kalian tidak mau makan malam dulu?” tawar Freya. Dia tadi sempat mempersiapkan makan malam karena sebentar lagi dia akan segera membangunkan Samuel.“Thanks but no thanks,” balas Chloe sambil memeluk Freya dan Camilie.“Be careful!” ucap Camilie sambil membalas
Jonny dan Sharjeel terus mengikuti Chloe dan Mateo dari belakang. Mereka terlihat begitu berhati-hati karena tidak ingin membuat kedua orang tersebut menyadari bahwa mereka sedang diikuti.Jonny yang masih kesal karena sudah dijebak oleh Sharjeel menyibukkan dirinya dengan mencari permen karet di dashboard mobil. Dia ingin sekali mengunyah sesuatu.“Siapa pria yang bersama gadis itu?” tanya Jonny sambill mulai mengunyah permen karet yang didapatnya entah dari mana.Suara cap-cip-cup dari mulutnya terdengar sangat mengganggu di telinga Sharjeel yang sedang berkonsentrasi menyetir."Kalau makan, mulut kamu ditutup dong! Benar-benar menyebalkan sekali mendengar suara orang lagi makan," ketus Sharjeel. Kalau saja dia tidak butuh bantuan Jonny saat ini, sudah dia usir pria itu dari mobil."Galak banget sih jadi orang? Kan tinggal jawab saja. Tidak ada susahnya sama sekali," ucap Jonny mencoba untuk bergurau. Dia menatap ke arah Sharjeel dan menyengir.Namun, rupanya Sharjeel sedang dalam mo
Ella memacu mobilnya mengikuti petunjuk dari GPS yang terpampang di layar kecil di depannya. Dia benar-benar kaget, kenapa Aurora bisa berakhir di sana.Tempat yang ia tuju adalah daerah yang terkenal dengan keindahan pohon cemara yang menghiasi sepanjang area pemukiman penduduk.Masyarakat yang tinggal di daerah itu pun terkenal kaya raya dan memiliki rumah yang besar dan indah. Terlihat farm yang dimiliki oleh penduduk di sana sangat luas.“Aurora tidak pernah menceritakan kalau dia punya teman yang tinggal di daerah sini,” ucap Ella bermonolog dengan dirinya sendiri.Dia menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir pikiran-pikiran buruk yang kemungkinan besar sedang dialami oleh adiknya.“Aurora, bertahanlah. Kakak akan datang menjemputmu.”Walaupun ia berusaha menahan air matanya, tapi cairan kristal itu mulai mengalir membasahi kedua pipinya.*Belok kanan setelah bundaran!”Terdengar perintah dari virtual asisten yang terkoneksi dengan jaringan internet.Ella segera mengambil jalur kan
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat