"Ketika dua hati yang saling mencintai, mereka adalah dua cermin yang saling memantulkan cahaya satu sama lain, menciptakan keindahan yang tak terungkapkan." - Chloe Adams -
Aurora berlari meninggalkan Burger King dengan hati yang hancur. Dia tidak menyangka, William yang dia kira adalah anak laki-laki yang baik-baik, ternyata adalah seorang penipu dan scammer. Dia merutuki kesialan-nya. "Stupid!" teriaknya dengan kesal sambil menyeka air matanya yang mulai berlinang. Dia menarik hoodie (tudung kepala) di belakang jaketnya dan menutupi kepala dan sebagian dari wajahnya. Aurora tidak mau menjadi tontonan orang-orang yang lalu-lalang di depannya. Segera dia matikan ponselnya karena dia tidak mau William menghubunginya lagi. Dihapusnya air mata yang masih mengalir dengan deras di kedua pipinya. Tanpa sadar, Aurora mulai berjalan tanpa arah. “Nona Aurora! Tunggu!!!” teriak seseorang dari arah belakang. Ternyata pria dewasa yang menemuinya tadi berlari-lari kecil ke arahnya. Melihat pria itu, Aurora langsung memutuskan untuk mengambil langkah seribu. Dia berlari bagaikan kesetanan. Rasa takut dan cemas menghantui hatinya. “Tunggu, Nona! Aku hanya ingin
Chloe mendekati Albert sambil memegang celana yang telah dipilihnya untuk pria itu. "Sudahlah. Kita lupakan masalah ini. Aku tidak akan mengungkit hal ini lagi. Okay?” “Melupakannya? Segampang itu, kah? Tidak! Jawab pertanyaanku yang terakhir sebelum kita turun ke bawah.” “Apa?” tanya Albert dengan wajah resah. Dia meraup wajahnya dengan gugup. Sepertinya dia bisa menebak pertanyaan apa yang akan Chloe ajukan kepadanya. “Apakah kau yang telah menjebakku malam itu, Albert?” "M-menjebak? M-maksud kamu apa?” Albert meraih celana yang ada dalam genggaman tangan Chloe. Wajahnya memancarkan kegugupan yang luar biasa. Dengan kikuk dia berusaha membuka lipatan celana itu. Warna celana yang senada dengan warna baju kaos yang diberikan Chloe kepadanya tadi. Gadis itu memang mempunyai selera fashion yang tinggi. Chloe menatapnya tajam. “Kamu tahu apa yang aku maksud, Albert. Jangan bersembunyi lagi di belakang topengmu itu." “Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, Chloe." "Apakah k
Melihat Chloe dan Freya akan pulang, Mateo segera mengikuti gadis-gadis itu menuju pintu keluar. “Tunggu sebentar! Aku perlu bicara empat mata denganmu.” Mateo menghentikan langkah kakinya. Dengan pelan dan penuh percaya diri dia berbalik dan menatap Albert. Chloe yang awalnya sudah semangat empat lima karena ingin pulang, berseru dengan kesal. “Ooo, not again, Albert!” “Kamu tidak perlu membelanya terus, Chloe. Aku hanya ingin berbicara empat mata dengannya.” Audrey mendekati mereka dan ingin mencari tahu penyebab kenapa kedua pria itu seperti dua anak kecil yang sedang memperebutkan mainan kesukaan mereka. ‘Seandainya mainan yang diperebutkan itu adalah aku, alangkah senang hatiku,’ pikir Audrey. Ngarep kali kau… “Aku tidak akan pulang sebelum aku memastikan Mateo pulang dengan selamat,” ketus Chloe keras kepala. Baik Albert maupun Mateo sama-sama bergeming. Mereka hanya saling memandang dengan galak. Aura permusuhan di antara mereka berdua seakan tidak pernah habisnya. Apa
Begitu selesai mandi, Chloe mulai merias wajahnya dengan riasan natural. Rambutnya yang berwarna coklat gelap, digulung dengan anggun ke atas sehingga menampilkan leher jenjangnya yang begitu indah. Kecantikannya semakin bertambah dengan warna kulitnya yang eksotis dan unik membuat aura kecantikannya terpancar dengan memukau. Dari kamar Albert, sayup-sayup gadis itu mendengarkan suara-suara orang yang sudah berdatangan. Chloe mengerti budaya negara ini, orang-orang sangat menghargai waktu dan selalu datang on time. Bagi mereka, itu sangat memalukan kalau sampai datang terlambat ke suatu acara dan menjadi pusat perhatian semua orang. “Hi, Chloe! Apakah kamu sudah siap,” sapa Freya yang rupanya sudah mengganti baju juga. Gadis itu berdiri di depan pintu dan terpana menatap wajah dan riasan Chloe. Dia memang mengakui kecantikan gadis itu bisa menarik siapa saja untuk menikmatinya. Untunglah Chloe bukan gadis yang menggunakan kecantikannya untuk hal-hal yang negatif. “Wow! You lo
“Selamat datang untuk para undangan yang kami hormati!” seru Albert dengan suara yang lantang dan penuh semangat.“Gadis cantik di sampingku ini adalah Chloe! Dia tunanganku dan dia juga yang telah menyelenggarakan pesta ini untuk kita semua.”Tanpa diminta oleh Albert, para tamu yang memenuhi ruang utama dari mansion Albert, bertepuk tangan dengan meriah.Sahabat-sahabat Chloe bersorak tak kalah hebohnya. Mereka meneriakkan namanya dan memuji gadis itu.Albert menarik tubuh Chloe agar merapat kepadanya, lalu dia mengecup bibir gadis cantik itu.“Kamu cantik sekali!” puji Albert sambil membelai lengan Chloe dengan mesra.Chloe tersenyum hambar.“Benarkah? Kalau kamu harus memilih antara aku dan Audrey, menurutmu, siapa yang paling cantik?”Albert tampak terkejut. Dia mengerutkan keningnya dan menatap Chloe lebih dalam lagi. Kedua tangannya diletakkan di atas pundak Chloe yang terbuka dan menggoda. Albert menyukai kelembutan kulit gadis itu. Ingin rasanya dia melabuhkan ciumannya di sa
Semua mata menatap layar di depan mereka tanpa berkedip sedikit pun. Terdengar suara tarikan napas dan seruan tertahan dari semua tamu yang ada dalam pesta tersebut.“Chloe! Apa-apaan kamu? Matikan TV itu sekarang!” bentak Albert panik.Dia berusaha meraih remote tipis yang ada di dalam genggaman tangan Chloe, tetapi Mateo segera menghalanginya.Pria itu berdiri di samping Chloe dan bersiap-siap untuk menghajar Albert jika dia berani bertindak kurang ajar kepada gadis itu.Albert mendengus kesal. Kini dia benar-benar marah dan ingin menghajar siapa saja yang ada di depannya.Suasana pesta menjadi kacau. Semua melirik ke arah Albert dengan pandangan yang menyalahkan pria itu.Chloe menekan tombol pause untuk memberi jeda kepada para tamu, Albert, Audrey dan dirinya.“Kamu tidak bisa menghindar lagi, Albert. Katakan sejujurnya kalau kamu telah bermain api di belakangku.”“Aku tidak pernah selingkuh dengan siapa pun juga, Chloe. Percayalah padaku.”Dengan senyum miris, Chloe kembali menek
“Cepat katakan sesuatu kepada Chloe,” bentak Albert sambil menatap Audrey tajam.Audrey menelan salivanya dan terdiam sebentar. Dia seperti sedang mengumpulkan keberanian dan merencanakan sandiwara terbaiknya untuk mengelabui Chloe dan orang-orang yang ada di sana.“Chloe, aku ini sahabatmu. Aku tidak mungkin mengkhianatimu,” ucap Audrey yang akhirnya memberanikan diri untuk membuka mulut dan memberikan argumentasinya.Chloe hanya berdiri di tempat dan menatap datar sandiwara dan ekspresi di wajah Audrey.Harus diakui, Chloe cukup kagum betapa tebalnya wajah Audrey yang dengan berani dan percaya diri mengucapkan kebohongan di depan banyak orang.Kepintaran Audrey dalam bersandiwara dan berakting, benar-benar perlu diberi penghargaan piala oscar.“Chloe, aku sangat menyayangimu. Kita sudah lama berteman. Tidak pernah terbesit sekalipun niat untuk mengkhianati dan menusukmu dari belakang.”Chloe terpana.‘Astaga, apakah dia sudah kehilangan akal sehatnya?’ pikir Chloe dalam hati.Audrey
Layar TV yang besar itu kembali memutar video lanjutan perselingkuhan Audrey dan Albert. Namun, kali ini, latarnya berubah. Video tersebut menampilkan area parkir bawah tanah di sebuah bar. “TIDAK! Hentikan! Stop!” teriak Albert kalang kabut. Dia panik karena dia sudah tahu isi dari video itu bahkan sebelum melihatnya. Berciuman dengan Audrey mungkin tidak terlalu besar dosanya di hadapan Chloe, tapi tidak di saat Audrey sedang memberinya blow job di tempat umum. Tidak juga di saat Audrey melumat senjata kebanggaannya di dalam tempat parkir. Dia tidak akan sanggup kalau semua orang melihat hal yang memalukan itu. Chloe menekan tombol pause. Dia menatap Albert tajam, seakan ingin menembus ke kedalaman hati pria itu. Pria yang pernah dia cintai dengan segenap hatinya. Pria pertama yang mengajarkan dia cara berciuman. Pria yang selalu manis dan lembut kepadanya. Mateo berdiri begitu dekat dengan Chloe. Dia siap merobek-robek Albert kalau pria itu berani menyentuh gadis cantik kesa
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat