"Seorang pria sejati bukanlah mereka yang mengikuti hawa nafsunya, tetapi mereka yang mampu mengendalikannya." - Mateo Ryder -
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Freya sambil memeluk Chloe. Setelah sepanjang malam dia menantikan kepulangan Chloe, akhirnya dia jatuh tertidur. Chloe tidak membangunkannya sehingga dia tidak tahu jam berapa Chloe pulang.Tangan Freya mengelus kepala Chloe, membuat gadis itu hampir menitikkan air mata.Namun, dia harus menahan air matanya karena Samuel sedang menatap mereka berdua dengan pandangan bingung.“Is Auntie ok, Mommy?”“Yeah, yeah, auntie is ok. Auntie kamu capek karena pesta semalam.”“Oh. Duduk di samping aku, Auntie.”Samuel segera menarik kursi di sampingnya agar Chloe bisa duduk di sana.“Thank you, my handsome boy,” ucap Chloe sambil memeluk Samuel dan mengecup kening bocah tampan itu.“Aku ingin membersihkan dan merapikan apartementku sore ini setelah pulang kerja,” ucap Freya sambil mengoleskan butter di atas roti yang akan dijadikan bekal untuk Samuel di TK.“Aku akan membantumu setelah pulang kerja,” usul Chloe.“Jangan! Mungkin lebih baik kalau kamu menjemput
Dengan penuh amarah, Chloe meninggalkan rumah kedua orang tuanya. Dia tidak memperdulikan tatapan Albert yang licik dan penuh kemunafikan. Tanpa sadar, dia berlari keluar dan menuju halte bus.Dadanya terasa sesak karena perbuatan Albert yang jahat.“Aku harus ke sekolah sekarang,” ujar Chloe dalam kesendiriannya.Setidaknya dia harus menjalankan kewajibannya terlebih dahulu, yaitu mengajar sebelum dia menyelesaikan masalah ini.Dengan amarah yang masih membuncah dalam dirinya, Chloe menatap keluar lewat jendela bus yang sedang ditumpanginya.Kali ini dia beruntung karena busnya datang tepat waktu dengan sedikit jumlah penumpang sehingga dia tidak perlu rebutan kursi.‘Albert benar-benar pria brengsek dan licik yang pernah aku temui selama ini,’ batinnya.*****Chloe tiba di sekolah tepat waktu. Tak lama kemudian, dia sudah berdiri di depan kelas dan mengajar murid-muridnya dengan ceria seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengannya.Tok, tok, tok..Chloe segera membuka pintu ruang kelasn
"May I kiss you?” bisik Mateo pelan.Pria itu sebenarnya tidak perlu bertanya, tetapi dia cukup tahu diri dan sadar bahwa di sana adalah lingkungan kerja Chloe dan pintu kelas pun dalam keadaan terbuka.Chloe menggigit bibirnya menahan sensasi di bawah perutnya yang terasa digelitik.Dia menoleh ke arah pintu, dan hmm, siapa saja bisa tiba-tiba nongol di sana dan memergoki mereka.“Don’t bite your lips,” gumam Mateo hampir kehabisan napas.Dia selalu lepas kontrol setiap dekat dengan Chloe.‘Apa yang terjadi dengan diriku? Bukankah aku pria yang bisa mendapatkan wanita mana saja yang aku mau dan bercinta dengan mereka kapan saja aku mau?’ keluh Mateo.Tapi dengan Chloe beda. Ya, ini sangat berbeda. Dia bahkan bisa marah-marah kalau tidak melihat gadis itu sehari saja.Dengan pelan Chloe mendorong lembut tubuh Mateo agar menjauh darinya.“Later,” jawabnya singkat dan berbalik serta mulai merapikan kembali barang-barang yang masih berantakan.“Ok!” balas Mateo sambil ikut membantu Chloe
Freya memulai kegiatan bersih-bersihnya dengan mengumpulkan semua pecahan gelas dan kaca yang bisa saja melukainya kalau dia tidak hati-hati.Dikumpulkan pecahan-pecahan beling itu dan menggunakan kantong kresek yang tebal agar ketajaman pecahan kaca tidak merobek kantong kresek tersebut.“Semoga suatu hari nanti, karma sendiri yang akan menghukumnya. Dasar laki-laki tidak tahu diri,” umpat Freya sambil terus membersihkan ruang tamu yang memang paling hancur berantakan dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang lain.“Kalau dia berani datang lagi dan merusak kembali apartment ini, maka aku tidak akan pernah memaafkannya. Hukumannya akan aku buat dua kali lipat,” geram Freya.Setelah selesai membersihkan pecahan beling, Freya pun membersihkan lantai dan barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Total kerusakan yang dialami Freya ternyata sangat besar.Freya memasuki kamar mandi yang terletak di samping kamar tidur Samuel. Dia akan membersihkan kamar mandi itu karena masih ada bekas munt
“Mom...” panggil Mateo lembut begitu mereka berdua memasuki kamar milik Mrs. Ryder. Wanita berumur lima puluh satu itu, sedang berbaring sambil menatap atap kamarnya. Terlihat dia sedang memikirkan sesuatu.“Mommy, aku membawa seseorang yang mommy tany…”Belum juga Mateo menyelesaikan kalimatnya, Mrs. Ryder yang kini sudah tersadar dari lamunannya, langsung duduk di pinggir ranjang.“Chloe?” tanyanya dengan mata berbinar-binar. Dia seperti seorang ibu yang sudah merindukan kedatangan anak perempuannya.Tanpa ragu-ragu, Chloe duduk di samping Mrs. Ryder dan meraih tangan wanita itu.“Hello, Mrs. Ryder. Nice to meet you again. Do you still remember me?”Dengan penuh antusias, Mrs. Ryder mengangguk riang seperti anak kecil yang kegirangan mendapatkan kembali mainan-nya yang hilang.Tangannya terangkat pelan dan membelai wajah Chloe dengan lembut.“Aku masih mengingatmu.”“Apa kabar?”“Aku baik-baik saja. Tapi aku ingin sekali bertemu denganmu. Apakah kamu pacar Mateo?”Chloe berusaha men
Aurora mempercepat langkah kakinya. Dia akan bertemu William di ‘Joe & the Juice’ jam tiga sore.Gadis belia itu begitu bersemangat untuk bertemu William. Setelah memasuki cafe itu, Aurora segera mencari sosok pemuda yang sudah berjanji untuk menemuinya.Pling!Pintu depan cafe itu terbuka dan seorang pria bertubuh kekar masuk sambil mendorong sebuah kursi roda. Seorang pemuda yang sangat manis dengan rambut pirang yang sangat indah duduk di atas kursi roda itu.Aurora awalnya mengacuhkan dan kembali menyisiri cafe itu dengan matanya yang sipit. Namun, dia tiba-tiba berbalik dan menatap pemuda yang duduk di kursi roda tersebut.Gadis belia itu seperti mengenal kursi roda itu. Itu adalah kursi roda kosong yang pernah dikirim William padanya.Aurora berdiri terpaku dan menatap pemuda itu.“Maaf, apakah kamu yang bernama Aurora?” sapa pemuda itu dengan sopan.Aurora hanya mengangguk dan menatap pemuda itu dari atas sampai bawah.“Kamu siapa?” tanya Aurora dengan suara tercekat.“I am Will
Tubuh Chloe yang tadinya berdenyut-denyut liar, langsung tersadar saat Mateo menanyakan kembali pertanyaan yang sama“Sampai di mana kau ingin meneruskan permainan ini, Chloe?”Napas Mateo tersengal-sengal. Kalau menuruti keinginannya, dia tidak akan mengajukan pertanyaan itu. Apalagi sel-sel tubuhnya yang juga meraung-raung ingin menyatu dengan tubuh Chloe yang menggoda. Dia bisa merasakan pembuluh-pembuluh darahnya seperti hampir meledak.“I am sorry,” bisik ChloeDia menggulingkan tubuhnya ke samping Mateo dan berusaha untuk tidak menyentuh pria itu. “No! Don’t say that. Aku yang sudah menggodamu terlebih dahulu. Jadi aku yang seharusnya minta maaf,” bisik Mateo sambil menggenggam tangan Chloe.‘Sial, berbaring di sampingnya saja, kenapa bisa senyaman ini sih?’ maki Mateo dalam hati. Dia tidak pernah merasa senyaman ini saat bersama dengan seorang wanita. Chloe memberikan semua yang dia butuhkan dari seorang wanita.“Aku juga ikut menggodamu,” balas Chloe lirih. Dia sendiri sedang
"Chloe, coba kamu cicipi udang goreng kesukaanku," tawar Mateo sambil meletakkan beberapa potong udang goreng crispy di piring Chloe. Dengan penuh semangat Chloe meraih sepotong udang goreng crispy. Baru saja gadis itu menikmati potongan udang goreng tersebut, wajahnya langsung pucat. Dia meraih kain serbet yang ada di atas meja dan menutup mulutnya.Mateo melompat kaget dari tempat duduknya. Dia takut alergi kacang yang diderita Chloe menyerangnya.“Chloe! Are you alright?” tanya Mrs. Ryder ikutan panik.Chloe tidak menjawab. Perutnya bergejolak dan dia ingin mengeluarkan isi perutnya saat itu juga.“Chloe, honey… Look at me,” pinta Mateo dengan lembut. “I need to go to the restroom,”ucap Chloe lemah.Mateo langsung memapah Chloe ke kamar mandi. Chloe sendiri bingung dengan tubuhnya. Dia tidak pernah bereaksi terhadap udang atau semua jenis makanan laut sebelumnya. Apalagi dia termasuk pencinta sea-food. Ikan, udang, kerang, kepiting dan rumput laut, adalah makanan kesukaannya.Beg
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat