"Aku percaya bahwa aku layak untuk mendapatkan yang terbaik. Aku tidak akan membiarkan luka masa lalu menghalangi langkahku menuju kebahagiaan yang sejati." - Chloe Adams -
Layar TV yang besar itu kembali memutar video lanjutan perselingkuhan Audrey dan Albert. Namun, kali ini, latarnya berubah. Video tersebut menampilkan area parkir bawah tanah di sebuah bar. “TIDAK! Hentikan! Stop!” teriak Albert kalang kabut. Dia panik karena dia sudah tahu isi dari video itu bahkan sebelum melihatnya. Berciuman dengan Audrey mungkin tidak terlalu besar dosanya di hadapan Chloe, tapi tidak di saat Audrey sedang memberinya blow job di tempat umum. Tidak juga di saat Audrey melumat senjata kebanggaannya di dalam tempat parkir. Dia tidak akan sanggup kalau semua orang melihat hal yang memalukan itu. Chloe menekan tombol pause. Dia menatap Albert tajam, seakan ingin menembus ke kedalaman hati pria itu. Pria yang pernah dia cintai dengan segenap hatinya. Pria pertama yang mengajarkan dia cara berciuman. Pria yang selalu manis dan lembut kepadanya. Mateo berdiri begitu dekat dengan Chloe. Dia siap merobek-robek Albert kalau pria itu berani menyentuh gadis cantik kesa
Mateo menatap Albert dengan geram. Amarahnya seakan menyembur keluar dari tubuhnya. Kalau saja dia keturunan manusia serigala, sudah dipastikan gigi-gigi taringnya akan bermunculan dari balik bibirnya.Dia sudah lama berkecimpung di dunia bisnis dan telah bertemu dengan berbagai macam tipe orang, termasuk orang licik dan munafik. Tetapi jarang sekali dia bertemu dengan orang seperti Albert, yang tidak punya rasa malu sedikit pun.“Keluar kalian semua dari pestaku. Pesta ini aku bubarkan! Do you hear me???”Albert mematikan lampu yang ada sehingga keadaan langsung gelap gulita. Apalagi itu adalah musim gugur di mana matahari terbenam sejak jam tiga sore.“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” bisik Mateo kepada Chloe yang masih terperangah dengan tindakan Albert yang di luar nalar manusia.Sebelum Chloe sempat menjawab pertanyaan Mateo, terdengar suara hingar-bingar yang kemudian berganti dengan lampu flashlight dari ponsel milik orang-orang yang ada dalam pesta tersebut.Beberapa dari
“Aku suka aroma bibirmu,” bisik Mateo sambil menggoda pinggiran bibir Chloe dengan gigitan ringan. Tangannya membelai leher Chloe dan menyentuh bagian-bagian sensitif gadis itu. Chloe mengerang pelan.Mateo melepaskan ciumannya dengan tidak rela. Napas mereka berdua tersengal-sengal.Dia, pria yang sangat berpengalaman menghadapi wanita-wanita selama ini. Tapi hanya dengan ciuman, Chloe mampu membuatnya tersengal-sengal.“I’ve been waiting to do this the whole day. Aku merindukan ciumanmu dan hampir gila.”Chloe menunduk malu dengan wajah merona. Dia tidak tahu harus berkata apa. Melihat rona merah di pipi Chloe membuat Mateo ingin menggodanya lebih lagi.“You’re an amazing kisser. Do you know that, don’t you?” bisik Mateo di telinga Chloe.“I don’t know,” balas Chloe sambil menatap netra Mateo yang berwarna biru menghanyutkan.“Aku terpesona melihat kecerdasanmu dalam mengambil keputusan.”“Thank you!”"Caramu membalas Albert membuat pria itu benar-benar tak berkutik.""Aku hanya ingi
Setelah semua orang bubar dari pesta tersebut, Ella dan Freya mencari-cari Chloe di luar. Tetapi mereka tidak menemukan gadis itu."Aku akan mencoba menghubungi Chloe," cetus Ella.Dia mencoba menghubungi Chloe beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban.“Ke mana si Chloe? Apakah dia sudah pulang?”“Dia bersama Mateo tadi,” gumam Freya sambil sibuk mencari kunci apartment Chloe di dalam tasnya.“Yaudah, aku akan mengantarkanmu ke apartment Chloe. Apakah kamu sudah menemukan kuncinya?”“Sudah.”“Mau langsung pulang sekarang?”Freya ingin sekali bersama Chloe dan menghibur sahabatnya itu, tapi rupanya Chloe telah menghilang begitu saja.Setelah berpikir sebentar, akhirnya Freya memutuskan untuk pulang ke apartment Chloe.Selain ingin segera menemani Samuel, Freya berharap kalau Chloe sudah pulang duluan dan menantinya di sana.“Semoga Chloe baik-baik saja,” ucap Ella.Dalam hatinya, ia ingin segera memperlihatkan video mengenai malam pesta lajang itu.Ella menyalakan mesin mobilnya dan bers
“Hello….”Suara Jason masih terdengar di seberang sana. Dia rupanya telah menelpon Freya entah menggunakan ponsel dan nomor telepon siapa.“Brengsek!” ketus Freya samibil terburu-buru mengambil ponselnya dari lantai dan langsung memutuskan sambungan telepon.“Where did he get my number from?” geram Freya sambil melangkah ke arah kran air dan meraih sebuah gelas kosong yang ada di tempat cuci piring.Diisinya gelas itu dengan segelas air dingin yang segar langsung dari kran air.Note: di negara ini, kita bisa langsung meminum air dari kran air dan bisa mengatur sendiri suhu dari air yang akan kita minum, yaitu normal, panas atau dingin.Freya menandaskan-nya air itu hanya dalam beberapa teguk.“Hah! Berurusan dengan Jason selalu membuatku haus dan emosi.”Freya berjalan mondar-mandir. Dia takut kalau Jason sampai tahu dia tinggal di apartment Chloe saat ini.Dia tidak mau pria itu datang ke sini dan menghancurkan apartment Chloe seperti yang dia telah lakukan pada apartment-nya.“Apa ya
“Apa tanggapan kedua orang tuamu?” tanya Mateo begitu Chloe memasuki mobilnya. Rupanya dia sudah menyuruh sopirnya untuk pulang, karena dia sendiri ingin mengantarkan Chloe.“Mereka mendukungku dan marah besar pada Albert.”“Bagus! Aku turut senang mendengarnya.”Mateo melepaskan sabuk pengamannya dan menarik tubuh gadis itu mendekat kepadanya. Ditatapnya wajah Chloe dengan lembut dan membelai pipi gadis itu.“Aku sangat beruntung karena mengenal gadis sepertimu.”“Kenapa?” tanya Chloe heran.“Karena kamu gadis yang luar biasa.”Chloe menunduk dan tersipu malu. Dadanya dipenuhi dengan kebahagiaan. Tanpa sadar dia menggigit bibirnya. “Bukankah aku sudah memperingatkan kepadamu beberapa kali? Setiap kali kau menggigit bibir, itu memancingku untuk merasakan ciumanmu.”Wajah Chloe semakin memerah. Pipinya terasa panas.“Kau perlu es batu untuk mengompres pipimu yang sudah memerah seperti buah tomat,” goda Mateo. Chloe menatap Mateo dan menikmati ketampanan Mateo seperti ‘apotek yang tutu
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Freya sambil memeluk Chloe. Setelah sepanjang malam dia menantikan kepulangan Chloe, akhirnya dia jatuh tertidur. Chloe tidak membangunkannya sehingga dia tidak tahu jam berapa Chloe pulang.Tangan Freya mengelus kepala Chloe, membuat gadis itu hampir menitikkan air mata.Namun, dia harus menahan air matanya karena Samuel sedang menatap mereka berdua dengan pandangan bingung.“Is Auntie ok, Mommy?”“Yeah, yeah, auntie is ok. Auntie kamu capek karena pesta semalam.”“Oh. Duduk di samping aku, Auntie.”Samuel segera menarik kursi di sampingnya agar Chloe bisa duduk di sana.“Thank you, my handsome boy,” ucap Chloe sambil memeluk Samuel dan mengecup kening bocah tampan itu.“Aku ingin membersihkan dan merapikan apartementku sore ini setelah pulang kerja,” ucap Freya sambil mengoleskan butter di atas roti yang akan dijadikan bekal untuk Samuel di TK.“Aku akan membantumu setelah pulang kerja,” usul Chloe.“Jangan! Mungkin lebih baik kalau kamu menjemput
Dengan penuh amarah, Chloe meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Dia tidak memperdulikan tatapan Albert yang licik dan penuh kemunafikan. Tanpa sadar, dia berlari keluar dan menuju halte bus.Dadanya terasa sesak karena perbuatan Albert yang jahat.“Aku harus ke sekolah sekarang,” ujar Chloe dalam kesendiriannya.Setidaknya dia harus menjalankan kewajibannya terlebih dahulu, yaitu mengajar sebelum dia menyelesaikan masalah ini.Dengan amarah yang masih membuncah dalam dirinya, Chloe menatap keluar lewat jendela bus yang sedang ditumpanginya.Kali ini dia beruntung karena busnya datang tepat waktu dengan sedikit jumlah penumpang sehingga dia tidak perlu rebutan kursi.‘Albert benar-benar pria brengsek dan licik yang pernah aku temui selama ini,’ batinnya.*****Chloe tiba di sekolah tepat waktu. Tak lama kemudian, dia sudah berdiri di depan kelas dan mengajar murid-muridnya dengan ceria seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengannya.Tok, tok, tok..Chloe segera membuka pintu ruang kelasn
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat